12. Of course you

3.7K 453 3
                                    


"Kemana lagi? Kau bilang hanya membeli barang punya mama, Renjun." Protes Winwin saat dirinya tak melihat gelagat adiknya seolah hendak pulang.

"Kak, kau bilang bosan di rumah. Aku coba membuat kau lebih lama di luar, dari pada cepat-cepat pulang. Kau akan bosan lagi." Ujar Renjun, tanpa menoleh pada sang kakak yang berjalan di belakangnya.

"Iya, Winwin biarkan saja Renjun. Siapa tau memang ia memiliki barang yang ingin ia beli lagi." Itu, suara Yuta. Tunangan kakaknya itu memang kebetulan tadi tengah berkunjung, dan ia baru tau soal dampak dari semua ucapan keceplosannya kala itu.

Ini juga salah satu alasan ayahnya mengizinkan sang kakak untuk pergi keluar, selain memang benar-benar menemani Renjun yang sudah diancam untuk berkata jujur kalau nanti Winwin membeli hal aneh. Juga adanya Yuta yang diharapkan Tuan Huang agar melaporkan lagi jika Winwin kembali mengulang kelakuannya.

Sementara Winwin mengabaikan ucapan Yuta, seolah sosok itu tak ada di sampingnya. Ia masih kesal, tapi ia bukan orang yang mudah menunjukkan marahnya dan cenderung hanya diam tak meladeni Yuta sampai marahnya reda.

"Lagi pula, kau mungkin tak diizinkan lagi keluar dalam waktu dekat jika bukan dengan Renjun dan aku hari ini. Lebih baik kau juga manfaatkan waktunya untuk menikmati udara di luar estate." Yuta masih berusaha mengajak tunangannya itu berbicara.

Mendengar ucapan itu, Winwin menoleh dengan pandangan datar. "Yuta, kau tak merasa bersalah atas apa yang kau lakukan?" Tanya Winwin penasaran.

"Tentu saja aku merasakan itu, karena kecerobohanku kau jadi dapat hukuman. Selain itu semua kesukaanmu diambil ayah. Maaf." Ujar Yuta penuh akan rasa bersalah.

Renjun yang berjalan di depannya bisa mendengar semua percakapan dua orang itu, hingga ia melihat toko buku yang ia hendak kunjungi sudah di depan mata. Ia menoleh pada dua kakaknya.

"Aku akan ke tokonya." Tunjuk Renjun pada bangunan yang memiliki kaca besar, dan menunjukkan banyaknya buku di dalam sana.

"Renjun—" Winwin memejamkan matanya lelah dari tadi mengikuti langkah sang adik.

"Kalau kau lelah, kita tunggu Renjun di toko roti itu mau? Renjun, ya? Kita tunggu kau disana." Yuta juga coba memanfaatkan waktunya agar bisa berduaan dengan Winwin, ia akan mengucap maaf dan ambil lagi hati Winwin agar tak marah lagi.

Sebelum keduanya bergegas, Renjun menahannya. "Tapi jangan ditinggal ya?" Renjun menampilkan raut memohon, bukan karena ia tak tau jalan menuju estate tapi ia agak tak suka kalau nanti harus pulang sendiri.

Mengenai raut wajah Renjun saat ini, sangat menunjukkan kalau ia memang anak bungsu di keluarganya. Manja dan menggemaskan. Kalau Nyonya Lee lihat ini, ia pasti tak segan langsung mencubit pipi lucu Renjun.

"Kita keluar hanya bertiga, aku tak mau pulang sendiri." Jika biasanya saat Renjun keluar tanpa kakaknya, setidaknya ia akan ditemani satu orang pelayan. Tapi hari ini tidak, karena memang ia bersama dua kakaknya.

"Iya, kita tunggu." Yuta yang jawab itu.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Sincerely ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang