5. Celaka

1.4K 118 5
                                    

Giselle masuk dengan tergesa-gesa ke kamar Karina. Ia melihat gadis itu sedang mengeringkan rambutnya dengan hairdryer di depan cermin.

"Kar, Winter sudah berangkat?" tanya Giselle.

Karina mengangguk. "Aku sudah mencegahnya untuk pergi, tapi dia bersikeras untuk datang ke Inkigayo."

Giselle mengacak rambutnya frustasi. "Bagaimana dia bisa menjadi MC disana jika Haechan juga menjadi MC di acara itu?"

Tangan Karina berhenti dari aktifitas mengeringkan rambutnya. Ia lalu menoleh pada Giselle. "Benar, Giselle, aku baru ingat... Apa dia akan baik-baik saja?"

Giselle menggelengkan kepalanya. "Aku tidak yakin."

"Baiklah, aku akan menemuinya sekarang," ujar Karina.

"Aku ikut," usul Giselle.

Karina menggelengkan kepalanya. "Jangan. Jika kau disana, mungkin situasinya akan semakin rumit. Aku tidak yakin bahwa Winter akan baik-baik saja dengan kehadiranmu."

"Kar... kau tidak percaya bahwa aku dan Haechan tidak pernah memiliki hubungan apapun sebelumnya?"

Karina menghela napas. "Aku percaya padamu, tapi tidak dengan Winter. Anak itu sedikit emosional sekarang. Jadi, kumohon...."

"Hm, baiklah, aku mengerti." Giselle tersenyum tipis. "Jaga Winter baik-baik. Jika ada sesuatu, tolong kabari aku."

***

Jaemin membawa Winter ke rooftop gedung agensi mereka. Luka Jaemin masih terlihat di pelipisnya. Syal yang diberikan Winter tertinggal di ruang latihan. Jaemin pasti bertanya-tanya setelah apa yang dikatakan Haechan padanya tadi.

Mereka memandang kota Seoul dari atas sana. Anginnya terasa sejuk walau cahaya matahari sedang membungkus kota. Jaemin menatap ke depan. Rambut depannya terkibas angin.

"Lihatlah kedepan, Winter." Jaemin mengambil napas lalu menghembuskannya. "Cuacanya bagus hari ini."

Winter menyipitkan mata dan mengerutkan alisnya. "Jaemin?"

"Hm?" Jaemin menoleh.

Mata mereka bertemu. Winter menatap nanar itu penuh tanya. "Jaemin, kau dengar apa yang dikatakan Haechan tadi? Mengapa kau tidak meninggalkanku setelah tahu semua itu? Kau tahu aku-"

"Apa bedanya denganku, Win? Aku juga terus berusaha mendapatkanmu seperti kau ingin mendapatkan Haechan dulu." Jaemin meletakkan tangannya di bahu Winter. "Mencintai seseorang itu bukan suatu kesalahan, Winter. Tak ada salahnya jika kau menginginkan orang yang kau cintai untuk selalu bersamamu."

Winter menatap Jaemin penuh arti sampai ia mendapati pandangannya berkaca-kaca. Ia lalu memandang ke arah lain. "Apa kau benar-benar setulus itu?"

Jaemin mengangguk dan mengusap pipi Winter. "Tak usah terburu-buru membuka hati, ya? Aku ingin kau mempunyai waktu untuk berdamai dengan masa lalu. Aku akan selalu menunggumu sampai kau memberikan jawabannya nanti."

Suara isak tangis Winter terdengar lirih. "Siapa bilang aku akan memberikan jawaban? Memangnya kau pernah bertanya sesuatu padaku?"

Jaemin tertawa kecil dan mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Ia meletakkan kotak kecil itu ke tangan Winter. "Simpanlah cincin ini dan pakai ketika kau sudah yakin dengan hatimu."

Winter menggenggam erat kotak kecil itu lalu tersenyum tipis pada Jaemin.


B(L)ACKSTAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang