9. Rasa

915 80 4
                                    

"Apa kau akan berhenti mencintaiku jika aku menjawab iya?"

Ruangan itu kembali diselimuti oleh kesunyian yang dibenci Jaemin. Ia meremas bajunya merasakan perasaan terbakar dalam hatinya. Ia menunggu gadis itu melanjutkan potongan kalimatnya namun sepertinya ia sudah menambahkan titik di akhir kalimat itu.

"Bagaimana bisa aku berhenti, Minjeong?" Jaemin terdengar putus asa.

Winter menyeringai kecil. "Kau langsung menyimpulkan sendiri maksud pertanyaanku itu? Aku tidak bilang bahwa aku masih mencintai Haechan."

Ada helaan napas lega yang terdengar dari Jaemin. "Baguslah. Eh, maksudku—"

Winter tersenyum kecil dan sejenak melupakan rasa sedihnya. "Kau tahu, betapa menyenangkannya melihatmu panik seperti tadi?"

Jaemin menyipitkan matanya. "Itu bukan panik. Tapi perasaan cemburu."

"Terserah padamu," ujar Winter.

Mereka kembali terdiam karena tidak ada topik yang bagus untuk dibicarakan lagi. Keduanya hanya bersikap canggung satu sama lain. Padahal, biasanya Jaemin lah yang selalu banyak bicara pada Winter.

Winter akhirnya beranjak dari kursi dan berkata, "apa aku boleh melihat-lihat?"

Jaemin tersenyum singkat. "Buatlah dirimu merasa nyaman, Winter."

Saat Winter sedang sibuk melihat foto yang dipajang diatas nakas, sesuatu milik Jaemin berdering. Ia mengangkat ponselnya setelah melihat siapa yang menelpon di layar.

"Ya, Karina," ujar Jaemin. Mendengar Jaemin sedang mengangkat telepon, Winter pun menoleh.

Jaemin lalu melirik ke arah Winter setelah Karina menyelesaikan kalimatnya. "Apa? Winter pergi dari rumah?"

Sontak saja Winter terperanjat mendengar itu. Ia lalu membentuk simbol x dengan lengannya dan bicara tanpa suara untuk merahasiakan keberadaannya.

"Tentu saja aku tidak melihatnya. Seharian ini aku tidak keluar apalagi bertemu Winter," lanjut Jaemin lalu menutup telepon setelah pembicaraan berakhir.

"Terimakasih," ujar Winter akhirnya.

Jaemin mengangguk. "Tapi kenapa kau tidak ingin pulang?"

Winter mengetuk-ngetuk jarinya di nakas itu. "Aku butuh waktu."

Jaemin mengangguk. Ia mengerti perasaan Winter lalu memutuskan untuk tidak melanjutkan topik pembicaraan itu lagi.

***

"Jaemin bilang, dia tidak tahu dimana Winter." Karina mengerang frustasi setelah menutup teleponnya. "Katanya dia belum keluar apartemen seharian ini."

Giselle bersandar pada dinding ruang latihan. Mereka sudah mencoba menghubungi semua orang yang dekat dengan Winter, termasuk Ningning yang sejak tadi tidak terlihat batang hidungnya. Tapi mereka semua tidak tahu dimana keberadaan anak itu.

Haechan tampak berpikir keras. "Apa Jaemin tidak mengatakan hal lain?"

Karina menggeleng. "Tidak."

"Aneh. Sebelumnya, anak itu pasti selalu penasaran jika menyangkut Winter. Tapi mengapa dia tidak panik atau mencoba melakukan sesuatu kali ini?" Haechan terheran.

Karina mengangkat bahu. "Apa terjadi pertengkaran diantara mereka?"

"Tidak tahu. Aku bukan juru terawang," jawab Haechan.

B(L)ACKSTAGE Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang