5

1K 215 24
                                    

Pagi itu Uty baru saja mengakhiri panggilannya dengan ibu mertua, seperti biasa bu Hasni akan mengomel panjang lebar setiap kali mengetahui Argan keluar negeri. Harusnya bukan dia yang mendengar omelan ibu mertua tapi berhubung nomor Argan tidak bisa dihubungi jadilah ia yang kena sasaran.

Seperti biasa setiap pagi selesai sarapan dan melihat anak-anak Uty berangkat kerja. Tidak ada yang berbeda setelah satu Minggu kejadian di hotel, kehidupan mereka masih sama. Tidak ada yang ditanyakan Uty dan belum ada penjelasan apa-apa dari Argan.

"Selamat pagi Bu."

Itu suara Saga, putra pak Haydar, Uty mengangguk sekali tanpa ekspresi lalu masuk ke mobil setelah pria itu membuka pintu.

"Bagaimana kabar ibu?" Uty tidak bosan bertanya soalan yang sama setiap pagi. Bukan basa-basi tapi memang ingin tahu keadaan istri pak Haydar.

"Masih sama. Rencananya sore nanti mau cek gula darah lagi. Kalau belum turun juga mau berobat kampung saja, Bu."

Kasian, beruntungnya ibu punya suami yang peduli. 

Mobil telah keluar dari pekarangan kediamannya dan perlahan melaju membelah keramaian lalu lintas. Uty dengan iMac melihat perkembangan persentase proyek baru dan Saga Fokus mengemudi.

"Berhenti di mini market simpang lima ya." Uty ingin membeli permen, mulutnya terasa hambar sejak kemarin. Padahal ada stok di kantor tapi kelamaan kalau menunggu sampai ke sana.

"Baik Bu."

Apa karena kebanyakan makan Nanas lidah jadi tidak berasa? Ini gara-gara Violet yang merecokinya. Siang kemarin sahabatnya itu datang ke kantor membawanya sekotak Nenas yang siap dimakan.

Saga menghentikan mobil di sebuah minimarket yang dimaksud Uty. "Aku saja yang beli, Bu."

Uty tidak keberatan. Ia kembali ke iMac namun secara tidak sengaja matanya melihat seseorang lewat di depan mobilnya.

"Bukankah itu pak Daud?"

Uty melihat lagi dan benar itu sopir suaminya yang juga baru keluar dari mini market tersebut dengan menentang sebuah plastik yang isinya terlihat putih.

"Ini Bu." 

Uty menerima plastik tersebut. "Coba ikuti mobil yang itu," titahnya seraya menunjuk ke sebuah mobil yang tak lain adalah milik suaminya. Entah kenapa, Uty ingin tahu padahal bukan sekali ini melihat pak Daud di tempat umum.

"Baik." Saga mengikuti mobil yang dimaksud Uty, ia tidak bertanya apa-apa hanya menjalankan perintah majikan ayahnya.

Uty sadar, ini salah. Apa yang ada dipikirannya sekarang? Ia menggeleng. Itu memang mobil suaminya dan Argan sendiri yang bilang kalau dia ke luar negeri. Kalau pak Daud tahu pasti memalukan, Uty tersenyum sendiri.

"Kita balik ke kantor saja," kata Uty tepat di area belokan.

Dan Saga mengangguk menuruti perintah Uty. Tanpa sengaja melalui spion tengah melihat seorang wanita muda keluar dari mobil yang tidak jadi diikuti oleh mereka tapi karena tidak tahu apa-apa Saga diam saja tanpa punya pikiran apapun.

******

"Kemarin Mama minta kalian jalan-jalan, dia bilang sibuk selama beberapa bulan ke depan, lalu kenapa sekarang bisa pergi?"

"Ada pekerjaan mendadak Ma." begitu yang diketahui Uty.

"Apa salahnya ngajak kamu, Mama enggak keberatan jagain anak-anak."

Uty tersenyum tipis. "Aku enggak bisa Ma."

"Pas Argan bisa kamunya enggak, kamu sempat Argan yang sibuk, sakit kepala Mama Uty!"

"Maaf Ma. Kalaupun aku ikut sama aja, mas Argan sibuk di sana. Kami cuma ketemu malamnya saja."

Iya sih, batin bu Hasni. Dari dulu ia tidak pernah berpikir dengan menyerahkan tanggung jawab pada Argan akan membuat waktunya sibuk sampai-sampai tidak peduli pada Uty. Beliau tahu bagaimana rasanya dicuekin suami, walaupun menantunya juga bekerja bu Hasni yakin Uty pasti merasa kesepian.

"Berapa lama dia di sana?"

"Dua Minggu."

"Kenapa tidak setahun aja?!" bu Hasni berteriak kesal. "Anak itu tidak tahu diri, kenapa dia tidak mengaktifkan teleponnya coba."

Uty tidak tahu. Sudah tiga malam Argan pergi cuma satu kali pria itu menghubunginya yaitu ketika suaminya landing.

"Mungkin sibuk Ma, nanti kalau mas Argan telepon aku bilang suruh telepon Mama."

"Nggak usah! Anak kalau tahu diri ya peka." dalam hati kalau Argan pulang nanti bu Hasni akan bicara serius dengan putranya.

******

Kebiasaan Violet adalah sering datang baik ke rumah maupun kantor tanpa mengabari lebih dulu. Untungnya Uty tidak sedang sibuk, karena pekerjaan selesai lebih awal dan ia segera pulang agar bisa bermain dengan anak-anak.

"Kali ini buah apa?"

Violet tertawa.

"Kenapa, kapok makan Nenas?"

Uty mengangguk. 

"Di rumahmu ada pohon apa?"

"Kelengkeng sama Mangga." tapi baru berusia tiga bulan, itu juga pak Haydar yang tanam sama tukang kebunnya.

"Mana?"

"Di belakang, baru berumur tiga bulan."

"Eh, bercandanya kelewatan." lalu Violet tertawa, ia tahu tidak ada Argan di rumah makanya datang. Kalau ada pasti di depan pagar aja menyuruh Uty yang keluar.

"Aku ngajak yang lain juga tapi mereka bisanya malam, ya udah aku sendiri aja."

Teman-temannya yang lain rata-rata karyawan, hanya tiga orang yang tidak sesibuk yang lain karena kerjaan cuma mengikuti jadwal suami. Dan yang paling banyak waktu adalah Violet, saking senggangnya ia sempat mematai suami teman-temannya.

"Dia telepon nggak, sudah seminggu kan?"

"Telepon kok."

"Kapan, pas sampe atau pas mau pulang nanti?"

"Yang penting ditelepon." Uty tidak terlalu kepikiran. Ia juga menjawab dengan santai.

Apa semua pasangan yang dijodohkan rumah tangganya akan se-hambar ini? "Kaya orang enggak punya masalah, heran. Kalau aku nih ya tanya dulu, tunggu dia klarifikasi baru mau bobok lagi." 

Dan Uty tidak terpancing untuk menganggapi seperti biasa dia hanya tersenyum tipis. 

"Kamu enggak bilang yang lain kan?"

"Kalau kamu diam aja, kemungkinan besar aku mau musyawarah dengan anak-anak."

Kini senyum Uty sedikit lebar. Ia tahu Violet tidak akan cerita ke siapapun. 

"Aku pulang dulu, Bu."

"Oh iya." tadi Uty sudah menyuruh Saga makan dulu sebelum pulang. "Hati-hati di jalan."

Saga mengangguk sekali.

"Siapa Ty?" Violet tidak bisa berkedip melihat cowok mengenakan kaos hitam dan celana Levi's dengan warna senada yang menonjolkan warna kulitnya.

"Anak pak Haydar."

Violet tahu siapa pak Haydar. "Kamu punya sopir setampan ini, yakin Geby meleleh kalau dia lihat." ah bukan hanya Geby, sekarang dia saja terpana.

Bukannya menanggapi maksud kalimat Violet, Uty malah menjelaskan keberadaan Saga di sini.

"Istri pak Haydar sakit, jadi beliau harus fokus perawatan ibu. Saga gantiin kerjaan ayahnya, lumayan aku enggak harus cari sopir baru."

"Kenapa sih kamu enggak ada sisi munafiknya?" 

Uty tidak mengerti apa yang dikatakan Violet dan Violet tidak perlu bertanya karena Uty memang tidak terpesona pada pria bernama Saga, si sopir pengganti.









Segalanya bukan tentang cinta (Rutin Up Di Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang