Awal Baru -54-

31 2 0
                                    

Satu pesan masuk mengalihkan perhatianku dari komputer. Rafael, nama yang tertera di layar ponselku. Beberapa hari terakhir ini, aku mulai kembali berkabar dengannya. Semua berawal dari Rafael membalas ceritaku di aplikasi berlogo hijau.

Persetan dengan kata 'bodoh' karna berulang kali terlalu gampang menerimanya kembali di hidupku. Tak bisa ku pungkiri, aku mencemaskan keadaannya, setelah mendengar desas-desus kabar kedua orangtuanya.

Rafael

Sya

Kenapa, raf?

Lagi sibuk ya?

Iya, biasalah anak OSIS

Nanti pulang sekolah
mau aku jemput? Ada
yang mau aku omongin

Gimana ya, aku ada
janji sama temen

Oh, gitu ya. Kalo nanti
malam gimana? Free?

Free sih

Jalan yuk, aku lagi suntuk
banget, pengen nenangin
pikiran sambil cerita
sama kamu

Okay

Suara dehaman dari seseorang membuatku dengan cepat meletakkan ponsel di meja dengan posisi layar terbalik.

"Kenapa, kak?"

"Proposal dana buat kegiatan penanaman pohon, udah selesai?" tanya kak Vino.

"Udah, nih udah gue print juga." Tanganku terulur memberikan proposal pada kak Vino.

"Okay thanks." Kak Vino yang tampak hendak pergi, kembali menoleh ke arahku. "Ntar pulang sekolah gue ajak beli sesuatu, ya."

"Beli sesuatu? Apa?"

"Adalah, ntar juga lo tau, Cil."

Akhir-akhir ini, setiap pulang sekolah kak Vino kekeh ingin mengantarku pulang. Awalnya, dia menawarkan diri untuk mengantar-jemput
setiap hari, tapi aku menolaknya karna alasan arah rumah kita berbeda, akhirnya dia menegosiasi untuk mengantarku pulang saja.

****

Langkah kakiku yang kecil berjalan beriringan dengan kaki jenjang kak Vino, yang sengaja dikecilkan langkahnya agar setara denganku. Kak Vino mengajakku masuk ke dalam toko perhiasan yang berada di salah satu mall besar.

"Mau beli apa ke sini?" tanyaku.

"Mau beli anting buat kasih kado nyokap."

Aku mengangguk-angguk kecil. "Oh, nyokap lo ultah?"

"Enggak, iseng aja mau beliin."

"Ada yang bisa saya bantu, Mas, Mba?" tanya salah satu pegawai toko.

"Saya mau ambil sepasang anting yang saya pesan, Mba." Kak Vino mengeluarkan satu kertas kecil dari dalam dompetnya. "Ini bukti nota-nya."

"Sebentar ya, Mas. Saya ambilkan dulu. Sekalian saya urus surat-suratnya."

Tanpa sengaja, aku melihat sebuah kalung cantik yang terpajang di patung manekin berbentuk leher. Liontin itu tampak cantik berkilau. Lama ku pandangi liontin indah itu, sampai terdengar suara pegawai toko.

Rumah Singgah (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang