satu 'ponakan'

172 26 11
                                    

Elan menatap gumpalan bulat itu tidak berkedip sama sekali. Menatapnya seakan-akan jika ia menutup mata nya gumpalan itu akan hilang begitu saja.

Jiza selaku ibu dari gumpalan bulat itu tertawa pelan saat melihat elan, dari 15 menit yang lalu lelaki itu sudah seperti ini. Menatap anaknya tanpa berkedip.

"Anak gue lama-lama sawan sama Lo lan. Gitu banget Lo tatap nya" canda jiza, yang membuat sang empu berkedip lambat lalu menatap jiza polos.

"Indah banget za. Gue pengen buat jadinya" jawab nya. Tidak butuh waktu lama, brian yang berada di samping elan memukul kepala belakang lelaki itu pelan.

"Nikah dulu baru buat bego!"

"Aduh! Iya-iya tau. Besok liat , habis skripsian gue langsung nikah! Ga mau tau!" Ucapnya enteng.

"Emang ada calon?" Sahut tenny.

"Ngga si..." Lirih elan dengan wajah memelas nya.

"Maka nya fokus dulu skripsi, terus cari kerja. Nyari pasangan itu gampang, asal Lo udah mapan lan" nasihat Tama. Ya emang ga salah sih.

"Udah- udah. Btw, namanya siapa tadi za?"

"Queenara syalenimar. Panggilannya Nara"  jawab jiza sembari mengelus lembut pipi gembul anak nya yang baru berusia 2 bulan itu.

"Bagus. Pasti yang kasih nama bapak nya, bukan lo" semprot Oliv tidak percaya.

"Itu Lo tau". Balas jiza dengan kekehan geli nya. Ia beranjak mengambil sang anak lalu di gendong nya dengan sangat hati-hati.

Benar kata semua orang, anaknya begitu indah, bulu mata yang lentik, tangan dan kaki yang mungil, serta bola mata hitam jernih nya. Kini ia merasa berdosa saat mengingat ingin menggugurkan kandungan di awal bulan dahulu.

Ia begitu tertekan, sampai-sampai jalan pikir nya hanya untuk menggugurkan anak ini. Padahal gumpalan bulat ini tidak berdosa sama sekali. Ia hanya ingin berucap banyak terimakasih karena joya orang yang pertama menyadarkan nya.

Rintihan tangis terdengar, ia menunduk melihat anaknya yang menangis dan menggeliat tidak nyaman.

Jiza tersenyum saat kaos yang dipakai nya mulai terasa basah di area sekitar perut nya. Ternyata gumpalan bulat ini kencing disaat ibunya sedang meminangnya.

"Eh eh kenapa nangis itu za!" Teriak elan tanpa sadar, lelaki itu jelas panik.

"Suttt jangan teriak gitu, nanti bayi gue kaget. Mending Nara Lo gendong dulu, gue mau ambil popok nya dia" jawab jiza sembari menyerahkan anak nya pada elan. Sedangkan elan sudah menelan ludahnya susah.

"Ini gapapa gue gendong? Gue ga tau caranya gendong bayi za. Jangan ah! Nanti anak Lo kesleo gue yang disalahin"

"Makanya coba dulu, pelan- pelan aja"

Dengan kedua tangan gemetar elan menyodorkan tangan nya, ingin mengambil alih bayi itu tetapi sebelum tangan lain mengambil nya terlebih dahulu.

"Gue gendong dulu aja za. Tangan elan gemeteran, kasihan bayi lo". Ucap tenny, yang kini memupuk bokong sang bayi pelan. Bahkan gumpalan bulat itu kini terdiam sembari menatap tenny dengan polosnya. Gemas, melihat sang bayi akhirnya tenny mengecupi pipi bulat itu bertubi-tubi.

Yang lain hanya menganga melihat kejadian tersebut. Tenny tidak terlihat kaku, dan lebih berpengalaman daripada yang lainnya.

"Wahhh, lo udah cocok banget jadi ayah muda nih Ten" kagum joya.

"Masa sih?" Tanya tenny kepada joya.

Joya mengangguk semangat, matanya masih berbinar melihat lelaki itu, sangat, sangat berwibawa. Ahh, kalo kayak gini joya boleh ganti haluan ga? Joya siap jadi istri nya tenny kok. Biarin dah si Januar mending sama tenny.

Kisah Cinta Anak KosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang