7. Where?

4.2K 535 39
                                        


Tiba-tiba saja Jaemin menyesal atas sikapnya kemarin karena tak menemui Renjun, tak menghabiskan waktu dengan submisif cantik itu. Karena, hari ini disaat ia menunggu kedatangan si cantik ia malah tak mendapati kedatangannya. Jaemin tak tau alasannya apa. Padahal ia hendak meminta maaf soal kemarin, berterimakasih atas kuenya, juga mengganti waktu kemarin yang Jaemin sia-siakan.

Mungkin Renjun merasa kesal padanya karena kemarin tak ia temui? Tapi saat berpamitan Renjun tak seperti orang kesal. Atau mungkin sakit hati karena Jaemin malah mengirim Jeno sebagai gantinya? Tapi kan itu Jaemin lakukan agar Renjun tetap memiliki teman walau Jaemin tak datang sekalipun.

Ini sudah menjelang sore, dan Jaemin belum juga mendapati tanda-tanda bahwa Renjun akan datang kemari. Mungkin anak itu sekarang tengah menikmati waktunya sendiri di sore hari yang cerah ini? Jaemin harap tidak. Karena cuaca sedang dingin, kasihan tubuh mungil itu kalau sampai terkena angin dingin.

"Pangeran Jaemin." Jaemin menoleh mendengar sapaan dari seorang wanita yang kerap mendeklarasikan dirinya sebagai ibu Jaemin.

"Ibu dari tadi lihat kau hanya diam disini, apa menunggu calon permaisurimu?"

Mata Jaemin memicing mendengar ibu tirinya mengatakan itu, walaupun wajah wanita itu tampak begitu penuh senyuman tapi tak ada yang tau apa saja yang ada di balik senyum itu.

"Aku sangat yakin kalau bibi sudah berbicara denganmu, dan kalau kau malah mengabaikan itu. Berarti aku pun sekarang harus ikut mengancammu bukan?" Hubungan Jaemin dan ibu tirinya memang bisa dibilang tak baik, karena Jaemin yang kerap bersikap ketus. Itu Jaemin lakukan atas dasar instingnya yang mengatakan kalau wanita itu adalah dalang dibalik kematian ibunya.

Wanita itu mengabaikan tatapan menusuk Jaemin, ia malah tersenyum dengan mata menerawang. "Aku jadi penasaran calon menantuku semenawan apa hingga kalian berdua begitu protektif terhadapnya."

"Aku sempat mendengar, kalau namanya Renjun? Namanya saja sudah terdengar manis." Ia menatap Jaemin yang makin terlihat geram mendengar nama cantik Renjun disebut wanita itu.

"Jangan berani-berani mencari tau tentangnya, apalagi coba menemuinya." Rahang Jaemin mengeras seiring ucapan tanpa main-mainnya itu. Ia benar-benar akan usahakan istri ayahnya itu agar jangan sampai tau soal Renjun.

Wanita yang kini mengisi tahta ratu itu mengedikkan bahunya. "Untuk apa aku repot-repot melakukan hal itu, nanti pun saat ia menikah denganmu ia akan menghadapku."

"Aku balik pertanyaan itu padamu, untuk apa ia repot-repot menghadapmu? Kau bukan siapa-siapa di sini." Kali ini Jaemin tampilkan senyum miring untuk meledek ibu tirinya.

Jeno menyimpan peralatan berburunya, sementara Jaemin duduk di kursi sambil memperhatikan Jeno

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jeno menyimpan peralatan berburunya, sementara Jaemin duduk di kursi sambil memperhatikan Jeno. Barusan ia selesai mengatakan pada Jeno soal ketidak hadiran Renjun di istana hari ini.

"Kau tak bertemu dengan Renjun?" Tanya Jaemin tiba-tiba, dan hal itu sukses membuat gerakan Jeno yang tengah membuka sarung tangannya terhenti.

Matanya menatap tak percaya sosok Jaemin yang bahkan terlihat biasa saja, seolah apa yang baru ditanyakannya adalah sewajarnya.

Sincerely ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang