15 |Good girl?

433 46 9
                                    


.

.

Aku menatap jengah dua orang di depanku yang sedang berdebat sengit. Aku menoleh ke wajah Jeno yang sedang menuntunku untuk berjalan di lorong rumah sakit. Ia menatapku seolah mengatakan abaikan saja dengan dua orang di depan kami yang tak lain adalah Mark dan Haechan. Mereka mendebatkan siapa yang akan mengantarku ke rumah, Mark tidak mau Haechan mengantar dengan menggunakan mobilnya karena saat perjalanan menuju rumah sakit tadi Haechan mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi. Ia tidak mau mobilnya kenapa-napa jika Haechan yang bawa.

Dan Haechan bersikeras akan mengantarku karena ia adalah sahabat baikku. Dan ia juga beralasan kalau ia mengantarku dengan motor milik Jeno, ia khawatir aku akan kembali jatuh sakit.

Dari cerita Jeno, waktu aku pingsan Haechan merampas kunci mobil milik Mark dan segera mengendarai mobil Mark menuju rumah sakit. Mark yang kesal karena mobilnya diambil pun menyuruh Jeno menyusul anak itu dengan ia yang mengendarai motor Jeno dan Jeno yang pasrah motornya diambil alih oleh Mark sedangkan yang punya hanya duduk tegang di belakang sambil mencengkram erat sisi jok motor karena Mark mengendarainya seperti orang kesetanan.

Setelah sampai di rumah sakit, Jeno berdiam dulu di toilet rumah sakit selama beberapa menit karena meredakan perutnya yang bergejolak.

Aku hanya tertawa dan geleng-geleng kepala mendengar cerita Jeno yang sungguh penuh dengan drama dan perjuangan.

Kami berempat sudah menginjakkan kaki di teras depan rumah sakit namun dua orang yang saling beradu mulut masih tidak mau mengalah satu sama lain. Aku pun menoleh ke arah Jeno lagi, ia menghela nafas lelah.

"Kau ikut dengan Mark naik mobilnya, sedangkan aku dan Haechan akan naik motorku." jelasnya. Aku pun mengangguk. Jeno segera melangkah mendekati dua orang itu dan menyeret Haechan menuju tempat motor Jeno terparkir. Aku tertawa melihat Haechan yang memberontak karena tidak terima ia pulang bersama Jeno.

Mark segera menghampiriku yang masih berdiri di ujung teras rumah sakit seraya menyodorkan kotak obat yang ia dapatkan dari apotik rumah sakit sesuai dengan resep dari dokter tampan yang menanganiku. Isinya hanyalah vitamin dan obat peningkat daya tahan tubuh saja.

"Ayo ke mobilku." ajaknya. Aku pun segera membuntutinya sampai ke parkiran. Ia menyuruhku untuk duduk di depan samping kursi pengemudi, dan tanpa protes aku menurutinya.

Mataku tidak sengaja melihat ke kursi belakang pengemudi, di sana tasku sudah duduk manis entah dari kapan ia ada di sana.

"Sejak kapan tasku ada di sana kak?" tanyaku ke Mark yang sedang memasang sabuk pengamannya. Ia menoleh ke arahku dan melirik ke kursi belakang.

"Kami kembali ke sekolah sebentar untuk mengambil tas kita berempat dan meminta izin dengan guru sebelum masuk ke ruanganmu." Aku mengangguk-angguk mengerti. Ini sudah jam empat sore tentu sekolah sudah bubar sejak satu jam yang lalu. Cukup lama juga aku berada di rumah sakit.

"Dan jangan panggil aku kakak, kita seumuran kalau kau lupa."

Aku tersentak saat Mark melanjutkan kalimatnya. Aku melakukan kesalahan lagi. Tadi pagi dengan Jeno, dan sekarang Mark?

Aku tersenyum canggung ke arah Mark dan menggaruk tengkukku yang tidak gatal. Gawat kalau dia sampai curiga. Aku menarik tudung hoodieku untuk menutupi ekspresi gugupku.

"Renjun?"

Aku kaget sekali lagi saat suara bariton Mark terasa dekat dengan telingaku. Aku menoleh ke arah Mark dan seketika jantungku hampir melompat keluar. Bagaimana tidak kaget jika baru saja menoleh, wajah Mark sudah berada di depan wajahku dengan jarak yang sangat dekat.

Terjebak dalam Tubuh Huang Renjun ft. NCT DREAM✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang