16

5.7K 535 8
                                    

"Pak Rayan, tolong parkirin ya."

"Siap den Jean."

Jean tersenyum dan melambaikan tangan singkat pada pak Rayan kemudian berjalan masuk kedalam rumah. Tangan kanannya mendorong pintu besar rumahnya sementara tangan kirinya menenteng plastik besar berisi buah pesanan sang istri tadi siang.

Ngomong-ngomong Jean sudah bekerja, mungkin kurang lebih dua mingguan ini. Jean bekerja di perusahaan sang papa dibagian divisi pemasaran, ia tidak menerima tawaran sang papa untuk langsung jadi atasan, alasannya karena Jean belum siap ia masih harus banyak belajar toh menjadi karyawan tidak buruk juga meskipun papanya sempat marah karena keputusan Jean itu. Papanya hanya memberi waktu satu tahun setelah itu Jean harus mengambil alih posisi papanya, Jean hanya bisa mengangguk pasrah mau mengelak tidak bisa karena posisi itu memang diharuskan menjadi miliknya.

Sampai didapur, Jean melihat sang istri bersama bi Ani sedang berdiri didepan meja pantry seperti sedang membuat sesuatu.

Kebetulan sekali bi Ani menoleh kebelakang melihat kehadiran majikannya, Jean meletakkan telunjuknya dibibir memberi isyarat agar bi Ani diam dan meminta wanita paruh baya itu untuk pergi meninggalkan dapur.

Bi Ani mengangguk paham, ia langsung pergi meninggalkan dua majikannya didapur.

Setelah bi Ani pergi, Jean membawa langkahnya mendekati sang istri setelah meletakkan plastik buahnya dilantai begitu saja. Berdiri tepat dibelakang tubuh Sanas lalu memeluk tubuh gembul itu pelan membuat wanita cantik itu sedikit terkejut.

"Asik banget sih. Suami pulang sampai gak disambut." Omel Jean menciumi pipi bulat Sanas dengan gemas.

"Kamu bukan presiden jadi gak perlu disambut."

"Berdosa kamu mom."

Sanas terkekeh sedikit memutar tubuhnya supaya ia bisa memberikan satu kecupan dibibir tebal Jean.

Cup

"Mandi gih, kamu bau debu." Ucapnya lalu berbalik memunggungi Jean lagi.

"Sama kamu." Jean mengeratkan pelukannya, dagunya bertumpu mesra diatas pundak terbuka Sanas. Tangannya bergerak mengusap perut bulat sang istri pelan.

"Yaudah bentar ya."

"Buat apa sih?"

"Em gak tau namanya aku lupa hehe...tapi ini enak kok nanti dimasukin kulkas jadi seger dingin gitu pas dimakan."

Jean melihat kedepan, sebuah roti dioles krim lalu diatasnya disusun potongan-potongan buah lalu diberi krim lagi dilapisi roti lagi kemudian ditutup menggunakan plastik bening yah begitu kira-kira yang Jean lihat tapi ia tetap tidak tau itu makanan bernama apa.

"Tolong masukin kulkas dong, dad. Aku beresin kekacauan ini dulu yah."

Jean mengangguk, mengambil nampan berisi roti-roti buah itu lalu memasukkan kedalam kulkas. Jean juga mengambil plastik buah yang tadi ia letakkan begitu saja dilantai. Mengambil wadah untuk tempat buah-buah itu setelah dicuci bersih kemudian disusun didalam kulkas.

Selesai dengan urusan kulkas Jean mendekati lemari kecil khusus untuk menyimpan susu ibu hamil milik Sanas.

"Susu kamu habis yah yang?"

"Hm? Masih kok."

"Tinggal sekotak doang ini."

"Masih berhari-hari itu habisnya."

"Besok cek kandungan habis itu langsung belanja isi keperluan rumah juga ya."

"Iya." Sanas sudah menyelesaikan kegiatannya membersihkan sisa-sisa potongan buah, ia mencuci tangan sebentar lalu mendekati sang suami yang fokus membaca tulisan dikardus susu ibu hamil.

SWEET ROMANCE [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang