7.

150 29 6
                                    


"Disini rumahmu?"

Chris memajukan sedikit kepalanya ke kanan untuk melihat lebih jelas bangunan yang dikatakan Sana sebagai tempat tinggalnya. Sepertinya Sana ini adalah gadis perantau yang lumayan beruntung, bisa dilihat dari tempat tinggalnya yang berlokasi di tempat yang strategis dan juga bangunan apartemennya yang terlihat mewah untuk ditempati seorang diri. Setidaknya Chris yakin Sana berasal dari keluarga berada. 

"Ne. Aku tinggal disini," jawab Sana dengan senyumnya merekah, sembari mengatur beberapa barang bawaannya untuk dibawa turun.

"Tidak apa – apa?"

"Hm?"

"Selama ini kamu aman kan tinggal sendiri?"

Sana mengerutkan keningnya sedikit lalu tertawa kecil mendengar pertanyaan selidik dari Chris. Dia mengangguk yakin, "Iya. Beberapa tahun aku di Seoul, tidak pernah ada hal buruk terjadi. Tempat tinggalku juga nyaman sekali. Lagipula malam ini ada beberapa temanku menginap, Chris-ssi."

Entah mengapa Sana memberi terlalu banyak informasi pada Chris. Tapi entah mengapa juga, Chris merasa puas dengan jawaban Sana.

"Arraseo," Chris mengangguk, "Hati – hati, Sana-ssi."

Sana melebarkan senyumnya dan mengangguk beberapa kali pula, "Aku sangat berterima kasih karena kau mau mengantarku, padahal kita baru bertemu."

"Aku tidak bisa membiarkan gadis sepertimu kesusahan sendiri."

Kata – kata Chris tampak begitu lancar keluar dari bibirnya, apalagi ditambah dengan sorot mata pria itu yang tampak tulus disertai senyum tipis di bibir. Pasti Chris sudah terbiasa melakukan hal – hal manis seperti ini. Apa Chris tidak sadar kalau tindakannya beberapa detik barusan ini membuat jantung Sana tiba – tiba berdegup kencang dan pipinya terasa memanas tanpa aba – aba?

Selagi Sana mengatur beberapa bawaannya yang sangat banyak itu, Chris segera turun lalu memutari mobilnya dari depan. Kemudian membukakan Sana pintu lebar – lebar dan mempersilahkan gadis itu turun dengan hati – hati. Tidak lupa, senyum dilukis di wajah tampan Chris.

Lagi – lagi, Sana harus dipaksa berakting biasa – biasa saja, padahal rasanya kakinya sudah ingin terkulai lemas karna perilaku Chris yang begitu manis. Sana rasanya terlena dengan senyumnya Chris yang selalu memesonanya sejak pertemuan pertama tadi. 

"Ehm, terima kasih banyak Chris-ssi."

"Hati – hati ya."

Tolong diingatkan pada jantung Sana untuk berdegup dengan biasa saja, bisa – bisa dia mati jantungan hanya karena Chris yang baru dia temui tidak sampai dua jam lalu. 

Demi Tuhan yang memberikan Sana kesempatan untuk hidup hingga saat ini, baru kali ini Sana merasakan yang namanya terbuai atau jatuh cinta pada pandangan pertama. 

---

Chris kembali melajukan mobil Audi R8 berwarna merah nyentrik miliknya membelah jalanan Seoul siang itu. Waktu saat ini sudah menunjukkan pukul 2 siang, dan hanya ada beberapa waktu yang dia miliki untuk mengurus beberapa urusan pekerjaannya, apalagi mengingat hari ini adalah hari terakhir di tahun ini sehingga ada beberapa hal yang harus diselesaikan sebelum tahun berganti.

Ah tentu saja, bukan artinya di tahun baru Chris bisa bersantai – santai. Malah hari ini adalah hari yang bisa dibilang hari tersibuk di setiap tahun, karena dia harus memastikan semua hal yang harus digunakan Jungkook pada penampilannya tiap akhir tahun ini berlangsung dengan baik.

Menjadi manajer Jungkook sejak lima tahun belakang ini memang sudah menjadi bagian hidup Chris dan kesehariannya yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Chris merasa sangat bertanggung jawab dengan kesuksesan seorang Jungkook apalagi kalau dilihat kembali, Jungkook jugalah yang membawa Chris menjadi orang yang lebih dari berkecukupan seperti saat ini, walaupun hubungan keluarga antar mereka terbilang rumit.

Pretended [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang