SH Ch26

3K 359 12
                                    

"Bunny!"

Jaemin menoleh ke arah lorong yang terhubung ke dapur. Seseorang memanggilnya ketika hendak menaiki tangga.

"Mark hyung!" senyum Jaemin merekah kemudian berbelok arah tujuan dan menghampiri Mark. "Hyung, kemana saja?" tanyanya sembari memeluk tubuh yang lebih tua.

"Hyung sibuk, maaf ya?"

Jaemin mengangguk paham. Mark berada di tahap terakhir masa kuliahnya, tentu saja pemuda itu menjadi sangat sibuk dengan penyelesaian skripsi dan persiapan sidang. Apalagi Mark juga terlibat dalam projek musik untuk acara tahunan.

"Hyung dengar kau memiliki masalah di kampus? Maaf hyung tidak ada untukmu saat itu."

"Tidak apa-apa, Hyung. Yang penting hyung ada di sini sekarang. Walaupun mungkin tidak akan berlama-lama, tapi setidaknya rasa rinduku terobati, hehe." ujar Jaemin dengan cengiran di akhir.

Mark yang merasa gemas mencubit kedua pipi pemuda manis itu sebelum menggiringnya ke sofa ruang keluarga. "Pipimu tidak setembam saat terakhir aku menyentuhnya. Kau baik-baik saja, kan? Apa masalahmu di kampus sangat mengganggu pikiranmu?"

Jaemin mengangguk ragu. Ia rasa ini saat yang tepat untuk menceritakan masalahnya pada Mark. Setidaknya bebannya akan sedikit berkurang dan siapa tahu saja Mark bisa membantunya bicara pada Jaehyun.

"Hyung yakin masalahmu akan segera berlalu. Kau tenang saja. Lagipula foto-foto itu hanya editan 'kan? Hyung percaya kau bukan orang seperti itu dan hyung percaya kau tidak akan mengecewakan kami. Jadi kau tidak usah khawatir."

Tidak jadi.

Jaemin tidak jadi menceritakan masalahnya pada Mark. Ia hanya bisa tersenyum hambar sebagai tanggapan. Kenapa Mark tidak bertanya dulu tentang kebenarannya? Jaemin tahu hyungnya itu berusaha menenangkan. Tapi bukan seperti itu yang Jaemin harapkan. Jaemin hanya ingin didengarkan terlebih dahulu, kemudian respon apapun yang akan ia dapat nanti ia akan terima. Tapi Jaemin mengurungkan niatnya. Mark tidak akan mengerti keadaannya.

***

Jaemin meletakkan kepalanya pada meja yang menempel di dinding kaca minimarket. Berkali-kali menghela nafas tetap tidak mampu menghapus kebingungannya. Ia merasa buntu, tidak bisa menemukan solusi soal masalahnya di tengah teror dari sang dosen konselor yang meminta Jaemin segera membawa wali untuk jaminan kelangsungan kuliahnya.

"Jaehyun akan marah saat tahu kau makan mie instan pedas sembarangan."

Jaemin terlonjak dan menegakkan badannya dengan spontan. Saat berbalik ia mendapati sosok manis yang membawa satu kotak roll cake coklat di tangan kanan juga satu cup es batu beserta minuman kopi kemasan di tangan kiri.

"Jaehyun juga akan marah jika tahu kau berkeliaran tengah malam begini."

Jaemin mendengus ringan. "Jaehyun hyung tidak akan tahu kalau dokter tidak mengadu."

"Akan aku adukan."

"Tapi jangan tersinggung kalau nanti Jaehyun hyung tidak peduli pada aduanmu." lagi-lagi Jaemin menghela nafas lalu kembali membaringkan kepalanya di meja, tapi kali ini menghadap Winwin. Rasanya tidak sopan jika ia membelakangi pria manis yang lebih tua darinya itu.

"Dokter, kuenya enak tidak?"

"Lumayan."

Jaemin bangkit untuk membeli kue yang sama tapi dengan rasa berbeda. Ia kembali setelah membayar roll cake rasa vanila dan susu pisang.

"Kau tidak kenyang setelah makan dua cup ramyun dan sekaleng soda?" tanya Winwin sembari menatap cup yang sudah kosong.

Jaemin menggeleng.

Sugar Hyung? [Jaemin harem] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang