~Let me go, but I love you so~
°-°°-°°-°
Pagi ini seperti biasa kedua insan yang selalu datang pagi-pagi sekali sudah terduduk di kursi yang saling bersebelahan. Keduanya terdiam. Hening, dingin dan canggung, begitulah suasana yang ada di sana. Pelangi duduk kaku tanpa melakukan aktivitas apapun begitu juga dengan Rain. Seperti biasa ia hanya memandang keluar jendela. Sudah terbayang bagaimana canggungnya keadaan mereka. Bagaimana bisa mereka tidak saling berbicara setelah duduk berdekatan cukup lama. Padahal kemarin mereka baru saja berpelukan sangat lama, dan tanpa canggungnya Rain memuji Pelangi kemarin sampai Pelangi ingin terbang. Sekarang malah se canggung ini.
Perlu diketahui sedari tadi pelangi sudah berpikir keras untuk mencari topik agar ia bisa memulai pembicaraan. Karena ia yakin walau menunggu sampai seribu tahun lamanya, Rain tidak akan memulai pembicaraan terlebih dahulu.
"Gue minta maaf." Pelangi menoleh ke arah Rain setelah mengumpulkan nyali sebanyak banyaknya. Dan...
Blushh...
Demi apa. Bawa Pelangi menghilang dari sini. Bagaimana bisa ia baru menyadari bahwa sedari tadi Rain memandanginya sambil tersenyum. Wajah Pelangi memerah. Ia sontak memalingkan wajahnya dan langsung menunduk.
"Gue maafin." Suara lembut, tenang dan tulus itu, membuat hati Pelangi menghangat. Ia merasa bahwa dinding tebal tak kasat mata yang menghalangi mereka, kini runtuh seketika.
Pelangi mengangkat wajahnya dan menatap Rain. Melihat wajah itu, membuatnya mengingat kejadian semalam yang membuat hatinya mencelos. Air mata kini menggenang di pelupuk mata Pelangi.
Melihat tatapan Pelangi, Rain memalingkan wajahnya.
"Jangan berikan tatapan kasihan itu Lang!" Seru Rain kecewa.
Pelangi buru buru mengusap air matanya. Tentu saja Rain akan merasa terhina olehnya.
"Maaf." Pelangi memaksakan senyumnya. Ia tetap memandang Rain namun kali ini ia memberi tatapan kebanggaan.
"Gue enggak mengenal lo, namun gue tau lo adalah cowok hebat, Rain." Tutur Pelangi mantap.
"Ekspetasi lo terlalu tinggi Lang." Ucap Rain sendu.
"Itu hak gue."
"Gue enggak mau lo jatuh akibatnya." Sahut Rain.
"Jika iya, gue yang kesakitan." Timpal Pelangi terkesan mengotot.
"Dan gue enggak mau lo kesakitan, Lang!" Tegas Rain. Ia kembali menatap keluar jendela.
Deep.
Pelangi terpaku sejenak mendengarnya. Bisa bisanya Rain mengatakan kalimat semanis itu, namun tanpa ekspresi.
"Why?" Pelangi membuka suara setelah cukup lama hening.
Rain tidak menjawab. Sepertinya ia juga menghindari tatapan Pelangi. Apa tadi Rain hanya typo berbicara?
"Ada banyak hal yang belum gue ketahui tentang lo Rain. Seharusnya gue enggak boleh langsung menilai lo buruk seperti kemarin-kemarin." Pelangi kembali berbicara walau tidak di respon Rain.

KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN (Pelangi Di saat Hujan)
Teen FictionLove, secret and lies (Cinta, rahasia dan kebohongan)