\\ 10 \\

149 22 2
                                    

SUMMER

"Yes. This is why I'm asking you to have dinner with me. Because she's here." Jawabnya, aku menggeleng tidak percaya. Kemudian tertawa masam, sementara Justin hanya memandangiku.

"You're unbelievable!" Aku mengangkat kedua tanganku di udara, kemudian berbalik menjauh darinya. Justin mengikutiku dari belakang.

"Jangan kemana-mana, aku mau bayar dulu." Ucap Justin, aku menoleh, mendapati dia berhenti di depan kasir. Namun aku tak menuruti kata-katanya. Bisa-bisanya dia hanya menjadikanku excuse untuk menjalankan misi dia yang lain. Pada awalnya, aku kira ini salah satu bentuk ajakan seorang teman. Harusnya aku tahu sejak awal.

"Ayolah, jangan memasang wajah seperti itu. Aku tadi buru-buru, jika aku sendirian dan dia melihatku, mungkin akan terasa aneh, Summer. Maafkan aku." Ucapnya saat kami sudah sama-sama berada di luar restoran.

Did he just apologize?

Aku berbalik melayangkan clutch di tangan kananku ke kepalanya berulang kali. Justin mengaduh kesakitan, sambil menaruh kedua tangannya di atas kepalanya, membuat pertahanan diri. Aku kesal. Ya, sangat kesal. Karena bisa-bisanya dia seenaknya menarikku dalam pekerjaannya ini.

"Aw! SUMMER! BERHENTI!" serunya kesal.

"Kau kesal, kan? Itu hal yang sama yang aku rasakan, kau tahu. Aku tidak mau hal ini membahayakan pekerjaanku juga, Justin. Bagaimana kalau ketahuan? Bagaimana kalau-"

Justin meletakkan telunjuk kanannya di bibirku, dengan satu tangannya yang lain berada di pundakku. Aku menelan ludah dengan berat sambil menatapnya, kemudian dia berkata, "Shhhh. Sebelum dia bisa mengeluarkanmu dari kantor, dia sudah kuamankan. Lihat saja nanti."

Saat di mobil, aku memberanikan diri bertanya pada Justin, "Is it okay that I know about all of this stuff?" Tanyaku. "About the mission, your camouflage, and anything about FBI-related things?" Justin menoleh padaku sekilas, sebelum kembali menatap jalanan di depan.

Apa benar tidak apa-apa jika aku mengetahui misinya? Apa itu tidak membahayakan dirinya sendiri? Merusak kredibilitasnya sebagai seorang agen, karena telah membiarkan orang lain tahu tentang misi yang sedang dia jalankan? Ah, entahlah. Mungkin aku harusnya mengkhawatirkan diriku sendiri. Bukan Justin dan pekerjaannya.

"Kenapa? Aku yakin kau sudah mencari tahu sendiri soal FBI dan hal-hal yang ada kaitannya dengan itu. Aku berani jamin, selama kau tidak memamerkan apa yang kau tahu, kau aman. Mungkin."

"Mungkin?!" seruku dengan nada terkejut. Justin hanya terkekeh pelan. Kemudian menyalakan radio di dashboard.

"Tenang, Summer. Mungkin setelah ini aku tidak lagi mengganggumu, setelah misi di FabMAGZ selesai. Kurang dari dua bulan, atau bahkan mungkin minggu depan aku sudah kembali ke tempatku. Setidaknya, sampai mereka mengirimku lagi untuk melakukan misi di New York." Ujarnya tepat saat reff lagu Malibu milik Miley Cyrus terdengar.

Memang Justin bilang dia hanya punya waktu dua bulan penuh untuk menyelesaikan misi hukumannya. Mendengarnya berkata akan pergi setelah misi ini selesai, membuatku sedikit merasa kehilangan. Kehilangan tetangga, teman. Entahlah. Begini, maksudku aku tidak punya orang yang kukenal lagi di apartemen ini selain dia.

"Lalu, kau akan kemana setelah hukumanmu selesai?" Tanyaku. Aku kadang benci diriku sendiri yang tidak bisa berhenti bicara dan penuh rasa penasaran. Tapi, salahkan Justin saja, karena dia yang membuatku melakukannya.

"Kembali ke Virginia, dan menunggu tugasku selanjutnya. Aku juga harus mendapatkan semua privilege milikku kembali seperti semula. Pasti kau sudah baca soal markas pusat ada di sana, kan?" Dia masih saja membahas soal aku yang mencari tahu lebih dalam tentang FBI, seolah dia memang tahu apa yang baru saja aku lakukan setelah pulang kantor tadi. Memang benar, Virginia adalah markas besar FBI seperti yang kubaca. Hanya saja alamatnya tidak terlalu detail saat aku mencari itu di internet.

Undercover DisastersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang