Alpha

47 8 4
                                    

~Manusia punya sesuatu yang sangat istimewa, itu gratis dan bebas.
Hal itu adalah berimajinasi
Oleh sebab itu gunakan selagi ada waktu~

°-° °-° °-° °-°

"WOY, STOPP GAK LO! KALO DAPAT GUE LEMPAR LO KE KANDANG ANAKONDA, PENCOPET JELEK!!"

Gadis dengan surai panjang berlari sekuat tenaga di bawah sinar ultraviolet yang panas menyerang kulitnya hingga bersinar. Mengejar sesosok dengan Hoodie hitam yang tersangka telah mencuri tasnya.
"Siapapun tolongin gue," rintih nya.

Gadis itu berhenti sejenak, membiarkan pencuri itu berlari jauh meninggalkannya, "aaaa, gak mau dimarahi bunda, hiks. Ponsel sama blackcard udah hilang hiks."

Ia duduk bersimpuh di tanah, menangis, memejamkan mata dan mencoba menetralkan pikirannya.

"Ya Tuhan, ini masalah besar. Galery gueee hiks, foto husbu guee, aaaa gak mau hilang, hiks." Gadis itu merengek sembari menangis sesenggukan. Di saat seperti ini, ia akan sangat menyayangkan ribuan foto di galerinya akan hilang begitu saja. Kini gadis sudah seperti orang gila, menangis terduduk di atas tanah. Andai saja di sana ada orang pasti dengan senang hati, orang itu akan mengantarkannya ke rumah sakit jiwa.

"Nanti gue nonton anime dari mana? Bunda pasti gak mau beliin gue ponsel baru, gak mungkin gue nonton di laptop, bisa-bisa bunda marah kalo gue gunain laptop buat nonton anime. Apa gue harus berhenti nonton sampai dapat ponsel baru? Oh tidak gue gak akan tahan hiks, padahal arc wano lagi seru-serunya, aaa gamauu hiks..." ocehan gak bermutu dari gadis itu kembali terdengar. Di saat seperti ini, ia malah memikirkan anime daripada blackcard yang harusnya menjadi permasalahan utamanya.

Gadis itu mendongak ke arah langit berharap tasnya jatuh tepat di pangkuannya, kemudian ia pulang kerumah dengan selamat dan hati senang. Imajinasi yang indah di saat menegangkan seperti ini. Dalam hati ia berdoa dengan tulus, berharap ada pangeran tampan membawa tasnya dalam keadaan utuh, kemudian membawanya ke istananya dan... Ah dasar gadis penghayal.

Bukk...

Seakan sedang dalam film-film, doa yang baru saja ia hanturkan langsung terkabul. Kini tas yang baru saja di curi telah berada didekapannya. Gadis mendongak ke atas dan mendapati seorang pria berjaket hitam berdiri tegap di hadapannya. Lebih tepatnya pria tampan, menatapnya dengan tatapan aneh entah itu karena kasihan atau malah jijik.

Sedetik kemudian gadis itu tersadar pria di depannya adalah pencopet tadi. Tatapan yang tadinya senang kini berubah sangar.

"Pencopet gak tau diri, udah berani mencopet masih berani lo menampakkan diri dihadapan gue." Ucapnya menggebu gebu. Dia tak habis pikir, bisa-bisanya pencopet tak tau diri itu masih berani berdiri santai menampilkan muka datar namun sialnya sangat tampan itu, setelah membuat jantungnya hampir terlepas.

"Hm" Pria itu berdehem pelan namun terdengar kesal. Suaranya berat namun enak menyapa telinga. Ia berdiri di hadapan gadis itu dengan tangan di masukkan ke saku hoodie yang tepat berada di depan perutnya dan menatap gadis sinis. Tatapannya tajam seolah menghujam setiap inci tubuhnya.

Gadis itu beranjak berdiri. Ia menghapus jejak pasir yang menempel di pakaiannya. Kemudian menatap pria itu tak kalah sinis.

"Suara lo gausah di buat sok cool gitu deh, tetep aja lo itu jamet pencuri gak tau diri. Lo nggak punya uang sampai harus lakuin perbuatan keji ini? Kalo butuh uang mas ya kerja dong, ganteng-ganteng tapi kere, huh.."

Pria itu menatap remeh. "Gak usah sok tau," jawab pria itu singkat dan datar.

"Ya udah kalo emang lo orang kaya ngapain nyopet. Kalau butuh uang mas yah minta uang lah sama orang tua. Atau emang lo gak punya orang tua?"

Mendengar kata orang tua sepertinya pria tadi tidak suka, ia memandang gadis itu penuh amarah.

"Diam," bentaknya. Pria itu kemudian hendak pergi sebelum amarahnya meledak dan akan melukai gadis itu. Tapi baru selangkah ia bergeser tangannya langsung di cekal. Buru buru ia menghempaskannya dengan kasar.

"Shitt!!" umpat pria itu. Ia segera menghapus jejak tangan Pelangi di tangan Hoodie nya seolah itu adalah bakteri.

"Lo kenapa mau main pergi aja. Gimana kalo tas ini udah kosong siapa yang mau tanggung jawab hah?"
Gadis itu menatap pria itu tanpa takut, tangannya membuka kancing tasnya tanpa beralih menatap pria itu. Mungkin ia takut jika sampai pria itu kabur.

Ia meraba tasnya dan masih menemukan dua benda berharganya di sana. Lalu menghembuskan nafas lega.

"Emm gak ada yang hilang lo boleh pergi." Tanpa ada rasa bersalah ia mengusir pria itu. Dalam hati ia melafalkan doa ucapan syukur pada Tuhan, sedangkan pria itu terlihat setengah mati menahan diri agar tidak mengumpat dan memaki gadis songong, belagu, dan tak tau diri itu. Ia memilih pergi dan berdoa agar tidak bertemu gadis seperti itu lagi, cukup hanya ini.

"Untuk sekarang, karena tas gue udah kembali gue gak bakal laporin lo ke polisi, tapi lain kali gak bakal gue maafin."

Pria tadi yang masih bisa mendengarnya hanya bisa mengumpat dalam hati. Jika ia meladeninya hanya akan membuang waktu dan menguji kesabarannya.

"Jangan lupa minta uang sama orang tua lo yah! Btw nama gue Pelangi," teriak gadis itu berharap pria yang jaraknya cukup jauh itu masih mendengarnya.

Disisi lain pria itu tersenyum getir.
"Orang tua ya? Heh...Omong kosong."

**

I need your support, princes and princesses

Next part: Ketemu lagi

RAIN (Pelangi Di saat Hujan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang