SUMMER
Aku merasa sangat bingung saat ini. Rupanya Justin sedang melakukan pertemuan dengan rekan agen FBInya. Ada John dan satu lagi pria yang tiba-tiba tahu namaku dan langsung memanggilku Summer.
Aku menurut saja saat Justin menyuruhku mengikutinya dan menuju ruang kerjanya. Ia tiba-tiba menampakkan raut wajah yang sulit ditebak.
"Aku minta maaf soal Ryan," jadi laki-laki yang bersama John tadi Ryan yang namanya pernah disebut oleh John waktu itu. "Jangan diambil hati, dia hanya bercanda. Dia memang begitu. Sepertinya John sudah menceritakan tentangmu padanya." Aku mengangguk, sambil terus menatapnya.
"Kau tidak seharusnya berada di sini, Summer. Aku sedang mengadakan pertemuan dengan kedua rekanku," ungkap Justin lagi.
"Maaf, aku hanya masih khawatir dengan keadaan tanganmu. Sebagai teman aku merasa aku harus datang untuk mengecek keadaanmu," ujarku. Justin hanya menggeleng kemudian memegang pelipisnya.
"I'm perfectly fine. Look at me!" Nadanya kini terdengar seperti menyombongkan diri. Aku hanya diam. "Oke, mungkin aku masih sedikit merasakan rasa nyeri. Tapi sungguh, aku tidak apa-apa."
"Apa kau bahkan minum obat?" Justin diam. Sudah kuduga, pasti dia belum meminum obatnya. "I knew it. Kau tidak meminum obatnya, kan? Kau bisa bilang kau kuat, tidak apa-apa. Tapi ini tanganmu, Justin. Tangan kananmu! Astaga!" Teriakku.
"Lalu kau mau apa? Tidak perlu berusaha terdengar seperti seorang dokter. Ada hal yang lebih penting yang akan kukerjakan dengan teman-temanku," jawabnya sinis.
"Justin," panggilku. "Ayolah. Jangan seperti ini. Aku bahkan bisa tahu kalau perbanmu itu belum kau ganti. Jika lukamu tidak cukup parah, aku tidak akan seperti ini." Justin terlihat berpikir mendengar ucapanku.
"Fine. Aku akan meminum obatku dan membiarkanmu mengganti perban ini," mendengar itu aku bisa tersenyum lega. Meski wajah Justin masih datar-datar saja.
"Ternyata ruangan kerjamu juga seperti ruang kerja pada umumnya. Tapi pasti ada tempat penyimpanan rahasia di sini, ya?" tanyaku iseng. Justin hanya menggeleng pelan kemudian memberi isyarat padaku dengan tangan kanannya untuk keluar dari ruangan ini.
Saat di ruang tengah, keadaan masih sama seperti tadi. Aku mendapati Ryan dan John duduk di sofa ruang tengah dengan senjata dan beberapa peralatan di atas meja. Ryan terlihat sibuk dengan laptop dihadapannya. Sementara John, terlihat sedang memeriksa pistol di tangannya, yang aku tak tahu itu pistol jenis apa. Aku hanya mampu menelan ludah melihat pemandangan di hadapanku saat ini. Aku berada dalam satu ruangan dengan tiga agen FBI dan senjata mereka. Jika aku orang jahat, mungkin aku sudah sangat ketakutan berada bersama mereka saat ini.
Justin tiba-tiba bicara, "Ryan, katakan maaf padanya atas sikapmu tadi." Ryan yang perhatiannya tertuju pada laptop sebelumnya, langsung mengangkat kepalanya dan menatap Justin dan aku bergantian.
"Oke, aku minta maaf. Aku pikir tadi adalah sambutan yang lucu untukmu, rupanya kau belum terbiasa dengan candaan seperti itu." Ucap Ryan pada akhirnya.
"Tidak apa, kau kumaafkan. Tapi, panggil saja aku Lily. Aku kurang suka dipanggil Summer," ketika mengucapkan kalimat terakhir, aku melirik tajam ke arah Justin. Ya, tentu saja aku berusaha memperingatkannya lagi betapa tidak nyaman dipanggil Summer.
"Oke, Lily." Ucap Ryan diikuti John yang tersenyum.
"Di mana obatmu, Justin?" tanyaku pada Justin yang saat ini sudah duduk di sofa, di samping John.
"Di kotak obat Summer, perbannya juga di sana. Ambil saja," aku mengangguk mendengarnya, kemudian menuju kotak obat yang terletak di dapur, di samping lemari es. Setelah mengambil keperluan untuk mengobati Justin, aku kembali lagi ke ruang tengah dan mengambil tempat di sebelah Justin di sofa.

KAMU SEDANG MEMBACA
Undercover Disasters
FanfictionSummer Lily Xanders benar-benar membenci musim panas. Ia mungkin satu-satunya di dunia ini yang membenci musim panas. Alasannya cukup sepele, hanya karena namanya. Namun, musim panasnya kali ini berawal dengan baik. Mulai dari dia akan benar-benar t...