\\ 08 \\

376 37 7
                                    

Aku turun dari lift, bukannya menutup pintu lift dan menuju lantainya sendiri, Justin ikut turun bersamaku.

"So now you're following me? After telling me who you really are, you feel like you shouldn't trust me that much, don't you?" Tanyaku pada Justin yang saat ini berdiri di hadapanku.

"Aku hanya ingin memastikan kalau kau tidak akan bilang ke siapapun soal yang tadi kuceritakan padamu," balasnya. Aku menggeleng, benar-benar tidak habis pikir dengannya.

"Justin, apa aku seperti pembohong? Aku juga tidak akan ingkar janji. Kalau kau takut aku membeberkan segala rahasiamu, mungkin sudah kulakukan sejak kemarin saat aku tahu kau bukan Jake, aku bisa saja memberitahu semua orang kalau namamu palsu. But I didn't do that." Aku pun mulai berjalan menuju apartemenku, dengan Justin yang masih mengekor di belakangku.

"Good point. Well, terima kasih sudah mau menjaga identitasku yang sebenarnya. Maaf jika sedikit meragukanmu. Aku hanya khawatir kau bercerita pada Ashton dan yang lainnya," ungkapnya.

Saat sampai di depan pintu apartemenku,  aku langsung membuka kunci, "Mungkin aku jengkel dan kesal padamu, tapi aku tidak semenyedihkan itu, J." Justin yang kini bersandar di dinding sebelah pintu hanya diam. "Kau masuk tidak?" Ia pun mengikuti langkahku ke dalam dan mengunci pintu setelahnya.

Aku melepas sepatu heels 9 senti andalanku, rasanya seperti lepas dari siksaan. Padahal hanya 9 senti, tapi sudah cukup merepotkan. Kemudian kuletakkan tas kantorku di sofa, kulihat Justin yang sudah melepas sepatunya dan duduk di lantai depan TV sambil sibuk dengan handphone miliknya. Karena sudah makan, aku hanya mengambil air dingin dari lemari es dan menyambar dua gelas bersih dan membawanya ke depan TV, meletakkannya diatas coffe table. Mengambil posisi berhadapan dengan Justin, lalu kusandarkan punggungku di sofa belakangku.

"Apa yang sebenarnya kau cari tentang Sarah?" Tanyaku langsung pada Justin sambil menuangkan air dingin ke dalam gelasnya.

"Dia terlibat dalam satu kasus pencucian uang dengan seseorang yang cukup berengaruh di negeri ini. Aku mendapat tugas menyelidikinya. Sebenarnya aku agen yang tidak berkutat dengan hal semacam ini, aku sebenarnya termasuk dalam Special Force atau pasukan khusus. Hanya saja aku dalam masa percobaan karena aku melakukan hal bodoh."

"Apa itu?"

"Aku dan satu temanku berkelahi dalam club ditengah tugas. Kami pun dihukum selama dua bulan. Aku diberhentikan sementara dari Special Force, senjataku beberapa disita, dan di sinilah aku sekarang, menjadi Jake. Aku tidak tahu lagi apa hukuman yang aku dapat jika mereka tahu aku sudah memberitahumu secara blak-blakan semua ini." Kalimat akhirnya ia ucapkan dengan nada pasrah.

Aku mengerjap. Jika dipikir-pikir besar juga ya, risiko dari mengetahui semua rahasianya.

"Lalu kenapa kau memberitahuku semuanya?" tanyaku. Jika memang itu melanggar peraturan, harusnya dia tidak perlu mengatakannya, kan?

"Karena aku ingin. Entahlah, Summer. Kau datang begitu saja dan tanpa kau menyadarinya kau sudah tahu sebagian tentang diriku. Kau bahkan sudah bertemu beberapa anggota keluargaku. Kau sudah terlalu banyak mengetahui tentangku. Jika aku melepasmu begitu saja, bisa membahayakanmu juga. Ini tidak pernah terjadi sebelumnya selama dua tahun aku bertugas. Walaupun ini bukan tugas bahaya seperti biasanya, tapi tetap saja." ucapnya.

"Lalu kenapa kau tetap melakukannya? Kau benar-benar mempercayaiku? Maksudku, kita tidak berteman 'dengan baik', aku bisa saja membeberkan semua ini, J." Justin terkekeh pelan, seolah-olah menganggap remeh apa yang baru saja aku katakan.

"Aku tahu kau tidak akan mampu melakukannya. Kau sebenarnya terlalu baik," sahutnya santai, kemudian meneguk habis air putih yang aku tuangkan tadi.

Undercover DisastersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang