Jangan lupa vote dan spam komen ya!
Winter masih mengurung diri saat Jaemin datang ke apartemennya. Apartemen itu dihuni oleh anggota Aespa dan kini hanya ada Karina disana. Kawasan itu tampaknya dijaga ketat dan kompleks mereka tidak jauh dari tempat Jaemin tinggal.
Jaemin duduk di kursi tamu sementara Karina membawakan jus mangga untuknya. Ia hanya berniat menemui Winter tetapi sepertinya kondisi gadis itu sedang tidak baik.
"Dia mengurung diri sejak kejadian tiga hari lalu." Karina membuka pembicaraan.
"Apa dia baik-baik saja? Kau sudah memberinya makan?" Jaemin terlihat khawatir.
Karina menggeleng. "Sudah kucoba untuk membuatnya keluar kamar tapi dia terus mengunci diri. Makanan yang kuberi pun selalu tidak habis."
Jaemin mengusap rambutnya. "Boleh antar aku ke kamarnya?"
Karina mengangguk. Ia membawa Jaemin kedepan pintu kamar Winter lalu meninggalkan pria itu sendiri disana.
Jaemin mengetuk pintu dibawah tulisan "Minjeong's room" itu.
"Minjeong... ini aku, Jaemin. Apa kau baik-baik saja?"
Sudah ia tebak, tidak ada jawaban. Jika Karina saja tidak bisa membujuk gadis ini, bagaimana dengan Jaemin yang hanya orang asing baginya?
"Dengar... Minjeong, aku sedang tidak menggodamu atau mengasihanimu saat ini. Beberapa hari terakhir, aku tidak melihatmu di kantor maupun di ruang latihan. Jadi aku berpikir, apakah sesuatu terjadi padamu setelah kejadian itu?" Ujar Jaemin di depan pintu yang masih tertutup rapat.
"Baiklah, jika kehadiranku ini tidak membantu sama sekali, aku akan pergi. Kubawakan sup hangat untukmu. Aku akan menaruhnya didepan pintu. Jangan lupa dimakan, ya?" Jaemin meletakkan sup itu dan berbalik untuk pergi. Tapi ia menahan diri untuk tidak pergi secepat itu. Ia ragu untuk memastikan sekali lagi apakah gadis itu baik-baik saja. Pria itu menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Ekhem, dengar, Minjeong, supnya tidak enak jika dimakan saat dingin, jadi-"
Krek. Ucapan Jaemin terputus saat pintu itu terbuka menampilkan seorang gadis dengan piyama kuning. Gadis yang dihadapannya tidak terlihat seperti biasanya. Mukanya tampak kusam oleh lingkaran cokelat yang agak pekat dibawah mata. Rambutnya terlihat kasut seperti belum disisir berhari-hari lalu matanya menatap ke arah lain.
"Sudah selesai dengan dialogmu?" Ujar Winter dengan suara yang sedikit serak.
"M-minjeong..."
"Jangan menatapku seperti itu. Lagipula, aku tidak membukakan pintu ini untukmu. Aku ada jadwal MC hari ini, tahu? Kita tidak bisa meninggalkan pekerjaan hanya karena suasana hati." Winter menggeser tubuh Jaemin agar dirinya bisa lewat. Ia berjalan menuju dapur diikuti Jaemin dibelakangnya.
"Tapi, kau tidak bisa melakukan pekerjaan itu dengan keadaan seperti ini! Apa kau bisa membawa acara itu sedangkan kau tidak bisa membawa dirimu sendiri?" Jaemin menahan tangan Winter.
Winter berbalik dan tersenyum sinis. "Apa karena kantong mataku ini? Huh, kau tidak usah khawatir. Di jaman sekarang, banyak alternatif yang bisa kugunakan untuk memanipulasi ini salah satunya dengan make up. Aku bisa menutupnya dengan concealer." Winter melepas kasar genggaman Jaemin.
"Tapi, apakah lukamu juga bisa ditutupi oleh sesuatu semacam itu?" Jaemin bersikeras menahan Winter.
Winter terdiam cukup lama. Ia lalu tak menghiraukan Jaemin dan mulai mengambil roti.
"Cukup! Kau tidak bisa terus berpura-pura, Minjeong."
"Berhenti memanggilku dengan nama itu! Kita tidak cukup dekat untuk saling memanggil nama masing-masing. Kau bagiku hanyalah orang asing, Na Jaemin." Winter memelototinya dengan mata yang mencerminkan kesedihan mendalam.
KAMU SEDANG MEMBACA
B(L)ACKSTAGE
FanfictionAda yang berusaha menutupi rahasia demi keadaan yang berjalan sesuai rencana. Ada yang berusaha menutupi rasa cinta demi karir yang melonjak sempurna. Ada juga yang berusaha menghibur orang lain tanpa tahu cara menghibur diri sendiri. Ini adalah sis...