10 |Merokok

573 55 5
                                    


.
.

Hari ini adalah jadwal piketku membersihkan kelas. Walaupun aku tahu Huang Renjun adalah anak berandalan, namun diriku sekarang bukanlah seperti itu. Yang namanya kewajiban harus dilakukan suka atau tidak suka. Tidak apa-apa aku menjadi diri sendiri sesekali, tidak harus bersandiwara terus, aku lelah..

Ibaratkan kalian kuliah jurusan kedokteran dan tiba-tiba saja kalian disuruh bekerja memperbaiki mobil. Perpindahan yang sangat bertolak belakang dengan latar kehidupan kita biasanya dalam keseharian kita hidup.

Oke, ini hanya pengantar saja.

Sekarang aku sedang menyapu lantai bersama dengan teman-teman sepiketku hari ini. Kelas telah usai lima menit yang lalu. Aku dengan cekatan menyapu dari meja ke meja yang bisa dibilang sedikit kotor karena biasanya anak-anak kelas kalau duduk entah kebiasaan atau tidak pasti menggesekkan alas sepatunya yang kotor ke papan di bawah meja.

Hal inilah yang paling aku benci jika piket. Ingin membersihkan papan tulis atau membuang sampah kelas yang sudah penuh, sudah keduluan yang lain dengan dalih, "Maaf ya, aku hari ini mau cepat pulang, ada urusan mendadak di rumah."

Ya begitu saja alasannya setiap kali kena piket.

Tapi aku tidak pusing-pusing mempermasalahkan hal itu.

Saat aku lagi asyik menyapu bangku barisan kiri dekat jendela, ekor mataku melihat Haechan membereskan barang-barang di mejanya dan menyampirkan tasnya di bahu kanan.

"Haechan! Mau kemana? Jangan pulang dulu, tunggu aku selesai piket baru kita pulang."

Memang Haechan kusuruh menunggu sampai tugas piketku selesai. Pagi tadi aku ikut dengannya, masa iya aku pulangnya naik taksi.

"Aku tunggu di luar." ucapnya sambil melengos menuju pintu kelas. Aku yang melihatnya hanya mendengus lelah. Sebaiknya aku harus menyelesaikan pekerjaanku supaya Haechan tidak menunggu lama.

15 menit akhirnya selesai juga. Suasana kelas juga sepi karena anak-anak kelas termasuk yang piket hari ini sudah kabur semua. Laknat emang.

Aku tidak sendirian sebenarnya di kelas ini, ada teman piketku yang bernama Sanha yang baik hati menemaniku piket hingga selesai. Sekarang ia beberes juga dan siap untuk pulang.

"Aku duluan ya Njun! Dadah!" Sanha melambaikan tangannya ke arahku dan kubalas dengan senyuman terimakasih kepada lelaki jangkung itu.

"Dadah! Hati-hati ya!"

Setelah Sanha menghilang di balik pintu kelas, aku buru-buru membereskan peralatan belajarku dan sedikit berlari ke luar kelas guna mencari keberadaan Haechan.

Aku menyusuri koridor kelas yang nampak sepi. Penghuni sekolah sudah pada pulang kecuali yang mengikuti ekskul sore hari.

Aku berdecak kesal karena sepanjang koridor yang ku telusuri, tidak ada tanda-tanda keberadaan si beruang itu.

"Aish! Lee Haechan kau di mana sih!?"

Saat asyik-asyik mendumel, tiba-tiba aku teringat sesuatu. Mungkin Haechan sudah ada di parkiran siswa, pikirku. Segera saja aku menuju ke sana.

Sesampainya aku di sana, reaksiku hanya mengusap wajah kasar. Tidak ada siapa-siapa di sana kecuali beberapa motor yang terparkir termasuk milik Haechan. Kemana sih anak itu!?

Aku mencoba menghubungi Haechan lewat ponsel. Beberapa detik menunggu akhirnya panggilan itu tersambung.

"Yak! Lee Haechan! Dimana kau sekarang hah!?" seru ku setengah berteriak. Maklum efek kelelahan habis piket dan perutku sudah keroncongan daritadi.

Terjebak dalam Tubuh Huang Renjun ft. NCT DREAM✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang