Night ride date -24-

49 7 0
                                    

Malam ini aku tengah bersiap untuk pergi berdua bersama Rafael. Aku sedikit memoles wajahku dengan make-up yang natural, tidak lupa juga aku memilih milih baju yang cocok untuk aku kenakan.

Dan pilihanku jatuh pada baju kaos putih polos yang aku lapisi dengan cardigan berwarna hitam putih kotak-kotak, dan aku padupadankan dengan celana kulot berwarna coklat.

Dan pilihanku jatuh pada baju kaos putih polos yang aku lapisi dengan cardigan berwarna hitam putih kotak-kotak, dan aku padupadankan dengan celana kulot berwarna coklat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari demi hari aku dan Rafael semakin dekat, layaknya sepasang kekasih. Walaupun kenyataannya belum ada hubungan yang jelas diantara kita berdua. Dan selalu membuat aku bertanya-tanya tentang kejelasan status hubungan kita.

Tok! Tok! Tok!

"Ersya ada temen kamu tuh, didepan" panggil Bunda dari balik pintu kamarku.

"Iya bun, bentar" teriakku dari dalam kamar, seraya bergegas mengambil tas selempang mini yang aku letakkan di atas meja belajar.

Aku keluar dari kamar, dan turun ke lantai bawah menuju ruang tamu. Aku berjalan sambil merapikan rambut dan bajuku agar terlihat rapih.

"Fita" ucapku sambil berjalan mendekati sofa ruang tamu.

"Kenapa? kok kaget gitu?" Tanya Fita yang tengah terduduk di sofa.

"Tumben, kok lo kesini nggak ngabarin dulu?" Aku beralih duduk di samping Fita.

"Tadi gue udah chat lo sya, tapi nggak lo baca sampai sekarang. Gue ke sini mau pinjem catatan Matematika lo, punya gue kurang lengkap"

"Emang lo mau kemana rapih gini?" Sambungnya sambil melihat penampilanku dari atas sampai bawah.

"Gue mau jalan sama Rafael" kataku dengan tersenyum lebar.

Fita tampak memutar bola matanya malas dan menghela nafas panjang "sampai kapan gini terus sya? Nggak ada kejelasan di antara kalian berdua"

Aku mengalihkan pandanganku ke depan, tidak lagi menatap Fita yang ada di sampingku. Sebenarnya aku sendiri juga tidak ingin seperti ini, aku sendiri juga bingung. Apakah selama ini perasaanku bertepuk sebelah tangan. Tapi jika benar seperti itu, kenapa Rafael selalu peduli dengan aku. Bahkan sikapnya selalu menunjukkan bahwa dia tidak ingin kehilanganku.

"Sya" Fita memegang tanganku, dan membuat aku kembali menatapnya.

"Gue bakal seneng banget kalo lihat lo bahagia sama orang yang lo suka. Tapi gue terlalu takut, kalo dia bakal nyakitin lo sya. Apa nggak sebaiknya lo lebih milih Sandy, yang udah jelas-jelas suka sama lo" sambungnya menatapku dengan serius.

Aku kembali mengalihkan pandanganku dari Fita,  "Rafael" ucapku yang membuat Fita ikut melihat ke arah yang sama.

Aku melihat Rafael yang tengah berdiri di depan ambang pintu, menatap kita berdua dengan menaikkan sebelah alisnya. Entah dari kapan cowok itu berdiri disana. Aku segera beranjak dari tempat dudukku dan berjalan menghampiri Rafael "masuk dulu Raf"

Rumah Singgah (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang