2

1.2K 267 16
                                    

 "Nomor bapak tidak bisa dihubungi." Nadya, sekretaris Uty memberitahunya. "Bu Mitha masih di Bali."

"Bagaimana dengan sopirnya?" 

Oh iya, Nadya lupa ia segera minta maaf dan langsung menghubungi pak Rion. Aktif tapi tidak diangkat. "Tidak tersambung, Bu."

Tidak mungkin Argan melupakan acara amal yang diselenggarakan setiap enam bulan sekali, walaupun semalam selesai rutinitas malam mereka tidak membahasnya. 

"Aku pergi dulu, kabari beliau kalau kamu mendapatkan telepon."

Nadya mengangguk. 

Uty pergi bersama sopirnya, masih di kota yang sama tapi karena lalu lintas macet mereka baru tiba di acara itu setelah satu jam lebih.

Uty dan Argan sepakat tidak mengundang awak media di acara amal mereka. Kegiatan yang sudah dilakukan selama enam tahun ini dilakukan diam-diam. Kecuali amal sosial dari perusahaan barulah mereka mengizinkan wartawan meliput.

Kunjungan kali ini ke sebuah yayasan panti jompo yang merawat sekitar 300 lansia. Sebelumnya Uty dan Argan telah menghubungi dan membuat perjanjian dengan pihak yayasan bahwa hari ini adalah jadwal kunjungan.

Akhirnya yang mendampingi Uty di kunjungan amal kali ini adalah sopirnya, pak Haydar. Tidak masalah selama bantuan tersalurkan dengan kerendahan hati Uty juga menemui lansia yang tidak sanggup berkumpul di aula wanita itu juga berfoto dengan mereka namun tak satupun kebersamaannya hari ini tersebar ke media. 

Setelah tiga jam meluangkan waktu untuk ibu-ibu hebat yang semuanya sudah berusia senja Uty meninggalkan tempat itu.

Selalu ada pelajaran setiap kali acara amal, ia bertemu orang-orang baru di mana mereka semua adalah saudaranya.

******

Karena pak Haydar mendapat telepon tiba-tiba dari keluarganya yang mengabarkan bahwa sang istrinya tidak sadarkan diri dan sudah dibawa ke rumah sakit, beliau memberitahu Uty dan meminta maaf karena tidak bisa mengantar majikannya.

"Bapak di sini saja, aku yang menyetir."

Pak Haydar menolak tapi Uty tidak menerima penolakan ia bahkan tidak setuju kalau pak Haydar naik taksi lebih baik mengantarnya sendiri.

Uty tidak merasa rendah dengan menggantikan pekerjaan sopirnya, keselamatan lebih utama lagi pula pak Haydar tampak tidak tenang.

Tiba di rumah sakit Uty menghubungi Nadya dan menyuruh sekretarisnya ke rumah sakit.

Karena masih di IGD pasien sedang ditangani petugas jadi mereka tidak perlu mencari, di depan juga sudah ada yang menunggu pak Haydar.

Uty tidak mengenal seluruh keluarga pak Haydar kecuali istrinya. Tapi dia tahu laki-laki yang sudah bekerja padanya selama delapan tahun ini memiliki dua orang anak. 

Di sini Uty tidak ingin diperlakukan istimewa walaupun posisinya adalah majikan pak Haydar. Ia bergabung dengan dua orang itu mendengar keadaan terkini istri sopirnya, sementara menunggu sekretarisnya datang untuk mengurus administrasi.

"Aku sudah menghubungi, Safra. Kemungkinan dia pulang malam nanti." seorang pria sepantaran pak Haydar memberitahunya.

"Saga?" tanya pak Haydar.

"Sudah berangkat saat kami masih di rumah."

Memiliki dua anak, anak pertamanya masih lajang dan bekerja di luar kota, sedang yang kedua wanita sudah menikah dan memiliki tiga orang anak tapi tidak tinggal bersama mereka karena di bawa oleh suami.

Ini ketiga kalinya istri pak Haydar masuk rumah sakit kalau Uty tidak salah ingat. Beliau memiliki riwayat penyakit diabetes dan sudah komplikasi.

"Orang-orang melihat Ibu." pak Haydar melihat ke sekeliling mereka, baru sadar bahwa beliau datang dengan orang penting juga dikenal oleh masyarakat luas.

"Tidak apa-apa, ini rumah sakit. Masyarakat kita mengerti bagaimana harusnya keadaan di rumah sakit."

Tapi di waktu yang sama sekretarisnya tiba di rumah sakit dan segera mengeluarkan masker untuk dipakai Uty.

Salah satu perawat memanggil keluarga pasien untuk mengurus administrasi dan selanjutnya pasien akan dipindahkan ke ruang perawatan. Uty menunjuk sekretarisnya untuk mengikuti perawat tersebut lalu bersama pak Haydar dan perawat lainnya ia mengantar istri sopirnya ke ruangan.

Karena sudah di sini tidak salahnya Uty masuk ke ruang perawatan sementara menunggu Nadya menyelesaikan administrasi. Atas arahannya istri pak Haydar akan di rawat di ruang VIP.

"Duduk dulu Bu."

"Terimakasih." Uty beristirahat sebentar, sambil melihat perawat yang sedang bekerja.

Seseorang masuk setelah memberi salam. Tanpa melihat ke sekeliling pria itu langsung bicara dengan pak Haydar.

"Kenapa ruang VIP Yah, aku cuma bawa uang lima juta, ini juga pinjam dari Roy." tidak dengan nada yang tinggi mungkin takut pasien terganggu. "Ayah juga tidak pegang uang, kan? Atau Safra bilang dia bawa uang?"

Pak Haydar merasa tidak enak dengan Uty. Dia tidak meminta majikannya agar istrinya mendapat ruangan terbaik di rumah sakit ini, ini inisiatif Uty sendiri. Lalu ketika putranya datang bukannya bertanya keadaan ibu dulu tapi malah mengkhawatirkan biaya, wajar sih tapi di sini ada Uty sedikit memalukan karena kondisi keuangan diketahui oleh atasannya.

"Mbak." Saga mendekati perawat yang sedang bekerja, ia ingin meminta ke ruang rawat inap biasa tapi pak Haydar mencegahnya.

"Di sini ada bu Uty."

Saga, pria yang kini sudah melepaskan jaket kulit berwarna hitam dan mengapit di ketiak menoleh saat ayah menepuk bahunya.

Ia melihat seorang wanita yang mengenakan setelan celana hitam di padu inner putih dan blazer senada dengan celana. Ah iya, itu atasan ayahnya, pernah dilihatnya beberapa kali di televisi.

Uty tersenyum tipis menyapa anak pak Haydar. Saga mengulurkan tangannya ketika sang ayah memperkenalkan atasannya.

"Saga."

Uty tidak menyebut namanya lagi karena pak Haydar sudah memberitahu putranya tadi.

Lalu Uty duduk lagi ketika Saga dan pak Haydar ikut duduk bersamanya.

"Maaf sebelumnya." Uty mulai bicara. "Saya yang meminta agar ibu di rawat di ruang ini, dan semua biaya ditanggung oleh perusahaan." 

Sebenarnya dari tadi bisa dijelaskan tapi Saga yang masuk tiba-tiba langsung komplain jadinya sekarang saja dijelasin.

"Pak Haydar sudah saya anggap seperti keluarga sendiri, jangan sungkan."

Pak Haydar sering menceritakan sosok Uty dan Argan pada kedua anaknya namun tidak begitu detail.

"Terimakasih banyak." Saga mengucapkan dengan tulus dan sungguh-sungguh atas kebaikan Uty.

Saat Nadya tiba di ruang istri pak Haydar, Uty berpamitan pada tiga orang itu. Tidak lupa ia memberikan sebuah amplop yang sudah disediakan sekretarisnya untuk pak Haydar

"Jangan pikirkan apa-apa fokus saja pada ibu. Kabari aku kalau terjadi sesuatu."

Pak Haydar dan pak Dede mengantar Uty sampai di pintu ruangan. "Kalau Ibu sudah bangun titipkan salamku."


Segalanya bukan tentang cinta (Rutin Up Di Karyakarsa)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang