Part 15 - Balapan / 2 -

6 4 0
                                    

.
.
Happy Reading
.
.

"Dia lebih mementingkan dia dari pada dirinya yang saat ini sedang membutuhkan nya".

- Anindya Anatasya -

"KAK Axsel, boleh minta tolong ngak? Gue ada di jalan sepi banget. Mana ngak ada Motor Mobil lagi, gue takuttt. Mana supir ngak bisa di telfon". Ucap Intan dengan kecemasan yang terlampau berlebih. Melirik kesana kesini untuk memastikan situasi bahwa keadaannya masih aman. Ponselnya di genggam kuat untuk menyalurkan rasa takut.

"Emangnya Lo di mana?". Tanya Axsel, di sebrang sana Axsel yang baru saja akan tidur langsung mengangkat telfon Intan, dia berdiri memakai jaket juga mengambil kunci sambil melangkah keluar Mansionnya.

"Gue Gatau Kak. Gue takuttt". Ucap Intan sambil menggigit jari nya.

"Tenang Tan, gue yakin ngak ada apa apa. Lo kirim alamat Lo sekarang dimana, ya? Ngak usah panik. Gue bakalan ngebut ke sana".  Ucap Axsel mencoba menenangkan nya.

"Y-ya ya". Intan dengan cepat mengirimkan alamat dirinya sekarang. "G-gue matiin ya kak".

"Iya".

"Cepetan kak".

"Iya Intan".

Intan mematikan telponan nya. Berdiri di trotoar sambil menoleh kesana kesini, jalan cukup sepi bahkan dari tadi Intan berdiri tidak ada satu pun Motor atau Mobil yang lewat. Bahkan pencahayaan sekitar pun redup tapi masih bisa melihat sekitar.

"Kak Axsel cepetan, gue takuttt". Lirih Intan, lalu menghela nafas panjang.

Intan menajamkan pendengarannya saat suara deruman terdengar, senyum nya langsung melebar ketika cahaya Motor terlihat dengan segera Intan berlari ke tengah jalan. Dalam pikiran nya Axsel yang di mintai tolong sangat lah cepat kesini. Namun kerutan di dahinya membuat Intan menutup matanya sambil menutup telinga dengan tangannya saat suara klakson menyadarkan dirinya bahwa dia bukanlah Axsel.

Intan pasrah, ia ceroboh.

****

Anindya menempati posisi pertama. Di belakang Motor ninja hitam melaju dengan kecepatan sama sama tinggi. Tak ada tanda tanda menyalip membuat Anindya bingung sendiri. Namun selama jalan yang ia lewati, motor yang ia kendalikan saat ini terasa tak enak. Bahkan perasannya pun jadi ikutan ngak enak. Masa perasaan bersalah siang tadi ikutan kebawa sampai sekarang?

Anindya mencoba menarik pedal rem karna laju Motor nya terlalu kencang. Namun sedetik kemudian yang membuat Anindya panik adalah rem nya blong bahkan sudah berkali kali Anindya menarik rem tetap saja nihil.

"WOYYY BUDEG SIALAN, LO SABOTASE MOTOR GUE?". Teriak Anindya dengan suara panik.

"HAH APA?". Balasnya membuat Anindya kesal. Namun tanpa di ketahui Anindya, dia sudah tertawa di balik helmnya. Senyum miring begitu tercetak.

"DASAR LO UDAH BUDEG, BODOH LAGI... AHH GEBLEK".

Anindya fokus pada jalan yang cukup menguji penglihatan, jantungnya berdetak tak karuan. Ia takut, jika ia menabrak sesuatu apalagi pencahayaan nya yang kurang. Emang ngak ada kerjaan banget pake sabotase segala.

Anindya sekarang masih bisa mengoptimalkan Motor nya yang sudah melaju tak karuan. Membuat laki laki yang menjadi lawan Anindya berdecak kagum.

"Oke tenang Anindya, Lo bisa. Lo hanya perlu cari jalan tanjakan".

Namun setelah menenangkan dirinya, matanya langsung melotot kaget saat seseorang di tengah jalan melambaikan tangannya. Anindya mengayunkan tangannya untuk pergi dari sana namun bukannya pergi dia malah berdiri disana dengan menutup mata dan telinga nya membuat Anindya memaki kesal.

AnindyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang