Part 20 - Halte -

4 2 1
                                    

.
.
Happy Reading

"Satu yang harus kamu tahu, bahwa selama ini aku belum siap melepaskan apa yang sudah aku miliki dengan mudah".

"Anindya!".

Anindya mendongkak saat itu juga ia bertatapan dengan mata yang terlihat berbinar namun tidak dengan Anindya yang hanya memutar bola mata malas.

Tanpa sengaja ia melihat Axsel yang bertempelan dengan Intan yang baru saja keluar parkiran dengan jaket Axsel jadi penandah hujan.

Sungguh ia tak percaya.

Ia merasakan tamparan kuat namun kasat mata, buru buru Anindya mengalihkan pandangannya ke arah laki laki tak lain tak bukan Arhan. Dia langsung ke Halte bersamaan dengan Intan yang baru menepi dengan Axsel.

Pertanyaan nya kenapa dua makhluk itu malah disini? Kan si Intan bawa tuh Mobil, kenapa ngak balik aja?.

Seakan udara mulai menipis, Anindya mengusap tengkuknya sambil menarik nafas panjang panjang.

"Eh Anindya...". Sapa Intan sok akrab.

Anindya berpura pura terkejut saja. "Intan!".

"Loh, belum pulang Nin?".

Ck, basa basi nih orang. Buta atau apa sih?

"Belum". Singkat Anindya dia menatap lurus, namun sudut matanya sempat sempat nya melirik pada Axsel yang sedang membereskan rambut nya yang basah. Behhh Anindya sedikit terpeson--. Ck, apaan sih!

"Mama Lo khawatir. Katanya suruh gue buat jemput Lo, dan kebetulan Lo masih di sini. Jadi gue ngak perlu buang buang bensin. Oh ya kata Arafa Mobil nya lagi di bengkel". Jelas Arhan, awalnya Anindya hanya mengangguk namun di akhir kata kenapa mengingatkan dirinya ke Mobil merah tadi.

Jelas jelas tadi tuh Mobil dari Papah. Masa kembarannya sih? Mana mungkin kalo plat nya sama.

"Oh.. iya".

Tak lama dari itu, Arhan mendudukan dirinya di samping. Karna hujan makin lebat tak memungkinkan untuk menyetir di situasi masih hujan begini, yang ada nanti kecelakaan lagi.

Anindya melirik sekilas pada Axsel yang ternyata sedang ngobrol dengan Intan. Lalu matanya melirik pada Arhan yang sialnya dia juga sama sama menata mereka berdua dan di situlah mata Anindya dan Arhan ketemu.

Seperkian detik saling menatap, Anindya memutuskan kembali pandangan nya ke depan. Terdengar helaan nafas berat dari Arhan.

Hachim...

Suara bersin Intan, membuat Anindya berpikir. Ck, baru juga gini udah lebay banget!.

Nah kan, pikiran Julid nya keluar. Selalu saja jika Anindya tak suka orang, julid nya suka keluar.

Untung masih di dalem hati, gimana kalo udah ngomong? Apa kata dunia yang menjulidin modelnya?

Hachim...

"Ishhh, bersin mulu". Desis Intan. Dengan segera Axsel menyampirkan jaket nya ke bahu Intan, ngak sadar apa kalo mantan pacarnya ini sedang panas di tempat seorang diri?

"Makasih".

"Iya, kita terobos aja kali ya? Lo kayaknya bakal sakit deh". Ucap Axsel terdengar penuh khe-khawatiran. Ada sedikit nyes di hati nya saat Axsel lebih perduli sama Intan. Seakan akan dirinya kayak makhluk halus.

"Sana Lo berdua pergi aja, tuh jemput maut didepan mata!". Ucap Anindya tanpa rasa bersalah. Kesal, ia kesal mendengar semua omongan itu.

"Anindya!". Suara Arhan yang terdengar seperti menyuruh nya diam. Namun Anindya malah terkekeh pelan sambil memalingkan wajahnya kedepan lurus, sebisa mungkin ia tahan air matanya.

AnindyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang