BAB VIII

1.2K 142 9
                                    

"Kau mau makan apa?" Tanya Chan saat mereka sampai di rumah. Kondisi Minho sudah dinyatakan layak untuk pulang. Tapi wajahnya masih bengkak karena terlalu lama menangis.

"Nanti aku akan makan, aku akan buat sendiri" gumam pria itu lalu dia naik dengan hati-hati ke kamarnya.

Melihat ranjang itu membuat Minho jadi ingin menangis lagi, sungguh air mata yang tak bisa dia bendung saat ini.

Chan dari balik pintu hanya bisa menghela napas, dia jadi merasa bersalah dengan pria itu.

"Iya dua" kata Chan pada penjaga kantin itu. Tak lama setelah itu, pesannya pun siap dan pria itu langsung pulang.

Dari ruang tamu, Chan sudah mencium aroma masakan yang wangi. Pasti ini kerajaan Minho. Pria itu lalu berjalan ke sana untuk memastikannya.

"Sudah ku katakan kan?" Tanya Chan, Minho lalu berbalik dengan mata berkaca-kaca. Padahal Chan baru ingin memarahinya, tapi melihat mata berkaca-kaca itu dia jadi mengurungkan niatnya.

"Aku kan sudah katakan jangan bekerja dulu" katanya sambil mematikan kompor dan membawa Minho keluar dari dapur.

"Ini bersihkan ingus mu" Chan sambil memberikan Minho tisu. Si manis mengambilnya dan menurut.

"Ini makan, aku sudah belikan banyak" kata Chan membuka kotak itu. Minho menatapnya dan menatap Chan bergantian.

"Tidak perlu repot-repot Tuan Chan" gumam Minho. Chan menggeleng dan mengeluarkan isinya.

"Ini cepat makan, aku sudah susah payah membawanya agar tidak cair" katanya. Minho pun mengambil sendok dan makan. Saat melihat es krim itu seketika dia ingin menangis lagi.

Chan sangat lelah malam itu, dia memutuskan untuk tidur cepat. Banyak sekali pasien yang harus ditangani olehnya hari ini. Kaki dan tangannya serasa ingin putus.

"Tuan Chan" suara itu membuat matanya terbuka lagi, pria itu menghela napas saat Minho naik ke ranjang dan duduk di sampingnya.

"Ada apa?" Tanya Chan singkat.

"Aku sekarang sudah tidak hamil lagi, jadi sebaiknya kita berpisah" kata Minho tanpa basa-basi. Chan yang awalnya mengantuk kini langsung bangun dan duduk.

"Apa? Pisah?" Tanya Chan dengan wajah kesal.

"Iya, aku sudah tidak hamil lagi kan. Aku sadar selama ini aku hanya jadi beban bagi mu" kata Minho tak berani menatap pria itu.

"Siapa yang mengatakan itu? Aku pernah?" Tanya Chan. Minho menggeleng pelan.

"Asal kau tahu ya, jadi kau ingin aku jadi duda ? aku dengan susah payah berusaha melepaskan masa lajang ku untuk menikah dengan mu. Apa kau pikir pernikahan ini main-main hah?" Kata Chan yang mulai emosi.

"Tapi tidak ada yang perlu dipertanggungjawabkan lagi, sebaiknya kita pisah saja" kata Minho lagi.

"Sekarang kau tanggung jawab ku, jadi jangan banyak tingkah ya Minho" kata Chan kesal. Minho langsung berkaca-kaca mendengarnya.

"Jika kau punya uang lakukan saja, tapi aku tidak akan mau membayar perceraian" katanya lalu Chan langsung tidur.


***


"dr. Bang Chan? Ada yang bisa ku bantu?" Tanya sang direktur rumah sakit pada Chan.

"Dok, saya kan selama bekerja tidak pernah mengambil cuti. Hanya saat istri saya di rawat 2 minggu waktu itu" jelas Chan. Dokter itu menaikan salah satu alisnya.

"Terus?" Tanyanya lagi.

"Berapa hari saya punya hari cuti lagi dok?" Tanyanya. Dokter itu lalu mengeceknya.

MY POSESIF PERSON [BANGINHO] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang