~Hidup adalah pilihan, jika kamu tidak memilih maka itu adalah pilihanmu~
- Monkey D Luffy -°-°°-°°-°
Hari-hari pelangi satu minggu ini iya jalani dengan baik-baik dan tidak baik-baik saja. Setiap hari ia jalani dengan rasa canggung yang makin membesar pada Rain. Tapi untung saja Rain tidak terlalu ambil pusing dan menanggapinya. Meski pelangi canggung dengan Rain namun tidak dengan geng motor DAREDEVIL. Bahkan hampir tiap hari ia berkunjung ke markasnya. Jangan lupakan bahwa ia sudah punya tiga orang anggota inti DAREDEVIL yang resmi menjadi temannya. Ralat...dua orang, Chloe dan Baim. Chonan gak masuk hitungan. Jika di markas ia akan merasa sok bodo amat pada kapten DAREDEVIL. Entah kenapa Pelangi sangat degdegan di dekat Rain.
Sesampainya di kelas sekitar jam 06:30 Pelangi duduk di kursinya. Seperti biasanya ia adalah orang kedua yang sampai di kelas itu. Siapa orang pertama? Tentu saja Rain. Inilah yang menjadi penyebab utama ia semakin canggung kepada Rain karena terlalu banyak waktu mereka berduaan bersama dalam keheningan. Terkadang Pelangi heran kepada dirinya sendiri. Kenapa ia takut pada Rain, kenapa jiwa gaulnya juga tidak muncul ketika bersama Rain. Oke.. Pelangi putuskan ia akan menyapa Rain dan harus akrab dengannya. Masa dengan anggota geng motornya ia akrab tapi sama kaptennya enggak?
"Ekhem, Rain kam- emm lo udah makan belum?" Huaa apa ini, Pelangi mengutuk dirinya telah melontarkan pertanyaan bodoh itu. Ini terlalu formal. Pasti Rain bakal mikir aneh aneh.
Rain yang semula menatap ke arah luar melalui kaca kini beralih menatap Pelangi. Hembusan angin sedikit menyapu wajah Pelangi karena pergerakan Rain. Aroma parfum yang menenangkan dan masih jadi misteri ini bisa Pelangi cium. Pelangi mabuk karena aroma ini. Ia memejamkan mata dan meraup aroma itu dengan rakus.
"Kenapa lo?" Tanya Rain tak menjawab pertanyaan Pelangi. Seperti biasa suaranya datar dan tak bergairah. Sebenarnya sudah cukup lama Rain ingin tau kenapa gadis itu jadi canggung dengannya. Jika memang karena masalah ketahuan liatin dia diem diem, itu terlalu berlebihan. Tapi satu yang Rain pikirkan saat ini yaitu Pelangi suka sama dirinya. Tentu saja pelangi sama seperti cewek pada umumnya yang akan tergila-gila padanya.
"Gak kenapa kenapa kok gue cum..a nanya doang k..ok ...lo jangan langsung mikir yang aneh-aneh deh, gue cuma liat wajah lo pucat gitu makanya gue tanya. Lagi pula ngapain gue tanya yang aneh-aneh begitu an kalo gak ada alasannya, gue orang yang gak tegaan jadi gak usah ke gr an." Setelah mengatakan itu Pelangi kembali merutuki dirinya. Kenapa ia menjawab panjang lebar begitu padahal pertanyaan Rain hanya dua kata. Hua.. harga dirinya udah hancur. Dia ngomongnya pake gugup lagi. Pasti Rain sudah over thinking.
Rain mengerutkan keningnya. Jawaban pelangi membuatnya bingung. Fix pelangi benar benar sudah jatuh cinta sama dirinya.
"Ternyata lo sama aja seperti cewek pada umumnya." Tukas Rain remeh.Pelangi mulai berani menoleh, sedari tadi ia hanya mengumpat dalam hati saking malunya. Meski ia belum berani menatap netra indah Rain.
"Maksudnya?" Tanya Pelangi seadanya karena memang tidak tau apa maksud perkataan Rain.
"Murahan!"
Kata yang terlontar dari mulut Rain itu sukses membuat Pelangi naik darah. Sungguh, seumur hidup baru kali ini Pelangi mendapat penghinaan sekejam ini bahkan dari pria yang baru ia kenal 7 hari yang lalu. Keterlaluan...
BRAKK..
Suara meja di geplak terdengar nyaring di ruangan yang hanya di isi dua orang itu. Raut wajah Pelangi berubah drastis dari yang malu-malu menjadi penuh amarah.
"Beraninya lo ngatai gue cewek murahan. Asal lo tau belum ada yang pernah hina gue seperti ini. Emang apa salah gue sama lo sampai dengan entengnya lo ngatain gue murahan. Atau lo ngira kalau gue suka sama lo karena gue nanyain lo udah makan apa belum. Heh..dalam mimpi pun gue gak bakal suka sama cowok psikopat gak tau diri kaya lo. Ngerti?"
KAMU SEDANG MEMBACA
RAIN (Pelangi Di saat Hujan)
Novela JuvenilLove, secret and lies (Cinta, rahasia dan kebohongan)