07. GETARAN ASMARA?

58.4K 3.1K 52
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH ANARA DAN DIKA.

***

Ranjang di kamar Anara tidak besar, dan khusus untuk satu orang saja. Malam itu Dika menemani gadis tersebut tidur. Walaupun dengan sedikit drama.

"Nara, lo udah tidur?" Dika memandang Anara yang sudah sejak sepuluh menit lalu menutup matanya.

"Nara...," panggil Dika sekali lagi.

Dika menghela nafas, gadis itu sudah tertidur. Lebih baik dia keluar sekarang, dari pada harus tertidur disini juga. Dengan hati-hati Dika pun turun dari ranjang.

"Dika, kamu mau ninggalin aku? Kamu janji bakal sama-sama aku terus."

Dika berhenti diambang pintu, berbalik dan melihat Anara yang ternyata masih tidur. Gadis itu hanya mengigau saja.

"Dika, aku mau ke Jepang. Aku mau ikut olimpiade itu, aku mau sekolah dokter disana."

Pemuda itu terhenyak. Mendengar racauan Anara membuat hatinya sakit. Semua salahnya. Dika selalu mengatakan bahwa ini semua salahnya. Maka dari itu, untuk menebus kesalahannya, dia mau bertanggung jawab atas hidup Anara dan juga anaknya.

Tapi, apa maskud olimpiade yang dimaksud istri kecilnya ini?

Dengan segala keberaniannya, Dika kembali menghampiri Anara. Ia duduk di kursi, dan membiarkan tangannya mengusap surai panjang gadis itu.

"Dika...," panggil Anara dalam tidurnya.

"Iya," sahut Dika.

Tidak ada kelanjutannya, dan Dika membiarkan ia tertidur di kursi, menjaga Anara hingga pagi menjemput.

Hingga pukul empat subuh, Dika terbangun karena mendengar adzan subuh yang sudah berkumandang. Ia tersentak melihat wajah Anara tepat dihadapannya.

"Nara...," panggil Dika. "Sholat, Nara."

"Iya, Dika." Anara menyahuti panggilan itu. Dengan kesadaran yang belum penuh, gadis itu duduk ditepi ranjang sembari menatap Dika.

"Kamu semalam kenapa nggak tidur disamping aku?" tanya Anara. Matanya berangsur-angsur tertutup karena rasa kantuk yang masih ada.

"Nara, jangan tidur lagi. Ambil wudhu nya sekarang," ujar Dika.

"Hm." Lantas Dika meninggalkannya, dan mengambil wudhu terlebih dahulu. Setelahnya, barulah Anara.

Mereka melaksanakan sholat subuh bersama dengan diimami Dika sendiri.

Setelah selesai, Anara segera menyiapkan seragam sekolah mereka yang kemarin sudah sempat ia setrika.

"Nara, baju futsal gue, lo simpan dimana?" tanya Dika.

"Emang hari ini ada latihan lagi?" Gadis yang sedang hamil tersebut balik bertanya.

"Iya, selama satu minggu ini latihan."

Anara mengangguk paham. "Kalau yang warna merah itu di rak bawah. Cari aja sendiri. Yang kemarin kamu pakai udah aku cuci semalam."

Dika menghentikan aktifitasnya. Ia mendekati Anara yang masih menyiapkan seragam pramukanya.

"Siapa yang minta lo nyuci?" Dika menghentikkan pergerakan Anara.

"Yah kalau bukan aku, siapa lagi?"

"Gampang banget omongan lo. Lupa kalau lagi hamil? Lupa kalau gue disini sama lo?"

"Dika, ini masih pagi. Lagian perut aku masih kecil," sela Anara.

"Enggak. Ini harus dibahas sekarang. Karena kandungan lo itu masih muda banget yang rentan keguguran kalau lo kerja yang berat-berat," sentak Dika.

ANARA UNTUK DIKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang