Simply

4.3K 476 23
                                        

Dari pada gak update, mending update walau dikit kan?

___________

Harusnya, setelah satu tahun mereka bertunangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Harusnya, setelah satu tahun mereka bertunangan. Renjun sudah terbiasa akan semua sikap Jaemin yang kadang suka seenaknya padanya. Seenaknya memeluk dia tanpa pemberitahuan, seenaknya menciumnya tanpa peringatan, seenaknya ucap kata manis tanpa sadar kalau Renjun nyaris menjerit mendengar setiap kata itu.

Tapi Renjun tak terbiasa sama sekali!

Jaemin duduk di samping Renjun yang tengah menikmati kue buatan Nyonya Lee yang kemarin ada berkunjung ke estatenya. Untuk masalah duduknya, Renjun tak merasa ada yang salah. Yang membuatnya meremang adalah, wajah Jaemin yang tepat berada di sebelah wajahnya. Jaraknya begitu dekat, ia bahkan bisa merasakan napas hangat Jaemin di pipinya. Kemudian satu kecupan singkat ia dapat di pipinya itu, dan ini adalah kecup ke sekian yang ia terima sejak satu jam terakhir duduk ditemani Jaemin.

Selang beberapa menit Jaemin menatap lekat wajah Renjun dari dekat, kemudian mengecup pipinya lagi. Berulang terus seperti itu, dan Renjun risih! Bukan karena tak suka, tapi lama-lama dadanya sakit merasakan debaran yang tak dibiarkan normal sedetik saja. Renjun menghela napasnya kemudian, hendak menegur Jaemin.

"Jae—"

Ucapan Renjun tak bisa sampai selesai. Karena Jaemin lebih dulu meraih bibirnya, menciumnya dengan lumatan dalam.

"Iya sekarang sudah." Cengir Jaemin setelah melepas ciuman keduanya.

Kemudian ia menyenderkan punggungnya pada sandaran kursi, dengan matanya yang masih menatap Renjun. "Renjun, tinggal di istana saja ya? Aku ingin melihatmu setiap hari, juga aku bisa memantaumu dengan leluasa kalau sakit seperti ini."

Beberapa hari yang lalu Renjun memang terserang sakit, dan hal itu membuat Jaemin begitu rajin berada di rumah estate keluarga Huang. Ia begitu betah berlama-lama disana, selain khawatir pada Renjun ia juga suka menghabiskan banyak waktu dengan si mungil itu.

Dan ada yang selalu Jaemin nantikan dalam masa pemulihan dari sakitnya Renjun, anak itu selalu bersikap manja padanya. Tanpa disadari anak itu sendiri.

Seperti meminta Jaemin usap rambutnya sebelum tidur, juga minta peluk begitu melihat keberadaan Jaemin. Dan Jaemin saat pertama kali melihat hal itu, ia menceritakannya pada sang bibi. Yang jelas langsung mengatakan akan menjenguk Renjun juga. Setiap mendengar Renjun sakit, Nyonya Lee diserang perasaan khawatir tapi juga cukup antusias menanti sikap manja Renjun dalam masa pemulihannya.

Kemarin-kemarin saja bibi dari Jaemin itu juga nyaris menginap di estate Huang, begitu ia melihat kalau Renjun cemberut saat tau Jaemin hendak pulang ke istana.

"Sudah Jaemin, temani saja Renjun sampai ia tidur." Ujarnya sambil menahan gemas saat lihat raut Renjun.

Jaemin pun agak berat meninggalkan Renjun yang pasang wajah memelas macam itu, tapi ia harus mengantar bibinya pulang. "Bibi tapi kau juga harus pulang sebelum malam."

"Ya sudah, bibi tinggal menginap disini." Nyonya Lee berujar ringan.

Tapi ternyata Renjun tidur lebih cepat dari dugaan, membuat Jaemin dan Nyonya Lee tetap bisa pulang sebelum malam menjemput.

"Jaemin nanti kalau aku tinggal di istana, bertemu lady Rianna bagaimana?" Renjun penasaran akan hal ini, karena selama ini ia tetap selalu dihindarkan Jaemin dari bertemunya ia dengan ibu tiri dari pangeran itu.

"Berbalik menghindar." Jaemin melingkarkan tangannya pada pinggang Renjun, saat mendengar nama ibu tirinya Jaemin selalu diliputi rasa ingin melindungi Renjun.

"Kalau ia ingin mengundangku minum teh bagaimana?"

Jaemin menatap Renjun penuh kecurigaan. "Kau dapat undangan darinya?"

"Tidak. Aku hanya mengatakan kalau." Renjun sebenarnya sudah memikirkan ini, bagaimana soal sopan santunnya jika ia tetap tak menemui ratu saat ia nanti menikah dengan Jaemin. Disaat aturan kerajaan adalah ia harus menghadap secara pribadi pada raja dan ratu setelah acara pemberkatan selesai.

Tapi Jaemin selalu mengatakan tak usah padanya.
"Cukup temui raja saja, aku tak akan biarkan wanita itu terus dengan ayah setelah acara pemberkatan kita nanti."

"Tidak usah datang, tolak undangannya." Jaemin menjawab perihal tanya Renjun soal undangan minum teh.

Jaemin selalu mengatakan hal itu seolah semuanya adalah hal yang mudah. Karena menurutnya menghindari lady Rianna memang adalah langkah sederhana, dari pada harus terlibat lebih jauh jika malah akrab.

"Ya?" Jaemin ingin memastikan kalau Renjun tak akan melanggar permintaannya, Jaemin tak mau nantinya Rianna akan mencari kelemahan dari diri Renjun juga. Untuk runtuhkan Renjun sebagai alat menghancurkan Jaemin yang kedua kalinya.

Renjun mengangguk patuh, kemudian ia menggeser tubuhnya semakin mendekat pada Jaemin. Menjatuhkan kepalanya pada paha dominan itu dan berbaring nyaman berbantalkan paha Jaemin.

"Mengantuk?" Jaemin langsung memperbaiki posisi duduknya, agar Renjun lebih nyaman.

"Hmm." Renjun mengangguk kecil, kemudian menatap wajah Jaemin yang berada di atasnya.

Tangan Renjun dengan cepat mencari tangan Jaemin, membawanya pada kepala Renjun. Jaemin yang mengerti kemudian mengusap-usap kepala Renjun dengan sayang.

"Jaemin?"

"Iya?"

Renjun menelan salivanya begitu Jaemin menatapnya lebih dalam dari sebelumnya. "Tau penyebab aku sakit tidak?"

"Mama bilang kau sering tidur larut, kau kelelahan." Jawab Jaemin sesuai apa yang ia ketahui.

"Iya, itu karena aku merasa banyak pikiran akhir-akhir ini." Ujar Renjun pelan.

Jaemin mengerutkan dahinya, Renjun kembali bersuara. "Harusnya jangan kan?"

"Iya, kan sebentar lagi acara pemberkatan pernikahan akan dilaksanakan. Kau tak boleh banyak pikiran." Jaemin mengecup lembut dahi Renjun.

Renjun mendengus mendengar hal itu, justru hal yang ia pikirkan itu adalah keadaannya nanti setelah menikah bagaimana? Baru ditemani Jaemin seharian saja kadang buatnya pusing akan semua afeksinya. Sedikit-sedikit Jaemin akan memberinya ciuman, sedikit-sedikit Jaemin menariknya dalam pelukan, apalagi semua ucapa manisnya yang kerap buat Renjun merona.

Tapi Renjun menyukai semuanya.

"Kalau yang kau pikirkan soal semua tanggung jawab nanti begitu jadi pasanganku, tolong jangan terlalu keras terhadap dirimu. Aku bantu, dan temani nanti." Kata Jaemin.

Ini juga memang jadi alasannya, Renjun sangat amat takut kalau nanti begitu ia jadi bagian dari keluarga kerajaan apa yang ia kerjakan. Apa yang berada dibawah pengawasannya sebagai pendamping pangeran, tak bisa ia lakukan dengan baik. Tekanan itu tak bisa Renjun hindari, itu normal kan untuk orang biasa macam ia yang tiba-tiba harus mengambil sebagian tanggung jawab Jaemin nantinya.

"Terimakasih." Gumam Renjun, matanya mulai memberat saat rasakan usapan tangan Jaemin yang begitu nyaman.

Sincerely ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang