Part 31- Tembak? -

2 0 1
                                    


Semenjak kejadian Minggu lalu dipertunangan Zella. Anindya tak pernah lagi bertemu dengan perempuan tersebut, katanya sih dia ke Singapura saat pulang di Tunangan itu.

Padahal Anindya ingin meminta jawaban tentang Lio. Ahh jadi ketundakan.

Anindya menuruni setiap anak tangga dengan seragam juga tas Ranzel yang dia gendong di punggung nya. Tak ada lagi seragam yang dikeluarkan, atau pun tas Ranzel yang dia sampirkan. Anindya akan mencoba berperilaku baik.

Terlihat wanita paruh baya - Rachel - sedang memasak, dia menoleh sebentar dengan senyum tipis. Sungguh Rachel sangat senang melihat Anindya berubah, ada baiknya juga waktu itu diri nya ke Swiss.

"Eh Anin, kamu udah bangun". Sapa nya. Sambil menata makanan di meja makan.

Rachel jadi banyak berubah ketika Anindya mulai serius dengan Sekolah nya. Rachel banyak perhatian lagi padanya, bahkan Mama sudah melupakan panggilan Adiknya. Sungguh rasanya senang sekali.

Anindya langsung duduk di kursi meja. "Iya. Mmmm... Pasti enak".

"Bukan pasti lagi dong, emang masakan Mama pada juara semua kan?".

Anindya terkekeh geli. "Iya-in aja Mah".

"Heleh kamu itu".

****

"Anindya~". Sapa laki laki yang sudah nangkring didepan Rumah nya seketika rasa semangat pagi ini bertambah. Dengan senyum manis nya Arhan memakaikannya helm tanpa seizin nya.

Lagi pula Arhan sudah biasa melakukan nya, sudah sering juga anak itu mengantarkannya berangkat dan pulang Sekolah. Biarlah, itung-itung ngirit uang jajan kan?

"Han bentar". Cegah Anindya karna refleks dirinya menyentuh tangan Arhan. "Lo... Waktu malam itu, Lo sama Mama bicara-in soal apa?". Tanya nya, ia sedikit kepo saat Mama pernah meminta Arhan untuk berbicara serius. Bahkan saking seriusnya Anindya tak diperbolehkan untuk mendengarkan.

Plisssssss, jangan kasih tahu kesiapa pun yah Arhan...

"Ahh... Waktu itu Mama bilang katanya suruh jaga Lo, jangan sampe Lo bolos bolos lagi dan jangan sampe Lo ngerokok atau minum alkohol. Gitulah, tentang Lo!".

"Masa sih? Lo ngak bohong kan?". Anindya merasa tak puas akan ucapan Arhan. Ia merasa jika itu tak mungkin, mana bisa Mama menitipkan dirinya pada Arhan. Ia tahu selama ini Arhan dan Mama hubungan nya tak sedekat itu.

"Mana mungkin gue bohong...". Lain di hati dia sudah berdoa akan tidak terjadi karma akan kebohongan nya ini. Jika dirinya berbicara jujur bisa bisa ia akan di tendang oleh Mama nya Anindya.

Anindya menelisik wajah Arhan yang kini sedang menyengir lebar, dengan kesal Anindya menyentil dahinya membuat dia meringis. "Hah... Terserah lah, ngak perduli gue".

"Ngak usah nyentil juga kali. Sakit nih!". Anindya mengacuhkan Arhan, dia langsung menaiki Motor Arhan. Tak lama dari itu Motor tersebut melaju membelah jalanan ibu kota. Jalanan ini tak ramai juga tak sepi membuat perjalanan nya lancar.

"Nin?".

"Hm?".

"Lo tahu ngak pas acara pertunangan nya Zella. Varo ngikut Zella ke Singapura". Ucapnya membuat Anindya sedikit terkejut.

"Masa sih?".

Arhan mengangguk kan kepalanya bahwa itu adalah benar. Dia pernah mendengar ucapan Sahabat nya Varo bahwa Varo mengikuti Zella ke Singapura.

"Iya".

"Ahh biarin lah. Cape gue kalo masuk lagi ke masalah orang lain".

"Lo keterlaluan, ngak ngajak ngajak gue ke tunangannya si Zella".

AnindyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang