Satu bulan sudah berlalu. Haechan menelusuri koridor menuju ruang latihan Aespa. Ruangan berdinding kaca itu memperlihatkan dua orang gadis di sudut ruangan yang sedang beristirahat. Giselle menenggerkan handuk putih di bahunya dengan kaki yang terjulur sedang Karina memainkan ponsel di samping Giselle.
Keduanya mendongak saat mendengar langkah kaki mendekat ke arah mereka. Giselle memandang wajah itu sampai jarak mereka benar-benar dekat untuk memulai percakapan. Giselle menaruh handuk putihnya di kursi dan bangkit menyejajari tubuh Haechan.
"Kau kesini? Apa ada sesuatu yang ingin disampaikan?" Tanya Giselle.
Haechan melirik ke arah Karina, lalu kembali pada Giselle. "Apa kalian hanya berdua?"
Giselle lantas mengangguk. "Memang, kau melihat ada yang lain?"
"Teman-temanmu tidak ada jadwal latihan hari ini?"
Giselle mengangkat bahunya. "Ini memang bukan jadwal latihan khusus kami. Aku sedang dalam proses pemulihan untuk membiasakan saraf kakiku bekerja dengan normal kembali dan Karina mau membantu." Ia menunjuk ke belakang punggungnya.
"Apa kakimu masih terasa sakit?" Haechan mengernyitkan dahi.
Giselle tersenyum. "Tidak. Sekarang sudah membaik." Haechan pun ikut bernapas lega mendengarnya.
"Ngomong-ngomong, apa kau tahu kemana mereka? Maksudku, teman-temanmu." Raut wajah khawatir mulai terlihat pada Haechan.
Setelah diam yang cukup lama, Giselle berkata, "tunggu dulu, apa kau mencari.... Winter?" Giselle menyipitkan matanya. "Aku belum bertemu anak itu sejak semalam."
Haechan mengerang frustasi. "Dia tidak pulang ke rumah?"
Giselle menggeleng pelan. Ia lalu kembali menatap Haechan lamat-lamat. "Apa kau mengatakan sesuatu padanya?"
Haechan mengalihkan pandangannya dari Giselle. Jelas sekali bahwa ia menghindari pertanyaan itu.
"Kau mengatakan sesuatu tentang kita padanya?" Giselle meremas rambutnya jengkel. "Haechan, kau memilih waktu yang tidak tepat setelah semua masalah yang menimpa Winter belakangan ini."
Haechan melirik pada Giselle. "Lalu kapan, Selle? Pada akhirnya pun Winter harus tahu."
Karina yang sedaritadi hanya memperhatikan percakapan itu pun menyahut, "kau sudah gila ya, Chan?" Karina menampakkan ekspresi kesal. "Sekarang, bagaimana? Apa kau tahu kemana Winter pergi?"
"Kita harus mencari Winter sekarang." Giselle bersikeras.
"Siapa kira-kira yang akan Winter datangi?" Karina mengusap dagunya.
"Rumah orang tuanya?" Cetus Haechan.
Giselle termenung lalu berkata, "tidak, itu terlalu jauh. Dia tidak mungkin pergi kesana sendiri tanpa bodyguard dan tanpa mengabari salah satu dari kita atau pihak agensi." Giselle menolak usulan Haechan.
"Pergi ke rumah temannya?" Celetuk Haechan lagi.
Karina menggeleng. "Setelah debut, dia tidak pernah berhubungan lagi dengan teman-temannya. Tidak mungkin dia tiba-tiba ke rumah salah satu temannya setelah mengetahui bahwa dia sudah menjadi artis terkenal, kan? Winter tidak mungkin melakukan itu."
"Berpikirlah, pasti ada salah anak agensi yang didatangi Winter," ujar Giselle.
"Seseorang yang akhir-akhir ini dekat dengannya?" Haechan mengerutkan dahi.
Karina menggigit bibir. "Maksudmu... Jaemin?"
***
Jaemin menyelimuti gadis yang tertidur lelap di tempat tidurnya. Ia lalu membuka gorden membiarkan cahaya matahari masuk menyelimuti ruangan. Cahaya itu membuat mata yang cantik dari gadis itu perlahan terbuka. Namun, saat pemandangan pertama yang ia lihat adalah Jaemin, ia langsung terkejut sambil menyibakkan selimut.
KAMU SEDANG MEMBACA
B(L)ACKSTAGE
FanfictionAda yang berusaha menutupi rahasia demi keadaan yang berjalan sesuai rencana. Ada yang berusaha menutupi rasa cinta demi karir yang melonjak sempurna. Ada juga yang berusaha menghibur orang lain tanpa tahu cara menghibur diri sendiri. Ini adalah sis...