13.

101 20 13
                                    


"Ne eonnie, aku paham," Eunha pelan – pelan membuka pintu kulkas dan mengepitkan ponselnya di antara telinga dan pundaknya sembari menuangkan botol susu ke gelas yang sudah di ambilnya dari lemari tadi, "Iya, aku mengerti."

"Ingat ya Eunha, jangan coba – coba kamu berniat masuk kerja minggu ini!" Terdengar suara Sooyoung, sang pemilik café dari seberang panggilan. Entah ini sudah peringatan keberapa kali yang dilontarkan Sooyoung padanya untuk tidak bekerja. Lucu sekali, padahal biasanya pegawai akan ditegur bos bila tidak masuk kerja dalam waktu yang lama, tapi pada kondisinya kini terbalik, Eunha malah disuruh untuk tidak bekerja dulu.

Padahal sedari tadi Eunha sudah menjawab bahwa dia paham tidak akan datang bekerja sampai berulang kali, Sooyoung seperti tidak percaya dan terus menerus menyerocosinya untuk serius tidak bekerja dulu dan lebih mengutamakan kesehatannya, seakan – akan Sooyoung tak yakin dengannya dan paham betul bahwa karakter Eunha yang keras kepala dan terlalu workaholic.

"Aku akan langsung memecatmu dan marah besar kalau kamu tunjukkan batang hidungmu di café!" ancam Sooyoung kali ini, yang malah membuat Eunha tersenyum geli membayangkan bosnya itu yang bernada seolah marah padahal dia juga sebenarnya khawatir.

"Siap, sajangnim," balas Eunha mantap sambil terkekeh pelan.

"E—eh tapi kalau kamu datang untuk berkunjung, tidak apa – apa kok," ujar Sooyoung kembali, "Kangen juga sudah 2 minggu tidak bertemu pegawai kesayanganku ini."

Eunha tertawa pelan, "Bukannya eonni sudah menjengukku waktu di rumah sakit?"

"Iya sih benar, tapi rasanya aneh melihatmu sakit seperti itu. Padahal biasanya kamu anak yang paling bersemangat dan sehat. Ugh! Terkutuklah orang – orang jahat yang membuatmu seperti sekarang! Kusumpahi mereka mati membusuk!"

"Astaga eonni, hm kalau begitu, kapan – kapan aku akan main ke café ya, eonni," ucap Eunha pada akhirnya yang disambut dengan seruan senang dari Sooyoung, seperti orang tua yang senang ketika anaknya memberitahu akan segera berkunjung dalam waktu dekat.

Panggilan itu diakhiri tepat ketika Eunha melihat Sana yang masuk membawa beberapa belanjaan seperti biasanya – ya seperti biasanya, hampir setiap hari Sana selalu pulang dengan membawa sesuatu entah itu belanjaan sehari – hari ataupun sekedar cemilan kecil untuk di rumah. Kali ini tampaknya Sana datang dengan membawa beberapa kantong makanan.

"Sini aku ban—"

"No! Berhenti disana dan jangan mendekat! Aku bisa bawa sendiri. " tukas Sana tiba – tiba hingga membuat Eunha cukup terkejut dan menurut diam di tempat. Kemudian gadis itu lanjut melepaskan sepatunya – sedikit kerepotan dengan belanjaannya – namun bersikeras agar Eunha tidak membantunya membawa barang – barang tersebut dengan alasan Eunha masih terlalu lemah untuk membawa beban.

Lalu Sana membawa semua barang – barang itu ke ruangan tengah, tempat dimana mereka biasanya duduk makan dan mengatur beberapa makanan yang dibelinya di atas meja disana. Alis Eunha mengerut bingung ketika menyadari kuantitas makanan yang dibawa Sana hari ini sepertinya jauh lebih banyak dari porsi normal yang biasa mereka makan dan menu makanan yang dibeli Sana cenderung lebih mewah dari biasanya, "Ada yang mau datang, San?" tanya Eunha menyimpulkan bahwa mungkin akan ada tamu.

Dan tepat seperti perkiraan Eunha, Sana mengangguk, "Chris mau datang sebentar!"

Sudut mata Eunha berkerut bingung. Chris? Datang? Dalam rangka apa? Masa mereka kencan di apartemennya Sana apalagi dengan kondisi adanya Eunha disana? Tapi seingat Eunha, hubungan mereka belum sejauh itu sampai Chris datang bertamu. Atau ada informasi yang dilewati Eunha selama ini?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 23, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pretended [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang