Khawatir -43-

42 4 0
                                    

Hari dimana pemungutan suara calon ketua OSIS akhirnya tiba, poster-poster dari para kandidat calon ketua dan wakil ketua OSIS yang sebelumnya tertempel di berbagai sudut sekolah kini sudah tak satupun terlihat, itu artinya masa kampanye dari para calon ketua OSIS telah berakhir.

Kini aku dan beberapa teman sekelasku tengah berbaring santai di lantai kelas paling belakang. Sebagian yang lainnya entah kemana? mungkin mereka tengah bersantai di kantin.

Hari ini semua mata pelajaran kosong, kita hanya menunggu giliran untuk mencoblos. Dan karena sebuah kesalahan dari ketua kelas kita, kelas kita mendapatkan nomor urutan akhir. Meskipun bukan yang paling terakhir karna masih ada dua kelas lagi setelah kita, tapi tetap saja kita harus menunggu lama. Untungnya di kelas free Wi-Fi jadi tidak terlalu membosankan.

"Des. Temenin gue ke toilet yuk, gue kebelet pipis," ajak Fita. Gadis itu duduk dilantai sembari melenggak-lenggokan tubuhnya ke kanan dan ke kiri seperti menahan sesuatu.

"Ayo, sekalian anterin gue ke kantin." Mereka berdua hendak berdiri namun urung saat suara Lisa menginterupsi keduanya.

"Eh, kalian mau ke kantin? Nitip cemilan dong. Apa aja yang penting cemilan."

"Okey." Desi segera berdiri begitu juga dengan Fita. "Yang lain ada yang mau nitip juga? Lo, Sya. mau sekalian nggak?" tanya Desi.

"Em... Nitip minum sama roti aja deh."

Desi mengacungkan kedua jempolnya, sesaat sebelum dirinya dikagetkan dengan Fita yang tiba-tiba menyambar lengannya dan menariknya ke luar kelas.

"Ayo, Des. Gue udah kebelet banget." Mereka pun keluar dari kelas dengan posisi lengan desi dihimpit oleh Fita.

"Ini giliran kita masih lama ya? Sumpah gue udah gabut banget, kita udah di kelas selama berjam-jam, tau. Mulai dari kelas ramai kek pasar, sampe sepi kek kuburan gini," keluh Alisa yang duduk berselonjor dengan sebuah laptop yang berada di pangkuannya.

"Bentar lagi keknya, Sa. Sabar dulu napa, mending lo nonton drakor dulu deh. Biar nggak gabut," sahut Lisa yang duduk bersebrangan dengan Alisa.

"Udah dari tadi, Lis. Gue sampe udah selesai nonton beberapa episode. Malah ini udah judul yang kedua."

Seketika aku dan Lisa menganga dan saling tatap keheranan mendengar ucapan Alisa, begitu juga dengan sefi yang duduk di sebelah gadis itu. "Buset, ngebut banget lu nontonnya. Sekarang ngaku sama gue, jangan-jangan selama ini lo bukan manusia tapi robot rakitan kan," sambar Sefi terheran-heran dengan apa yang dilakukan Alisa.

Jika kebanyakan orang maraton drakor membutuhkan waktu paling cepat sehari atau semalam, lain halnya dengan Alisa yang hanya membutuhkan waktu beberapa jam saja, bahkan mungkin tak sampai 4 jam.

****

Suara speaker sekolah baru saja menginformasikan bahwa kini saatnya kelas X IPS 1 mendapat giliran mencoblos. Seluruh murid kelas X IPS 1 diharuskan segerakan pergi ke aula sekolah lantai paling atas gedung A, tempat dimana pemungutan suara di laksanakan.

Mendengar itu kita semua yang berada di kelas berbarengan pergi menujunya aula sekolah. Di tengah perjalanan aku menghentikan langkahku membuat mereka semua juga ikut berhenti.

"Kenapa, Sya?" tanya Lisa gadis itu menatapku penuh tanda tanya.

"Gue mau ke toilet bentar, Kalian duluan aja."

"Mau gue anter ngga, Sya?" tawar Desi mendekat ke arahku.

Dengan cepat aku menggeleng. "Nggak usah, Des. Gue cuma bentar kok. Mending kalian langsung ke aula aja."

Rumah Singgah (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang