Ngedate -04-

178 63 93
                                    

Jam menunjukkan pukul 09.38 pagi dimana saat ini matahari tengah memancarkan sinarnya di atas sana. Hari ini cuaca di sekolah lebih panas dibanding biasanya. Aku berlari ke taman kecil yang tak jauh dari lapangan, disana berjejer pepohonan kecil yang bisa menutupiku dari terik matahari.

Aku bersandar pada batang pohon lalu mulai mengamati sekitar. Aku melihat Desi, Fita, Lisa, dan beberapa temanku yang lainnya tengah bermain voli di lapangan.

Kemudian mataku tak sengaja menangkap seseorang yang kini menatapku dari lantai dua gedung B. Aku memicingkan mata menatap balik ke arah orang itu, dengan cepat orang itu berbalik badan membuatku tak bisa melihat wajahnya.

"Sya, kantin yuk. Udah mau jam istirahat nih." Lisa datang dengan ngos-ngosan lalu mendaratkan bokongnya di sampingku.

"Iya, Sya. Ntar keburu kantin rame ngantrinya lama," sahut Fita yang datang bersamaan dengan Lisa.

"Ke kantin yok. Gue haus banget, sumpah," ujar Desi sedikit berteriak, gadis berpipi chubby itu berjalan lemas ke arah kita.

Belum sempat mengiyakan ajakan mereka bertiga, mereka sudah lebih dulu menarik tanganku ke arah kantin.

****

Kita berempat duduk di bangku kantin paling pojok, bangku yang sudah menjadi langganan kita saat makan di kantin. Desi gadis itu sudah meneguk setengah botol minuman dingin, sepertinya dia benar-benar kehausan.

Suasana kantin masih tampak sepi hanya ada kita berempat dan beberapa teman sekelasku yang lain. Jam istirahat memang belum berbunyi itu sebabnya kantin masih sepi.

"Eh, Sya. Tumben banget lo ngga semangat jam olahraga?" tanya Lisa yang kini duduk di sampingku sembari mengipas-ngipaskan tangan agar menciptakan angin.

"Gue lagi nggak mood aja." Sedari pagi aku merasa mood-ku sedang tidak baik-baik saja.

Aku menyeruput minuman matcha favoritku, namun Rendy datang tiba-tiba dengan mengebrak meja membuatku tersedak sampai terbatuk-batuk.

"Hai gadis-gadis jompo olahraga dikit langsung loyo," sapanya dengan gaya tengil khasnya.

Rendy itu teman sekelasku yang paling resek dan bar-bar di kelas. Mulutnya kalau ngomong sebelas dua belas sama emak-emak saking nyinyirnya. Dan hobi cowok itu adalah memancing emosi Fita.

"Sya, lo gapapa kan?" tanya Lisa seraya mengusap-usap punggungku.

"Eh, tutup spidol. Lo kalo datang nggak usah gebrak meja, ngga bisa apa?" omel Fita jika sudah berhadapan dengan Rendy kesabaran Fita mendadak setipis tisu dibagi empat.

"Ya sorry, gitu aja marah. sorry, Sya." ucap Rendy yang berdiri di sampingku.

"Gitu aja gitu aja. Ini anak orang sampai tersedak gara-gara lo," pekik Lisa dengan sinis.

"Udah-udah gue gapapa kok," aku melerai perdebatan mereka yang tidak akan berhenti jika tidak di lerai.

"Tuh, Ersya nya aja gapapa," sambar Rendy kini cowok itu terduduk di bangku yang bersebrangan dengan bangku kita. Posisi duduknya tepat di sebelah Fita yang duduk berhadapan denganku.

"Nih, Ren. Bakso lo." Niko datang dengan membawa nampan yang berisi dua mangkuk bakso.

"Cih, lo mau aja sih disuruh-suruh si kampret." Fita berdecit dengan tatapan sinis ke arah dua cowok yang duduk di bangku seberang itu.

"Ya gue sih asal ditraktir aja gapapa," jawab Niko santai.

Fita memutar bola matanya malas, sedangkan Rendy tersenyum penuh kemenangan. Cowok itu menjulurkan lidahnya mengejek Fita yang tampak kesal.

Rumah Singgah (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang