SH Ch30

3K 356 19
                                    

"Hyung, hari ini aku dapat bonus karna berhasil mempromosikan pernak pernik baru di toko dan banyak yang laku terjual."

"Hebat sekali. Hyung bangga pada Jaemin."

-

"Hyung, aku sedih sekali. Ayah dan ibu sama sekali tidak mengucapkan apapun di hari ulang tahunku. Padahal sekedar pesan singkat saja aku akan sangat bahagia."

"Baiklah biar hyung yang gantikan. Hyung akan kirimkan pesan ucapan untuk Jaemin sekarang juga."

"Tapi Hyung sudah mengucapkan langsung bahkan membelikan kue dan hadiah."

"Itu bukan apa-apa. Yang penting Jaemin tidak bersedih lagi, hyung akan lakukan apapun."

-

"Hyung, bagaimana rasanya menjadi dokter?"

"Membanggakan."

"Apa Hyung tidak lelah? Memiliki banyak pasien, bahkan diwaktu istirahatpun hyung sering kedatangan pasien darurat. Dibangunkan malam-malam padahal siangnya sudah lelah bekerja."

"Tentu saja lelah. Tapi dibalik itu semua hyung juga merasa bangga pada diri sendiri. Apalagi ketika hyung berhasil menyembuhkan, itu benar-benar membahagiakan."

"Apa aku juga bisa menjadi dokter?"

"Tentu! Asal Jaemin punya kemauan dan tekad yang kuat."

"Tapi aku tidak punya uang."

"Jaemin itu pintar. Nanti saat kelas 12 coba ikut program beasiswa. Siapa tahu Jaemin beruntung, dan hyung juga akan membantu.

-

"Hyung, mereka jahat sekali... Hiks..."

"Jangan menangis. Hyung selalu ada di sini untuk Jaemin."

"Aku tahu, hiks... Tapi tetap saja aku juga ingin seperti orang lain. Jangankan diberi kasih sayang, dianggap saja tidak. Nenek terus mengomel dengan mengatakan aku yang tidak berguna, aku yang membebaninya. Hiks- aku hanya minta mereka datang menghadiri acara kenaikan kelas, sesepele itu tapi malah bicara yang tidak-tidak."

Seperti biasa, sosok yang tengah mendekapnya saat ini selalu menjadi pendengar yang baik untuk tempat Jaemin menumpahkan keluh kesahnya. Hanya dari sosok itu Jaemin bisa sedikit mencicipi kasih sayang yang selama ini ia idamkan, hanya dari sosok itu ia bisa merasakan betapa hangatnya sebuah pelukan dan usapan di kepala.

"Aku benci Nenek, aku benci Ayah dan ibu."

"Sweety, jangan begitu!"

"Aku lelah, Hyung. Aku terus merasa iri pada orang lain. Aku menjadi anak nakal dengan selalu mengutuk teman-temanku dalam hati. Saat mereka memamerkan sepatu baru aku berharap semoga sepatunya cepat rusak, saat mereka memamerkan tas baru aku berharap agar tali selempangnya cepat putus. Bahkan- hiks, saat mereka mengejekku anak yang dibuang, aku berdoa agar orang tua mereka cepat meninggal."

Jaemin hanyalah seorang remaja 16 tahun dengan emosi labil yang masih perlu bimbingan orang tua.

"Sssttth... Tidak baik seperti itu. Jaemin harus bersabar. Kalau mereka punya tas dan sepatu baru memangnya kenapa? Jaemin tidak pantas iri karna Jaemin lebih hebat. Mereka membeli itu semua dengan uang orang tua, sedangkan Jaemin mampu membelinya sendiri. Jaemin harusnya bangga. Jaemin selangkah lebih maju dari mereka."

Sosok itu mengusap-usap punggung Jaemin yang sesegukan karna sisa tangisnya.

"Dan jangan pernah mendo'akan hal-hal buruk pada orang lain. Jaemin harus tahu bahwa do'a itu bisa berbalik pada pemiliknya. Apapun yang mereka katakan, cukup ikhlaskan. Percayalah di masa depan nanti ada nasib baik untuk Jaemin. Jangan Jaemin yang menunggu, tapi Jaemin yang harus menghampirinya."

Sugar Hyung? [Jaemin harem] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang