Pinut Sad

6.2K 509 8
                                    

"Satu satu, Alvin sayang?"

"Mamah." Jawab Alvin lirih sambil meletakkan kepalanya lemas di bahu sang mamah. Ia baru saja bangun tidur dan mamahnya langsung menggendongnya mengajak keluar kamar, entah kemana mamahnya akan membawa Alvin.

"Dua-dua, Alvin sayang?"

"Dino."

"Tiga-tiga Alvin sayang?"

"Dino."

Sanas mengernyit "Kok Dino semua. Papahnya nggak disayang?"

Alvin menggeleng.

"Kenapa? Nanti papa sedih loh Alvin nggak sayang papa."

"Bialin. Papah na juga ndak sayang Apin kok. Papah ndak pulang kan mamah?"

"Pulang kok."

"Apin ndak liat papah dali semalam."

"Papah pulangnya malem banget, Alvin udah bobo nyenyak jadi nggak tau kalau papa pulang."

"Tapi sekalang Apin ndak liat papah na. Papah dah kelja lagi mamah?"

Sanas menurunkan Alvin saat mereka sudah sampai didapur. Ia menunjuk seorang pria yang duduk di kursi meja makan sambil menyesap kopi hitam di cangkirnya.
"Papah hari ini libur. Tuh papa, lagi minum kopi."

Mata Alvin langsung berbinar melihat sosok sang papa yang ia cari-cari sejak semalam sekarang ada didepannya. Alih-alih berlari menghampiri sang papa. Alvin malah melipat kedua tangan pendeknya didepan dada, bibirnya mengerucut dengan tatapan mata bulatnya yang dibuat menajam, seakan orang yang melihatnya akan ketakutan.

Tapi nyatanya bukannya terlihat menakutkan, Alvin malah terlihat menggemaskan dengan gaya sok marahnya itu.

Sanas tak ambil pusing, ia memilih meninggalkan Alvin untuk segera menyelesaikan masakan paginya. Biarlah Alvin menjadi urusan Jean, ia tidak akan mencampuri.

"PAPAHHHH!"

"Ya." Sahut Jean santai, ia masih asik menikmati kopi panasnya.

"Sini ihhh."

"Ngapain?"

"Apin malah sama papah."

"Gak ada malah dek, adanya marah."

"Suka Apin lah. Apin kan masih kecil."

"Papah siniii..." Rengeknya, kemudian berguling-guling diatas lantai.

Jean beranjak dari duduknya kalau dibiarkan bisa satu rumah yang repot. Jean langsung meraih tubuh kecil Alvin, menggendongnya kemudian membawanya duduk di kursi meja makan.

"Kenapa hm?" Jean mengecupi pipi bapau milik Alvino dengan gemas. Wangi bayi dan sisa minyak telon semalam masih melekat ditubuh anaknya.

"Papah kemana papah?" Tanya Alvin sambil mendongakkan wajahnya menatap wajah papanya. Jean bisa melihat dua bola mata hitam itu berkaca-kaca.

"Papah disini sama Alvin sama mamah. Kenapa nangis, sayang?"

"Papah semalam Apin cali ndak ada hiks.." Runtuh sudah pertahanan Alvin. Balita itu menangis keras sambil mengusak-ngusak wajahnya yang berlinang air mata di depan dada sang papa.

Jean membiarkan anaknya menangis supaya Alvin bisa menyalurkan emosinya. Salahnya juga semalam tidak memberitahu putranya kalau dirinya pulang malam karena lembur di kantor.

Sanas bilang Alvin sampai menangis mencari-cari dirinya semalam. Kebetulan ponselnya mati, jadi Jean tidak tau kalau ada banyak panggilan dan pesan yang dikirim Sanas.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 11, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SWEET ROMANCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang