SH Ch01

18.2K 757 11
                                    

Vote & comment, please! 🙏

Happy reading...

***

Bukan keinginannya tinggal di pusat ibu kota yang membutuhkan biaya hidup cukup tinggi.

Bukan keinginannya pergi pagi pulang dini hari dengan waktu tidur yang hanya tersisa 2-3 jam di setiap harinya.

Kehidupan ini penuh perjuangan. Uang bukan segalanya, itu benar. Tapi segalanya butuh uang, itu lebih benar.

Na Jaemin hanya bisa pasrah meratapi nasibnya. Tengah malam duduk sendirian di trotoar jalan yang telah sepi dengan kedua tangan memeluk lutut kurusnya. Ia baru saja dipecat dari pekerjaannya sebagai tenaga cuci piring di restaurant yang cukup mewah. Dua kali kesalahan Jaemin hanya diberi peringatan, tapi untuk yang ketiga kalinya tak bisa termaafkan.

Setelah memecahkan dua buah piring di waktu lalu, hari ini Jaemin memecahkan satu nampan gelas kristal yang sudah pasti harganya sangat fantastis. Tidak ada lagi toleransi, pria itu dipecat tanpa diberi uang gaji bulan ini. Manager restauran berdalih itu untuk mengganti kerugian yang bahkan tidak tertutupi walaupun Jaemin bekerja satu tahun tanpa dibayar sekalipun.

Jaemin sedikit berterima kasih akan hal itu. Ia bersyukur manager restaurant hanya mengambil gaji satu bulannya tanpa menuntut lebih, tapi ia juga sedih karna dipecat dari pekerjaan yang sudah ia lakoni sejak lima bulan terakhir, apalagi bayaran yang ia dapat perbulannya cukup besar.

"Padahal aku sudah berjanji akan melunasi uang sewa apartemen sampai dua bulan kedepan juga bulan lalu yang belum dibayar." gumamnya miris.

Setelah dipecat dari pekerjaan, mungkin Jaemin juga harus mulai berkemas dan bersiap diusir dari apartemen kumuh tempat tinggalnya.

***

Jaemin berjalan gontai menuju kampus di pagi harinya. Ia pusing memikirkan hidupnya yang begitu sulit. Sejak kecil rasanya Jaemin tidak pernah merasakan yang namanya bahagia.

Orang tuanya bercerai di usianya yang baru menginjak tujuh tahun. Diantara kedua orang itu bahkan tidak ada yang menginginkan Jaemin, mereka lepas tangan dan pergi meninggalkan Jaemin begitu saja bersama nenek dan kakek dari pihak ayah.

Orang-orang mengatakan kasih sayang nenek kakek melebihi kasih sayang orang tua, tapi nyatanya yang Jaemin terima hanya sikap peduli tak peduli. Ia memang diperbolehkan tinggal, diberi makan, disekolahkan, tapi tidak ada kehangatan, ia tak bisa bermanja atau berkeluh kesah layaknya cucu pada nenek kakeknya.

"Kalian bisa membeli alat-alat ini di apotik atau di supermarket. Karna ini kebutuhan individu, jadi kalian harus membeli masing-masing. Sekarang silahkan catat apa-apa saja yang dibutuhkan!"

Jaemin yang duduk di bagian tengah hanya bisa mendesah lelah seraya menatap ke arah depan.

Lagi-lagi uang.

Belum juga mendapatkan uang untuk membayar sewa apartemen, kini ia juga membutuhkan uang untuk membeli alat-alat yang baru saja dituliskan dosennya di papan tulis.

Sugar Hyung? [Jaemin harem] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang