03

6.1K 611 67
                                    

Sanas memarkirkan sepedanya dengan asal di dalam garasi. Ia langsung berlari masuk kedalam rumah.

"Non Sasa jangan lari-lari!" Teriak bi Ita, yang melihat Sanas berlari menaiki tangga menuju lantai dua.

"Gak papa, bi. Udah jago."

"Tapi non Sasa lagi hamil."

"Anak Jean calon preman, bi. Jadi santai aja." Ucapnya lalu masuk kedalam kamar. BI Ita hanya menggeleng tak habis pikir.

Sanas melempar tas sekolahnya pada sofa yang ada didalam kamarnya, lalu bergegas menanggalkan seragam putih yang ia kenakan juga rok abu-abu pendeknya. Menyisakan celana dalam dan bra dengan warna yang sama-sama hitam.

Sanas berdiri didepan cermin full body yang ada didalam kamar mandi. Ia menelisik seluruh tubuhnya, dan faktanya tubuhnya memang semakin berisi, baby bump diperutnya terus bertambah. Teman-teman dikelasnya tidak salah kalau mengatakan Sanas seperti ibu hamil, karena faktanya ia memang sedang hamil.

Setelah puas memandangi tubuhnya sendiri, Sanas keluar dari dalam kamar mandi lalu merebahkan tubuhnya diatas kasur. Matanya menatap langit kamar dengan pandangan sendu, perlahan tangan kanannya terangkat menggapai udara diatas sana. Sanas pandangi tangannya sendiri, menggerakkan kelima jarinya dengan asal.

"Gue pengen lulus sekolah punya ijazah." Ucapnya lalu melipat jari jempolnya, tersisa empat jari yang masih terbuka.

"Kerja." Melipat jari telunjuk.

"Bangun toko roti, buat roti sendiri terus jualan ditoko gue sendiri." Melipat jari tengah.

"Jalan-jalan keluar negeri pakai uang hasil usaha gue sendiri."

Sanas memandangi jari kelingkingnya "Nikah." Sanas mengepalkan tangannya.

"Tapi wufhh.. cuma rencana kosong. Sekarang, gue bahkan gak tau bisa lulus sekolah atau nggak, selesai anak ini lahir gue juga gak tau nasib gue jadi janda atau masih berstatus istri orang, gue juga gak tau keinginan gue punya toko roti bisa terwujud dikemudian hari atau nggak." Sanas melempar tangannya kesamping tubuh.

Keinginan Sanas yang terakhir bisa dibilang sudah terjadi, tapi bukan pernikahan seperti ini yang ia mau. Hamil duluan, menikah dengan pria yang tidak ia kenal, keluarga Jean yang tidak menyukai dirinya. Sanas sadar walaupun mama Jean menerimanya itu semata-mata karena darah putra semata wayangnya ada dirahimnya, tidak lebih.

Sanas menggelengkan kepala pusing, tidak tau harus berbuat apa tapi yang pasti ia harus cepat-cepat keluar dari sekolah sebelum perutnya semakin bertambah besar. Perlahan matanya tertutup lalu tidur.

Pukul lima sore, Sanas baru bangun dari tidurnya. Ia mengernyit bingung saat posisi tidurnya berpindah dan ada selimut yang menutupi tubuhnya.

"Jean?"

Sanas cepat-cepat beranjak, lalu pergi masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri.

🌿🌿🌿

Jean meletakkan ponselnya diatas meja, beberapa detik lalu ia baru saja berbalas pesan dengan sang pacar. Pria itu memfokuskan mata kedepan, menonton tayangan film di ditelevisi.

"Jean."

Jean berdehem lalu menoleh. Dilihatnya Sanas berjalan kearahnya. Wangi stroberi menguar kuat saat wanita itu semakin mendekat.

Jean menelisik penampilan Sanas dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Mau ngelonte kemana lu?"

"Ke mamang bakso depan gang sana tuh."

Tangan kanan Jean reflek menopak pinggang Sanas, saat wanita itu dengan tiba-tiba duduk diatas pahanya.

"Bikinin mie kuah dong." Ucap Sanas, melingkarkan tangannya dileher Jean.

SWEET ROMANCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang