Daaaa-dadadaaa

5.5K 528 16
                                    

Damar ikut tertawa dan tersenyum mendengar celotehan tidak jelas dari sang cucu yang sedang ia gendong. Pasangan kakek dan cucu itu sedang menikmati pemandangan sore hari di halaman belakang rumah, sisa-sisa air hujan masih menetes membasahi dedaunan yang ada dibawah.

Udara sore hari ini lumayan dingin, tapi tidak untuk bayi mungil didalam dekapan Damar yang hanya mengenakan setelan baju pendek. Berbanding terbalik dengan Damar yang mengenakan atribut serba tebal untuk menghalau udara dingin menusuk kulitnya.

"Vino nggak dingin?"

"Awababaaaaa.. "

"Apa sayang, Vino ngomong apa. Opa nggak ngerti bahasa Vino."

Bayi mungil itu tertawa sambil melambai-lambaikan tangan kecilnya kedepan, bergerak acak seperti hendak meraih sesuatu didepannya.

Damar membawa Vino menuju sangkar burung beo yang ia gantung diteras belakang.

"Vino." Ucap Damar pada burung beo kesayangannya yang ia beri nama Dago. Dago sudah bisa menirukan ucapan manusia yang sekiranya mudah bagi burung itu tirukan.

"Vinooo.."

Seperti mengerti namanya lah yang dipanggil, Vino memekik senang.

"Vinoooo.."

"Akkkhehee...ooo....."

"Halo Vino namaku Dago." Ucap Damar kemudian Dago menirukan. Ucapan Dago berhasil membuat Vino kembali memekik senang.

"Seneng banget sih sayang."

"Jean banget sih dek mukanya. Berasa jadi muda lagi, keinget waktu pertama kali gendong Jean bayi."

"Vino besarnya mau jadi apa? Dokter? Pilot? Jangan playboy yah, opa nggak suka. Vino harus jadi anak baik, biar disayang sama banyak orang. Okay boy?"

"Dadadiiiii..."

"Daddy? No no no, ini opa sayang."

"Dadadahhh..."

"O-pa. Opa." Ucap Damar mengeja mengajari cucu imutnya memanggilnya opa. Sepertinya itu terlalu cepat dan terkesan memaksa jika meminta sang cucu untuk memanggilnya opa disaat bayi mungil itu baru menginjak usia lima bulan,  buktinya Vino malah menyebut mama bukan opa seperti yang Damar mau.

"Vino belum bisa ya. Hm, nggak papa deh. Nanti kalau udah besar opa ajarin bilang o-pa opa yang bener."

"Vino nanti kalau besar mau jajan minta opa yah. Nanti opa belikan se-warung-warungnya.",

"Mamaamama..."

Damar tersenyum lalu mencium cium pipi bulat Vino gemas.

Sanas berjalan menuju teras belakang sambil membawa sepasang kaus kaki berwarna biru milik putranya.

"Papa?" Sapa Sanas memastikan pria yang berdiri memunggunginya sambil menggendong Vino adalah papa mertuanya.

Damar menoleh "Eh, Sanas. Ada apa nak?"

"Sanas pikir mas Jean." Sanas berjalan semakin mendekat.
Seingatnya tadi sebelum pergi membantu mamah mertuanya memasak didapur, Sanas menyerahkan Vino pada Jean untuk dijaga sampai Sanas selesai dengan urusan memaksanya. Tapi saat ini didepannya Vino bersama sang kakek, dimana Jean?

"Mas Jean kemana pah? Ini papah dari tadi yang jagain Vino?"

"Belum ada setengah jam. Jean tadi pamit mau buang air, gak tau tuh dari tadi belum balik. Buang air apa buang dosa coba tuh anak."

"Mamanana..." Oceh Vino menginterupsi obrolan kakek dan mamanya, merasa dirinya terabaikan.

"Apa sayang. Yuk pake kaos kaki dulu biar gak dingin."

SWEET ROMANCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang