"Aku kira kita berdua sudah berjanji untuk tidak terlihat bersama saat di kantor." Ujarku pada Justin yang tetap memaksaku untuk berangkat bersamanya sejak kita berdua meninggalkan tempatnya.
"Tapi aku tidak mungkin membiarkanmu terlambat sendirian, Summer. Kita sama-sama masih karyawan baru, ingat kan? Lagi pula, kau tidak akan terlambat jika bukan gara-gara aku."
"Jadi, sekarang kau peduli padaku?" Kataku dengan nada meledek. Tanpa suara, Justin menarik tanganku dan memaksaku masuk mobilnya. Oke, biar kuperjelas. Saat ini kami berdua sedang berada di depan lobby apartemen dan Justin memperlakukanku dengan seenaknya. Sementara seorang satpam hanya menatap kami heran.
"Apa-apaan kau barusan, Justin?!" Tanyaku penuh emosi saat dia berhasil mendudukkanku di jok depan mobilnya.
"Perempuan sepertimu perlu sedikit paksaan. Jadi jangan salahkan aku. Jenis-jenis sepertimulah yang kerap membuat kaum pria sering kebingungan. Kalian sungguh punya dua maksud dalam satu kata. Dan aku tidak mau kau membuatku bingung."
"Kau ini bicara apa, sih?"
"Ah, terserahlah. Aku hanya berusaha bersikap gentle. Tapi, tepat saat masuk kantor nanti aku ingin kau berakting, seolah-olah kita tidak berangkat bersama. Mengerti?" Desaknya.
"Dan satu lagi, jangan sampai kelepasan memanggil aku Justin!" ucapnya.
"Dasar aneh." Cibirku.
Justin mematikan mesin mobilnya sesaat setelah mendapatkan posisi parkir yang sempurna. Sebenarnya aku sungguh tak perlu naik mobil bersamanya karena dengan jalan kaki saja aku sudah bisa sampai kantor dalam waktu 10 menit.
Aku dan Justin berjalan beriringan ketika di lobby. Kami juga berada dalam satu lift. Tidak ada dari kita berdua yang bicara, tapi saling larut dalam pikiran masing-masing. Saat lift berdenting menandakan lantai yang kami tuju, aku dan Justin lagi-lagi keluar bersamaan dan jalan bersebelahan menyusuri koridor.
Ketika aku dan Justin berpapasan dengan Lana, wanita itu menghentikan langkah kami berdua.
"Dari mana saja kalian berdua? Sudah pukul berapa sekarang? Kenapa bisa kalian telat bersamaan?" Cecar Lana. Dia jelas sedang bingung dan terburu-buru.
Saat Justin berusaha menjawab, Lana justru bicara lagi, "Kalian tidak usah repot-repot mengarang alasan. Jake, aku butuh kau untuk mendesain sesuatu. Mari ikut aku, dan kau Lily, segera ke tempatmu sekarang."
"Wah, ini dia yang kutunggu sejak tadi. Kenapa kau terlambat?" Tanya Megan saat aku tiba di mejaku.
"Kemarin aku kelelahan, jadinya telat bangun. Aku merasa payah kalau terlambat begini. Mrs. Griffith bahkan memergokiku tadi. Aku merasa tidak enak, Meg." Jawabku. Kelelahanku karena aku setiap hari harus berlaku seperti pelayan gara-gara Justin.
"Tapi dia tidak marah-marah, kan? Santai saja Lil. Kalau dia memanggilmu, jawab jujur saja."
"Ya, thanks, Meg,"
"Hari ini kita harus cari banyak bahan untuk referensi rancangan bulan ini, Lil. Mrs. Griffith tadi memberi tahuku," ucap Megan dari meja sampingku. "Sebenarnya Mrs. Griffith sudah punya list jenis-jenis baju yang harus didapatkan, tapi dia minta dari versi kita sendiri."
"Kapan pemotretannya?"
"Kurasa minggu depan. Hari ini dia ingin Jake mendesain layout untuk halaman Fashion of The Month dan itu yang harus kita cari." Jawab Megan lagi.
"Astaga, aku ketinggalan banyak hal di sini. Padahal aku hanya telat 30 menit," keluhku.
"Dan selama 30 menit itulah Mrs. Griffith menjelaskan semuanya panjang lebar," terangnya. "Oh iya, kita juga harus memberikan usulan kita pada Sarah. Aku dengar dia menyukaimu, maka kurasa kau lagi yang akan menghadapinya, Lily."

KAMU SEDANG MEMBACA
Undercover Disasters
FanfictionSummer Lily Xanders benar-benar membenci musim panas. Ia mungkin satu-satunya di dunia ini yang membenci musim panas. Alasannya cukup sepele, hanya karena namanya. Namun, musim panasnya kali ini berawal dengan baik. Mulai dari dia akan benar-benar t...