Renjun memang senang mengetahui kalau pangeran Jaemin disini, tapi untuk apa orang sepenting pangeran datang ke estate nya di hari yang mulai sore?!"Ayah mengizinkanku keluar?" Renjun ingin memastikan maka ia tanya hal itu pada sang ibu.
"Tentu saja, pangeran Jaemin mengatakan kedatangannya kemari untuk bertemu denganmu. Mana mungkin ayah melarang kau menemuinya, itu akan sangat tak sopan."
Menemuinya? Tanpa sadar senyum Renjun mengembang cantik. Hingga saat ia sampai di ruang tamu, matanya bersitatap dengan sosok yang akhir-akhir ini berhasil mencuri rasa asing yang ia miliki.
Jaemin membalas senyum manis Renjun yang sejak berjalan dengan Nyonya Huang pun sudah terlihat menghiasi wajahnya. Jaemin tak tau apa yang jadi alasan Renjun tersenyum seperti itu, terlihat begitu sumringah. Yang jelas Jaemin suka melihatnya.
Renjun melihat ayahnya yang duduk di seberang pangeran Jaemin, saat ayahnya balik menatap Renjun. Renjun sedikit menunduk melihat masih ada sisa kilat kesal dari sang ayah untuknya. Ia sebenarnya tau hal yang pasti dibuat masalah sekarang oleh ayahnya adalah kebohongan ia dan sang kakak, tapi ya mau bagaimana lagi kakaknya begitu sering menyeret-nyeretnya dalam kebohongan. Dan salahnya Renjun mau-mau saja.
Maaf. Renjun menggerakkan mulutnya tanpa bersuara, ia harap ayahnya mau menerima permintaan maafnya. Ya walaupun ia belum meminta maaf secara khusus juga, tapi setidaknya barusan ia sudah coba ucap kata itu.
"Bukankah pangeran Jaemin menyukai biskuit buatan ibu Renjun? Aku pikir kami masih memiliki beberapa di dapur, biar pelayan ambilkan ya?" Tuan Huang kembali beralih pada pangeran bersurai hitam itu, kemudian ia mulai beranjak bangun dari duduknya dan berpamitan meninggalkan pangeran dengan putra bungsunya. Karena memang tadi Jaemin dengan jelas mengatakan alasannya kemari itu untuk bertemu Renjun.
"Terimakasih banyak, marquess Huang." Ujar Jaemin menatap kepergian Tuan dan Nyonya pemilik estate ini dari ruang tamu.
Setelahnya mata Jaemin langsung memperhatikan Renjun yang berjalan menuju kursi di dekatnya, anak itu duduk dan kini menaikan tatapnya padanya. Halisnya naik, seolah bertanya. Renjun agak bingung melihat cara pangeran Jaemin yang menatapnya, seolah mencari sesuatu.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Jaemin langsung.
Renjun mengangguk langsung. "Ya, aku baik-baik saja." Sebenarnya sedikit tak baik juga sih, karena ia belum tau kelanjutan kasus ia dan sang kakak akan diapakan oleh ayahnya.
Kemudian kedua mata bulat Renjun membesar saat mendapat sebuah praduga soal pertanyaan pangeran Jaemin. "Apa karena aku yang tak pergi ke istana hari ini? Maaf tapi aku benar-benar tak bisa. Aku tak diizinkan keluar oleh ayahku." Wajah mungil itu merengut.
"Kenapa tak boleh?" Jaemin jadi penasaran.
Tadinya Renjun tak berniat mengatakan hal ini pada pangeran Jaemin, karena berpikir kalau itu adalah rahasia penting antara dirinya dengan sang kakak. Tapi setelah kejadian tunangan kakaknya yang membocorkannya. Sekarang semua itu tak jadi rahasia lagi. Renjun pun menceritakan hal itu pada pangeran Jaemin.
"Jadi kau kena imbasnya?" Jaemin menatap geli Renjun yang mengangguk lemah.
"Maaf ya, aku tak pergi ke istana. Juga tak mengirim kabar." Kata Renjun.
Jaemin menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku tak mempermasalahkan itu. Karena kemarin pun aku begitu tak sopan karena membiarkan tamuku pulang tanpa aku temui."
"Kita bertemu sebelum aku pulang."
"Aku tak menemuimu, Maaf ya soal kemarin." Jaemin sempat melarat ucapan Renjun tadi sebelum mengucap maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sincerely ✔
Fiksi PenggemarJAEMREN NA JAEMIN - HUANG RENJUN ⚠️⚠️⚠️ bxb boyslove