Sudah lima hari aku menumpang di tempat Jake, rupanya kerusakan sumber listrik dan air gedung ini tidak kunjung diperbaiki. Akupun juga sudah lelah jika harus protes pada pihak pengelola gedung. Walaupun aku harus merasa tidak enak pada Jake, karena berlama-lama menumpang di sini.
"Summer, kau masak apa malam ini?"
Ah, rupanya dia sudah pulang. Tapi, darimana dia?
Hari ini, kami semua pegawai dipulangkan lebih awal. Tapi, Jake justru baru sampai pukul 9 malam. Beruntung ia sudi meminjamkan kunci cadangan untuk apartemennya ini tadi pagi. Seperti dia sudah tahu kalau akan dipulangkan lebih awal dan dia sudah punya rencana untuk pergi ke suatu tempat.
"Darimana saja kau?" tanyaku.
"Apa itu urusanmu, hm?" balasnya acuh. "Mana kunci cadanganku?" aku memberikan kunci yang dia maksud, lalu pergi ke dapur untuk mengabil makan malam kami.
"Whoa, kau bisa baca pikiranku, rupanya. Aku suka spaghetti. Sangat suka!" serunya girang seperti anak kecil, saat melihat spaghetti buatanku.
Jujur saja, ini pertama kalinya aku melihat Jake tersenyum selebar itu. Sebelumnya? Jangankan senyum, melemparkan pandangan ramahnya padaku saja tidak pernah. Setidaknya senyumnya barusan bisa sedikit meyakinkanku kalau dia masih manusia.
"Ya, nikmatilah selagi aku masih menumpang di sini. Karena selanjutnya, mungkin masakanku tidak lagi gratis untukmu, Jake," candaku.
"Akurelafasilitasgedunginirusakjikakaudisinidanterusmembuatmasakanenakbuatku." ujarnya cepat, bahkan aku tidak bisa menangkap apa yang barusan dia katakan.
"Excuse me?" ujarku, berusaha membuatnya mengulang kembali kalimat yang tadi dia ucapkan.
"Nothing. Lupakan saja, bukan apa-apa. Sungguh."
Akhirnya, kami berdua makan dalam diam, ditemani oleh serial favoritku, Sherlock Holmes. Untung saja Jake tidak keberatan kalau aku meminjam TV miliknya. Mungkin dia juga penggemar Sherlock jadi dia diam saja saat aku mengganti channelnya.
"Apa hari ini Ashton The Nerd mengantarmu pulang lagi?" tanya Jake tiba-tiba, membuyarkan konsentrasiku, saat aku sedang asyik memperhatikan ketampanan Benedict Cumberbatch di layar kaca.
"Ya..." detik berikutnya, kudengar Jake tertawa. Tertawa lepas. "Kenapa kau tertawa?" Well, satu lagi tanda-tanda kalau dia benar-benar bukan manusia batu. Jake tertawa lepas. Kuulangi, Jake tertawa lepas.
Sebelum menjawabku, ia sedikit menyeka air mata yang ada di sudut matanya, kemudian berkata, "Dia menyukaimu, Summer. Anak TK pasti juga tahu kalau dia menyukaimu."
"Kau meledek, ya?"
"Aku bicara kenyataan. Tidakkah kau merasakan perhatiannya yang lebih padamu, huh?" aku hanya menggeleng pelan. "Berarti kau yang payah." usai mengatakan itu, Jake beranjak dari sofa.
"Kau pikir bisa seenaknya meninggalkan piringmu yang kosong, huh?" sindirku, saat Jake akan masuk ke kamarnya.
"Apa gunanya kau ada di sini kalau aku tetap harus mencuci piring kotor itu dengan tanganku sendiri, huh? Kau mau berpura-pura lupa soal perjanjian?" ujarnya.
"Tidak ada soal cuci piring dalam perjanjian, Jake. Kau hanya menyuruhku memasak."
"Fine, sekarang, aku akan menyuruhmu mencuci piring selagi kau masih menumpang di sini," balasnya, "Dan... Um... Kau juga harus mengantarkan pakaianku ke laundry di bawah. Puas? Sekarang aku sudah memberimu tugas kan, Summer? Jadi, tidak akan ada jawaban tidak saat aku menyuruhmu."
"Fuck," gumamku pelan.
***
Jam menunjukkan pukul 6 tepat saat aku terbangun. Reflek, aku mengecek handphoneku dan mendapati beberapa pesan. Salah satunya dari Ashton.

KAMU SEDANG MEMBACA
Undercover Disasters
FanfictionSummer Lily Xanders benar-benar membenci musim panas. Ia mungkin satu-satunya di dunia ini yang membenci musim panas. Alasannya cukup sepele, hanya karena namanya. Namun, musim panasnya kali ini berawal dengan baik. Mulai dari dia akan benar-benar t...