Part 32 - Dua Tahun? -

2 0 1
                                    


Sungguh memalukan!

Anindya menyembunyikan wajahnya dengan tas Ranzel. Jelas, dia tidur padahal sih enggak, ini hanya alibi. Bahkan sampai Arhan datang pun dia masih betah dalam posisi nya. Mau di taruh dimana ini muka!

"Anin, bener Lo tadi nerima tembakan gue?". Tanya Arhan membuat Anindya menggigit bibir bawahnya untuk menghilangkan kegugupan. Tubuhnya langsung tegap lagi, dengan pandangan lurus.

"Ahh itu... Gue cuma drama, Lo tadi tahu kan gue bilang ada kata kata drama di awal". Ucapnya menyengir lebar, namun yang didapatkan hanya tatapan Arhan yang dingin.

"Ohh, kirain".

Anindya menggaruk pipi nya yang tak gatal. Dia sedikit tak rela kalo Arhan tak membujuknya untuk menerima nya lagi, ck Arhan terlalu lempeng. Tidak tahu apa kata hati wanita itu!

"Huh... Han Lo mau ngak nemenin gue buat nonton penampilan NCT dreams hari ini di studio Jakarta?". Ajak Anindya penuh binar. Memang Anindya menyukai opa opa Korea terbukti jika anak itu selalu maraton drakor setiap harinya. Bahkan Mama saja dibuat darah tinggi karna Anindya yang selalu menghabiskan internet datanya jika WiFi dirumah mati.

Seketika raut Arhan semakin dingin, bahkan rahangnya semakin mengeras. Anindya tertawa kaku.

"Ah-haha, ngak jadi deh". Ucapnya.

"Ck, gue udah beli tiketnya lagi. Mubajir kan, apa gue ajak Arafa?". Tanya nya dalam hati, ada sedikit harapan jika Arafa ingin menemaninya. Lagian awalnya ia akan membeli tiket satu saja, tapikan sisanya ada dua. Jadi dia membeli dua duanya.

Jika dirinya mengajak dua sahabat nya, ngak mungkin dong yang ada nanti satunya ngambek.

"Selamat siang, baik kali ini di pelajaran saya akan membahas tentang perekonomian di Indonesia...".

****

"Mah, Arafa mana?". Tanya Anindya sambil menjinjing sepatu nya untuk disimpan di rak sepatu Kamar nya. Terlihat Mama yang sedang menghiasi cake buatannya menoleh sekilas.

"Katanya mau nginep di Rumah teman".

"Ishh, tuh anak perasaan nginep mulu deh". Gumamnya. "Oh iya".

"Tumben nanyain Arafa".

"Ah enggak". Tanpa banyak basa basi, Anindya langsung pergi naik ke Kamarnya. Menyimpan sepatu di rak lalu menyibak gorden jendela, berharap jika jendela kamar Arhan juga membukakannya.

Arhan hari ini banyak diam, sungguh membuat nya tak nyaman.

Apa dia marah karna pernyataan cinta nya tak ia di balas? Atau dia kecewa karna ucapannya tadi siang bahwa itu semua hanya bohong? Sungguh ia tak percaya.

Jika memang benar Arhan menyukainya, terus dirinya harus apa? Masa harus nembak lagi ke laki laki itu sih. Mana tuh cowok ngak peka banget, ngak nanya lagi kek tentang statusnya. Atau maksa dirinya kek.

Ahh, Anindya merasa lebay kali ini. Dulu saja pas ia masih berhubungan dengan Axsel tak pernah sampai membingungkan kayak gini. Ah ngomong ngomong tentang Axsel, laki laki itu tak pernah lagi ketemu dengan dirinya bahkan berpapasan pun tidak. Intan juga sama.

Terakhir kali ia lihat Axsel saat di Cafe kalo ngak salah. Katanya mau ada yang di omongin penting, tapi biarlah.

"ANINDYA ADA TAMU NIH, ARHAN...". Teriak Mama begitu menglegar dirumah membuat Anindya yang tadinya melamun menatap atap langit seketika mengerjapkan mata nya. Sekulas senyum tipis terbit.

"IYA".

"Ishh, katanya ngak mau. Hihi...". Anindya cekikikan, merasa geli akan sikap Arhan.

Dengan secepat kilat Anindya membersihkan tubuhnya lalu memakai baju kaos oblong putih juga celana dan jaket jeans. Setelah semuanya selesai, dia langsung membawa tiket yang di selipkan pada casing nya lalu turun ke bawah untuk menemui Arhan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AnindyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang