BAB VII

1.2K 138 20
                                    


Minho tak sengaja melewati taman bermain, banyak sekali anak-anak di sana.

Suatu saat ini dia pasti akan melihat anaknya bermain di sana. Banyak juga orang tua yang berjaga di sana.

"Aduh kenapa masih pusing ya" gumam Minho berusaha menggelengkan kepalanya.

"Kena kau" anak kecil itu berlari melewati dirinya. Seorang anak lelaki mengejarnya dengan cepat. Karena terlalu kegirangan anak yang dikejar sampai lewat ke jalan raya.

"Hai! Tunggu" kata Minho saat melihat sebuah mobil dengan kecepatan tinggi melaju. Minho berlari dan mendorong anak itu hingga jatuh ke seberang jalan, tapi naasnya tubuh Minho tertabrak  dan terpental sampai 5 meter.

Darah bercucuran di jalanan itu, semua orang mendekat ke arahnya. Minho saat itu tidak bisa membuka mata hanya keributan yang dia dengan dan pada akhirnya dia tidak bisa mendengar apapun lagi.





***



"Sepertinya dia yang membawa" gumam Chan saat berjalan di lorong rumah sakit. Pria itu menjadi kasihan pada Minho, untuk menebus kesalahannya Chan pergi ke kantin untuk membelikan Minho es krim lagi.

Saat lewat di UGD, Chan melihat banyak sekali darah yang berceceran di lantai.

"Ada apa ini?" Tanya pria itu pada salah satu perawat di sana.

"Ada seorang pria ditabrak mobil" gumamnya. Chan pun hanya mengangguk pelan, kasus-kasus seperti itu sudah tidak asing di telinganya.

"Chan kau di sini? Bagaimana dengan Minho?" Tanya sang ibu tiba-tiba di sana.

"Minho? Aku tidak bertemu dengannya" kata Chan. Kedua wanita itu nampak menangis seketika.

"Tadi polisi menelepon ku, Minho ditabrak mobil" katanya. Chan seketika membeku dan langsung berlari ke UGD itu.

Ternyata darah yang Chan lihat tadi adalah darah Minho, pria itu saat ini tengah ditangani di UGD.

"dr. Chan kebetulan anda di sini, pasien ini tengah hamil tapi janinnya sudah tidak berdetak lagi karena benturan keras saat kecelakaan" katanya pada Chan. Pria itu tak bisa berpikir lagi.

"dokter" katanya lagi.

"Tolong lakukan apa saja, tolong selamatkan istri ku" kata Chan panik.

Chan duduk diam saat itu sambil dipasang alat transfusi darah. Karena kehilangan banyak adalah Minho perlu darah tambahan lagi.

"Aku benar-benar minta maaf" gumam pria itu dengan tatapan kosongnya. Jika saja dia tidak lupa membawa berkas itu, hal ini tidak akan terjadi.

"Entah bagaimana caranya aku menjelaskan padanya bahwa bayi itu sudah meninggal di dalam perutnya" gumam Chan.

Seminggu sudah Minho dirawat di sana, pria itu masih tak sadarkan diri. Semua orang di sana termasuk Chan.

"Ibu pulang saja, aku hari ini libur" katanya pada sang ibu dan ibu Minho.

"Chan tolong kabari kami saat Minho sudah sadar" gumamnya. Chan mengangguk dan membuka pintu untuk mereka.

Wajah lemah dan pucat itu Chan lihat, matanya masih terpejam rapat saat itu.

"Tolong maafkan aku" kata Chan sambil memegang tangan si manis.

Minho membuka matanya  tempat itu benar-benar tak asing baginya. Saat dia menggerakan dirinya tubuhnya sangat sakit.

"Aku di mana?" Gumam Minho tiba-tiba. Mendengar suara itu Chan bangun dan menatap pria itu.

"Minho kau sudah sadar? Saat ini kau di rumah sakit" katanya. Minho melihat ke sekeliling. Dia benar-benar lupa kenapa bisa dia di sini.

"Apa yang kau rasakan?" Tanya Chan pada pria itu. Melihat Chan cemas seperti itu membuat Minho lega.

"Kau tidak marah kan?" Tanya Minho pada Chan. Chan menggeleng pelan.

"Perut ku sakit" gumam Minho sambil memegang perutnya. Matanya terbelakak saat merasakan perutnya tidak buncit lagi.

"Apa anak ku sudah lahir?" Tanyanya kegirangan. Seketika wajah Chan berubah.

"Minho" katanya. Minho untuk pertama kalinya mendengar Chan memanggil namanya.

"Di mana dia? Laki-laki atau perempuan?" Tanyanya antusias.

"Dia Laki-laki" jawab Chan. Minho langsung berkaca-kaca mendengarnya. Seketika semua sakit yang dia rasakan hilang.

"Di mana?" Tanya Minho lagi.

"Minho kau harus janji dulu ya" kata Chan. Minho mengangguk dan berjanji.

"Ada apa?" Tanya Minho saat raut wajah Chan berubah.

"Dia sudah pergi" jawab Chan sambil menatap mata Minho. Seketika Minho terdiam dan tatapannya kosong.

"Minho kau baik-baik saja kan?" Tanya Chan lagi.

"Pergi ke mana dia?" Tanya Minho lagi.

"Minho kau sudah janji kan tadi" gumam Chan. Seketika pria manis itu menangis. Dia baru sadar apa maksud Chan tadi.

"Minho" kata Chan berusaha menenangkannya.

"Kenapa kau tidak menyelamatkan dia? Seharusnya aku saja yang mati bukan dia, kau dokter kan?" Kata Minho sambil mendorong Chan dengan keras. Chan masih berusaha menenangkan Minho.

"Kenapa kau meninggalkan ibu" gumam Minho sambil menangis. Chan memeluk Minho dengan sangat erat saat itu.

"Minho kau harus iklas" kata Chan sambil menenangkannya.


"Ayo makan, Minho" kata Chan sambil berusaha menyuapi pria itu. Karena lama menangis membuat Minho menjadi sangat pucat.

"Aku tidak mau makan, aku mau mati saja dengan anak ku" katanya. Chan benar-benar tidak bisa mengatakan apapun, pria itu berusaha sangat keras membujuk Minho.

"Jika kau tidak mau, aku akan marah lagi ya" ancam Chan. Minho lalu membuka mulutnya dan mau makan walaupun sedikit.

Malam-malam di sana Minho habiskan untuk menangis, dia benar-benar tidak bisa menerimanya.

"Minho jika kau terus seperti ini, maka dia akan sedih melihat ibunya seperti ini" kata Chan berusaha menenangkannya. Minho seperti sangat frustasi saat itu, dia terus memberontak dan ingin pergi.

"Tenang Minho" kata Chan sambil memeluk nya dengan erat.

"Ini semua salah ku, dia pergi salah ku hiks" kata Minho sambil menangis di pelukan pria itu.

Saat itu Chan tiba-tiba mendapatkan telepon penting dari ruang operasi. Dengan keadaan Minho seperti itu dia tak bisa meninggalkan dirinya.

"Minho aku pergi sebentar ke ruangan operasi ya" kata Chan sambil mengusap rambut si manis. Minho saat itu nampak  diam sambil menatap kosong.

"Minho" panggil Chan.

"Iya" jawabnya singkat. Chan lalu berlari dan keluar. Pria Bang itu tak bekerja tapi dia ingin meminta izin untuk beberapa hari tidak masuk kerja.

Setelah urusannya selesai, dia langsung kembali ke ruangan Minho. Namun saat dia sampai pria itu melihat Hyunjin di sana.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Chan langsung mendekat dan memegangi Minho.

"Aku hanya ingin melihat keadaan kak Minho" kata Hyunjin sambil menatap pria itu.

"Jangan ganggu istri ku, sebaiknya kau pergi Hyunjin" kata Chan. Hyunjin lalu pergi dari sana.

"Kau gagal menjaga anak mu" katanya pada Minho. Chan benar-benar meninju mulut pria itu, jika saja bukan rumah sakit Hyunjin sepertinya sudah habis di tangannya.

"Minho kau jangan hiraukan dia ya, kau ibu terbaik sedunia" kata Chan berusaha menenangkan Minho yang menangis lagi.



TBC

Jangan lupa vote dan komen ya

MY POSESIF PERSON [BANGINHO] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang