Sebelum baca wajib follow akan author nya!!!
Sebuah pilihan yang salah membawanya ikut ke rumah majikan ibunya di kota, Lee Minho seorang anak pembantu malah ditiduri oleh anak majikannya sendiri hingga membuat masa depannya hancur.
Warning ⚠
-bxb...
"Wah siapa ini?" Gumam seorang pria dengan jas putihnya sama dengan Chan.
"Dokter Lee" gumam Chan sambil menunduk memberi hormat pada dokter senior nya itu. Pria yang nampak berumur 50 tahunan itu tersenyum.
"Istri mu?" Tanyanya pada Chan, keduanya saling menatap.
"Iya" jawab Chan.
"Dia sangat perhatian, padahal sedang hamil tapi masih membawakan mu bekal ke sini. Aku sangat iri" gumam pria itu. Chan nampak tertawa hambar.
"Dokter Bang makanlah dulu, aku akan menunggu setelah kau makan. Ajak juga istri mu berkeliling sebentar" katanya. Chan menunduk memberikan hormat dan pria itu pergi.
"Ayo" gumam Chan. Minho lalu mengekor pada Chan.
"Kau punya masalah apa sampai ikut ke sini? Hampir saja aku malu. Lihatlah, bahkan kau tidak menyisir rambut" omel Chan sambil membuka bekal yang dibawakan Minho.
Bukannya sedih, tapi Minho nampak tersenyum mendengar itu. Dia lebih senang jika Chan mengomel daripada hanya diam bersikap dingin.
"Bagaimana?" Tanya Minho saat Chan makan masakannya. Pria itu mengangguk, tapi memang menurutnya masakan Minho itu enak.
"Lain kali jangan ulangi lagi" katanya. Minho pun mengangguk pelan sambil tersenyum semanis mungkin.
"Wah apa ada es krim di sini ya?" Gumam Minho melihat ke kantin tak jauh dari sana. Saat dia bangun, Chan menahannya.
"Diam di sini" gumam pria itu. Chan lalu bangun dan pergi ke sana. Minho tersenyum saat melihat pria itu membawa semangkuk es krim.
"Wah terima kasih" kata Minho langsung makan. Chan hanya menggelengkan kepalanya, bisa-bisanya pagi buta seperti ini dia ingin makan es krim.
"Jangan ke mana-mana" kata Chan saat memasukan Minho ke dalam taksi. Pria manis itu mengangguk kemudian dia melambai pada Chan. Minho memang batu menurut Chan.
"Huh akhirnya dia pergi" gumam pria itu.
Minho benar-benar sangat senang, mendapat perlakuan hangat dari Chan membuatnya sangat bersemangat.
"Sebentar lagi pasti aku akan akrab dengannya" gumam Minho sambil memasak. Dia saat itu tengah membuat masakan kesukaan Chan.
Karena bersemangat membuat mood Minho menjadi bagus. Dia menyapu seluruh rumah tanpa lelah.
"Brakk"
"Ya Tuhan" gumam Minho saat tak sengaja menyenggol piala itu. Piala milik Chan yang terbuat dari kaca.
"Bagaimana ini?" Gumam Minho melihat benda itu sudah pecah berkeping-keping. Dia berusaha memungutnya lagi, sampai tangannya luka tak sengaja terkena pecahan kaca.
"Pasti dia akan marah" gumam Minho.
Dan benar saja apa yang Minho pikirkan terjadi, Chan benar-benar marah besar sore itu. Minho hanya bisa menunduk dan mendengarkan ocehannya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kau memang menyusahkan, lebih baik kau pergi saja dari sini" gumam Chan yang sudah amat emosi.
"Tuan Chan tolong maafkan saya, saya berjanji akan lebih hati-hati" kata Minho dengan berkaca-kaca. Mendengar itu Chan langsung pergi dari sana tanpa mengatakan apapun.
"Ini Tuan Chan" kata Minho seperti bisa memberikan Chan bekal.
"Tidak usah, kau jangan terlalu mengurusi aku. Jika sampai kau menyentuh barang ku lagi, aku tidak segan akan mengembalikan mu pada orang tua mu" kata Chan lagi. Minho mengangguk sambil menunduk.
"Jangan pernah ke rumah sakit tempat ku bekerja lagi" katanya lalu pergi dari sana. Setelah Chan pergi, Minho baru berani melepaskan semua tangisannya.
"Aku yang salah dia pantas marah" gumam Minho sambil mengusap matanya.
Di sisi lain, Chan saat itu mengusap dadanya berusaha untuk sabar dan tenang.
"Huh entah kenapa aku tidak bisa mengendalikan emosi, aku memarahi orang yang tengah hamil" gumam Chan.
"Tapi dia menghancurkan benda itu" gumam Chan yang bergelut dengan dirinya sendiri.
Minho tak berani menganggu Chan setelah itu, padahal mereka serumah tapi tak ada yang membuka pembicaraan.
Setelah membersihkan dapur, Minho memutuskan untuk tidur lebih awal. Karena merasa sedih dia jadi ingin tidur cepat. Saat melewati ruang tamu, dia melihat Chan tengah berkutat dengan laptopnya. Tanpa mengatakan apapun Minho langsung melaluinya dan naik ke lantai dua.
"Ah melegakan" gumam si manis saat menghirup aroma terapi itu, akhir-akhir ini dia benar-benar pusing dan mual lagi.
"Ayo tidur jangan ganggu aku" gumam Minho sambil mengusap perut buncitnya. Hanya dengan janin itu dia berkomunikasi.
"Ibu sangat menyayangi mu, sehat terus ya nak" katanya lalu memejamkan mata.
***
"Apa kau tidak membawanya? Operasi akan dilakukan 10 menit lagi" kata sang senior pada Chan. Pria itu benar-benar tak habis pikir, kenapa dia bisa lupa dengan berkas penting ini.
"Aku akan cari ke rumah sekarang" katanya. Baru Chan akan melepaskan baju operasinya tiba-tiba seorang perawat masuk dengan berkas itu.
"Dokter Bang Chan ini titipan untuk anda" katanya. Chan terkejut melihat benda itu adalah berkas penting yang ketinggalan di rumah.
"Siapa?" Belum selesai Chan bertanya perawat itu pun keluar.
Di sisi lain
Pagi itu seperti bisa Minho bangun bersih-bersih dan memasak. Dia juga membuatkan Chan bekal tahu dia hanya taruh di atas meja tak memberikannya secara langsung.
Pria itu meneguk salivanya saat pria itu pergi dengan cepat tanpa melihat bekal yang ada di meja itu. Sama seperti hari sebelumnya, Minho berjalan ke sana dan mengambilnya.
"Dia masih marah" gumam Minho. Pria itu tak sengaja melihat sebuah berkas di atas meja ruang tamu.
"Ini kan berkas yang dibuat Tuan Chan tadi malam" gumam Minho. Pria manis itu lalu berlari keluar untuk memberikannya tapi sayangnya Chan sudah berangkat.
"Bagaimana ini, sepertinya ini sangat penting" gumam Minho. Dia lalu berlari ke keluar untuk menyusul Chan.
"Ada yang bisa saya bantu?" Tanya resepsionis itu pada Minho.
"Ini punya Dokter Bang Chan, tolong berikan padanya ya. Ini berkas sangat penting sepertinya" kata Minho wanita itu mengangguk.
"Dari siapa?" Tanyanya.
"Berikan saja ya, tolong" katanya. Melihat penampilan Minho membuatnya mengangguk dan langsung menyuruh satu perawat naik ke tempat Chan berada.
"Hampir saja" gumam Minho sambil berjalan di halaman rumah sakit. Tempat itu sangat besar, mungkin di sini Minho akan melahirkan nanti.
"Bahkan aku tidak pernah periksa ke dokter selama hamil tapi aku tahu kau pasti sehat" katanya sambil memegang perutnya.
Saat Minho di depan taksi, dia merogoh kantongnya.
"Sial aku lupa membawa uang" gumamnya. Minho lalu meminta maaf dan menyuruh taksi itu pergi. Karena tak membawa uang, Minho jadi jalan kaki pulang. Agak jauh tapi dia pernah berjalan lebih jauh dari ini.
"Aduh" gumam Minho sambil memegang kepalanya. Tiba-tiba dia jadi pusing.
"Sepertinya karena belum makan" gumamnya. Dia lalu mempercepat langkahnya.