06. SABARNYA DIKA

61.9K 3.2K 42
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH ANARA DAN DIKA.

****

"Dika!"

Manusia yang dipanggil itu segera membalikkan tubuhnya, menghadap seorang gadis yang berjalan cepat menuju padanya.

May Margareth. Gadis itu tersenyum padanya, lalu memberikan sebotol air mineral pada Dika.

"Buat gue?"

"Iya." May mengangguk, lalu tatapannya jatuh pada handuk kecil yang berada di pundak Dika.

"Gue cuci handuk lo," kata May.

Dika melirik pada handuknya, lalu ada senyum kecil yang terbit dari dua sudut bibirnya. "Nggak perlu. Gue bisa cuci sendiri."

Dika baru selesai latihan futsal bersama tim futsal sekolah. Satu minggu lagi mereka akan bertanding di piala Riccie Cup-salah satu sekolah swasta di daerah Bintaro.

"Dika, lo punya pacar, ya?" tanya May tiba-tiba saja. "Udah beberapa hari ini, gue lihat lo boncengan sama cewek."

"Bukan urusan lo!"

"Ceweknya anak Kencana juga?"

"Gue bilang bukan urusan lo, May!" sentak Dika.

Dika menutup lokernya, dan beranjak dari hadapan May dengan perasaan yang kesal. Gadis ini selalu ingin mencari tahu dirinya. Padahal Dika selalu mengatakan bahwa ia tidak suka didekati.

Langkah pemuda itu berhenti dibatas tangga. Terlihat Anara yang sedang berdiri mematung dengan sebotol air mineral ditangannya.

"Nara."

***

"Air mineral lagi?"

Anara menjawab pertanyaan itu dengan anggukan kecil, lalu memberikan uang untuk Ibu Yasmin di kantin.

"Saya permisi," pamit Anara.

Anara keluar dari kantin, melintasi koridor kelas sepuluh.

"Anara...," Pak Tomo menghampiri gadis itu, dan memberikan sebuah amplop putih untuknya.

"Assalamualaikum, Pak."

"Waalaikumsalam. Bapak mau memberikan ini," balas Pak Tomo.

Anara meraih amplop putih itu, lalu membaca isi kertas di dalamnya.

"Olimpiade Matematika, Pak?"

Pak Tomo mengangguk. "Beasiswa penuh ke Jepang. Ini kesempatan kamu, Anara."

Mendengar kata beasiswa membuat hati Anara hancur. Ia ingin menangis sekarang, apalagi sekarang tatapannya jatuh pada sepasang remaja yang sedang asyik berbincang di depan loker.

Dika sedang bersama May di ujung koridor.

"Anara?"

"Iya, Pak. Nanti saya diskusikan dulu sama Ayah," sahut Anara.

"Baik, lah. Bapak tunggu jawaban kamu secepatnya, dan berharap kamu mau mengikuti olimpiade ini."

Pak Tomo pamitan dan segera melenggang pergi dari sana. Anara tersenyum tipis melihat amplop itu. Tidak ada gunanya ia mengikuti olimpiade tersebut, semua tidak ada gunanya semenjak malam itu terjadi.

"Nara...," Anara masih diam ketika Dika berdiri di hadapannya. Pemuda itu memegang sebotol air mineral yang diberikan May padanya.

"Aku mau ke kelas," ujar Anara. Gadis itu hendak melewati Dika begitu saja, namun langsung dicegah oleh Dika.

Anara terkejut saat Dika membuang air mineral pemberian May ke tempat sampah. Lalu merampas punya Anara.

"Ini buat gue, 'kan?" Dika meneguk hingga tandas. "Enak. Manis, seperti yang punya."

ANARA UNTUK DIKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang