09. PANGGILAN MANIS

56.9K 3.2K 71
                                    

SELAMAT MEMBACA KISAH ANARA DAN DIKA.

****

“Tumben bertiga aja. Mana personil satunya lagi?”
Ketrin duduk pada bangku yang sama dengan Gerald, Kevin, dan Diaz. Ia tidak melihat keberadaan Dika.

Biasanya, mereka selalu bersama.

“Nggak tau. Palingan juga bolos,” sahut Diaz.

“Anara juga nggak masuk hari ini.” Disa nimbrung, duduk disamping Ketrin dengan segelas coklat panas ditangannya.

“Bisa kompak gitu,” tutur Kevin.

“Anara sakit. Katanya, sih, demam semalaman,” balas Ketrin.

Gerald hanya menyimak percakapan mereka. Kemungkinan benar Anara sakit, karena tidak mungkin Dika meninggalkan istrinya seorang diri di rumah.

“Kalian nggak jenguk?” tanya Gerald.

“Maunya, sih, habis sekolah ini. Masalahnya gue harus temenin Mama ke butik nanti sore,” kata Ketrin.

“Bohong lo. Mama lagi sama Papa juga,” sahut Kevin.

“Dih, nggak percaya banget jadi manusia. Ini baca pesan dari Mama,” tukas Ketrin menunjukkan pesan dari Mamanya.
Kevin tersenyum lebar.

Jika Mamanya pulang, berarti ia bisa keluar rumah tanpa harus membawa Ketrin. Pasalnya, Ketrin tidak ingin ditinggal sendiri di rumah.

“Diaz, ada yang mau gue bicarakan sama lo,” ucap Disa tiba-tiba saja.

Diaz menatap tajam gadis itu. “Gue nggak punya waktu!”

“Kok, lo gitu, sih, Diaz!” hardik Ketrin.

“Mending lo diem, Ket!” balas Diaz.

Gerald malas meladeni percakapan mereka semua. Lebih baik, ia menghampiri Anara dan Dika di rumah. Ada banyak hal juga yang ingin dikatakannya pada Dika.

“Gue cabut,” pamit Gerald.

“Mau kemana lo?” tanya Kevin.

“Nyebat!” sahut Gerald, asal.

Untungnya, baik Diaz maupun Kevin, tidak mengikutinya. Gerald ingin ke rumah kontrakan Dika, melihat keadaan pasutri muda tersebut. Biarlah hari ini dirinya bolos.

***
Keadaan keluarga Dika tidak baik-baik saja sejak Megan mengusir anak sulungnya itu. Vika tidak terlalu mempedulikan suaminya, begitu juga dengan Leora.

Leora selalu menangis sendirian melihat Papa dan Mamanya yang sudah tidak sekamar lagi. Vika bahkan sesekali menginap di rumah orang tuanya, tanpa membawa Leora.

“Ke sekolah bareng Papa,” tutur Megan pada anak gadisnya.
“Nggak usah. Leora udah pesan ojol,” sahut Leora.

Megan menyerngit. Tidak biasanya Leora mau naik motor ke sekolah, bahkan jika diboncengi abangnya sekalipun.

“Tumben naik ojol,” singgung Megan.

“Bukan urusan Papa!” tandas Leora, masih memakan sarapannya.

Megan mendesah berat. Di meja makan pun tidak ada Vika yang biasanya mengurus sarapannya. Dan juga segala keperluan kantornya di pagi hari.

“Besok Papa berangkat ke Thailand. Mau pesan apa?”

“Nggak perlu. Leora bukan anak kecil lagi, yang harus dibawakan hadiah setiap Papa pulang bisnis trip,” ujar gadis tersebut.

“Kamu sama keras kepalanya dengan abang kamu itu, Leo,” sambung Megan.

ANARA UNTUK DIKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang