48. BERTEMU DISA

45.8K 2.7K 446
                                    


Holla, guysss ...

Apa kabar kalian?

Semoga dalam keadaan sehat semuanya

Jangan lupa vote dan komentar disini karena jejak kalian itu sangat berharga untuk author.

Jangan lupa follow akun instagram @wp.erllyndjosseph dan @anara.quinzy

Tim yang sudah siap berkemas untuk pisah dari Anara & Dika?

Nanti akan ada sekuel dari cerita ini. Tapi, setelah terbit cetak atau mungkin dalam bentuk e-book. Tunggu aja kabar baiknya, ya.

🌻🌻🌻🌻

SELAMAT MEMBACA 👋🏻 





Pengumuman kelulusan terjadi beberapa hari yang lalu. Momen wisuda SMA Kencana akan dilaksanakan dua hari lagi. Seharusnua Anara juga menyibukkan diri untuk mencari kebaya yang bagus di hari spesial itu. Namun lagi-lagi ia harus berdamai dengan dirinya sendiri. Mungkin ini adalah momen yang lebih baik, yaitu mempersiapkan segala sesuatu milik suaminya.

SMA Kencana yang meraih kelulusan 100% belum mengumumkan nilai setiap muridnya.

“Nara, kalau nilai aku bagus, kamu harus kasih aku hadiah,” ucap Dika. Tangannya sibuk menepuk-nepuk bokong semok anak kecil yang tidur dalam gendongannya. Ajaibnya seorang Ankaa, ia akan tertidur dengan cepat dan sangat  pulas jika di timang oleh Papapnya.

“Nggak, ah! Setelah hampir setahun kita nikah, aku semakin bisa baca isi pikiran kamu. Pasti sekarang kamu lagi jebak aku,” sahut Anara.

Dika berdecak pelan. “Suudzon aja sama aku. Nggak baik kayak gitu sama suami.”

“Kan emang iya,” Anara meletakkan satu mangkuk buah beri dan potongan strawberry di hadapan Dika. “Memangnya mau kado apa?”

“Jangan yang aneh-aneh,” lanjut Anara memperingati.

“Hmm, tapi kamu beneran kasih?” tanya Dika memastikan.

“Ihs, yang kayak gini mencurigakan!” kata Anara.

“Aku minta mainan baru,” ujar Dika.

“Mainan? Udah punya anak masa minta mainan,” celetuk perempuan berdaster hijau sage. Anara sangat cantik dan terawat. Tak ada kantong mata yang terlihat. Setiap malam tidak Dika ijinkan bergadang, kecuali untuk menyusui Ankaa. Selanjutnya Dika sendiri yang akan menemani Ankaa hingga tidur.

“Ankaa mau punya adik katanya,” Dika melirik pada Anara.

“Oh, i see.” Anara menatap tajam pada cowok itu, “aku lahiran aja kamu nggak ada.”

“Salahkan saja Ankaa yang mau cepat keluar,” sahut Dika. Jarinya dengan gemas menyentuh bibir mungil Ankaa.

“Ihh, Dika! Nggak baik bicara seperti itu,” sanggah Anara. “Ankaa masih kecil, kamu jangan bahas hal yang lain. Aku mau fokus sama Ankaa dulu. Lagian kamu sama anak sendiri aja cemburuan.”

“Karena Ankaa cowok. Kalau cewek pasti enggak,” jawab Dika.

“Apa sih, yang kamu cemburui dari bayi sekecil ini?”

ANARA UNTUK DIKA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang