04. PENOLAKAN MEGAN

56.4K 3.3K 43
                                    

Jangan jadi silent reader .

Berikan vote dan komentarmu di setiap line paragraf Anara dan Dika.

Happy Reading🌻


***

Senja perlahan memudar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Senja perlahan memudar. Langit kota Jakarta sudah gelap. Terlihat sepasang remaja yang baru saja turun dari mobil. Mereka mengenakan pakaian santai.

Dari atas balkon, seorang pria berdiri memperhatikan langkah demi langkah mereka. Megan menarik sudut bibirnya, melihat gadis yang diyakini sedang mengandung.

Anara berhenti dipijakannya, tepat di depan pintu utama. Perasaan cemas menyerangnya sejak kemarin, ketika Dika mengajaknya ke rumah.

"Dika...," Anara menampilkan wajah semelas mungkin, berharap Dika mau berubah pikiran dan mengantarnya pulang.

Satu bulan sudah Anara dan Dika terlihat dekat, terhitung sejak Dika tahu Anara mengandung anaknya. Selama itu juga, Dika menjadi pemuda yang mengerti akan perasaan Anara.

"Nara, jangan mulai," sela Dika.

Dika membuka tuas pintu rumah yang menurut Anara, itu sangat mahal. Sejak turun dari mobil, Anara tak henti memuji rumah sebesar istana itu.

Dika menggenggam jemari gadis itu, tidak ia lepas sejak turun dari mobil.

"Mas Dika, Bapak dan Ibu sudah menunggu," kata Mbak Marwa-asisten rumah.

Di rumah besar ini, bukan hanya Mbak Marwa, masih ada empat orang lagi yang bekerja disini.

Dika membawa Anara ke ruang tengah. Disana, sudah ada Megan dan Vika. Sedangkan Leora tidak terlihat, mungkin dia sedang di kamar.

"Ma, Pah," panggil Dika.

"Assalamualaikum, Om-Tante," ucap Anara.

Dika tersenyum tipis mendengar salam itu. Anara memang sangat sopan.

"Waalaikumsalam." Vika menghampiri Anara dan Dika. "Kamu yang namanya Anara, ya?"

Anara tersenyum canggung, baru saja Vika mengusap surai panjangnya.

"Iya, Tante."

"Ayo, duduk." Dika senang melihat interaksi Anara dan Vika. Sepertinya, Mamanya menyukai Anara.

"Anara sudah makan?" tanya Vika, perhatian.

ANARA UNTUK DIKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang