31 |Teman-teman

276 31 1
                                    


.

.

Keningku mengernyit kala bunyi kaki kursi bergesekan dengan keramik tepat di samping telingaku. Aku tidak tahu sudah berapa lama aku tertidur, yang pasti suara deritan kursi membuat tidurku terganggu dan memaksa mataku untuk terbuka guna melihat siapa pelaku yang membuat kegaduhan kecil itu.

"Kau terbangun Ren? Maafkan aku."

Aku melirik ke samping dimana seseorang baru saja meminta maaf padaku. Masih dengan pandangan buram akibat bangun tidur, aku mengusap-usap kedua mataku agar penglihatanku kembali fokus.

"Dasar kau ini! Renjun jadi bangun kan?!"

Itu suara Haechan. Aku mengerjapkan mataku dan melihat Haechan sedang menarik seseorang yang sedang duduk di kursi samping ranjangku hingga ia berdiri kembali dan setelahnya Haechan duduk di kursi bekas orang itu.

"Kalau kau masih ngantuk tidurlah kembali, aku akan mengusir mereka dari sini." ucap Haechan sambil mengelus lembut kepalaku. Mataku mengedar kesekeliling dan mendapati Jeno yang sedang berekspresi kesal sambil berkacak pinggang di belakang Haechan karena pria itu yang Haechan tarik berdiri dari kursi yang sekarang diduduki oleh beruang itu, dan satu pria lagi yang baru pertama kali kulihat sedang duduk di sofa seberang ranjangku sambil bermain ponsel. Dia terlihat agak mirip dengan Jeno.

"Kami baru saja datang, kau malah main usir saja." ujar Jeno sewot. Ia memutari ranjang dan berhenti di seberang Haechan. Ia menatapku dengan senyum bulan sabit khasnya.

"Apa kabar Ren? Lama tidak bertemu denganmu. Apa kondisimu sudah membaik?" tanyanya hati-hati. Aku mengangguk seadanya karena menjawab dengan suara pun percuma. Jeno mengangguk maklum dan ia berjongkok untuk mensejajarkan pandangannya kepadaku. Tangannya hendak meraih tangan kiriku yang sudah bebas dari infus untuk ia genggam, namun seruan Haechan membuatnya menarik kembali tangannya.

"Eits! Jangan pegang-pegang!"

Dapat kulihat wajah Jeno tertekuk kesal dan membuang mukanya dari arah pandang Haechan.

"Harusnya masa skorsing adalah untuk merenungi semua kesalahan yang diperbuat diri dan memperbaikinya, namun ini malah dijadikan sebagai cuti liburan dan hari untuk bersenang-senang. Dasar Lee Haechan bebal." celetuk Jeno dengan nada mengejek diakhir. Haechan tampak tak mempedulikan ucapan wakil OSIS itu dan malah menyilangkan kakinya dengan angkuh.

"Setidaknya kau hargai usahaku dengan Mark dalam membelamu supaya terhindar dari skorsing. Tapi itu semua sia-sia karena akhirnya kau tetap di skorsing juga."

"Aku tidak minta kalian membelaku."

Jeno menggeram kesal dan hampir pot bunga lili putih melayang ke kepala Haechan jika saja tanganku tidak terulur untuk menunjuk ke arah pria di sofa yang tengah memperhatikan interaksi kami bertiga dengan tangannya masih memegang ponsel.

"Si..a..pa?" ucapku tanpa suara. Jujur sekeras apapun aku berusaha berbicara, tetap tidak ada suara pun yang keluar dari tenggorokanku.

Jeno agak terkejut melihatku seperti itu. Ia mengernyitkan dahinya tanda ia tidak mengerti apa yang aku ucapkan. Ia menatap Haechan dan pria itu menghela nafas.

"Itu adik Jeno, Lee Jisung."

Aku mengangguk mengerti. Kenapa aku baru tahu kalau Jeno punya adik? Secara di sekolah kan aku tidak pernah sama sekali melihat interaksi keduanya. Jeno juga tidak sama sekali menyinggung perihal adiknya itu. Pantas saja pria itu mirip dengan Jeno, adiknya ternyata.

Aku mengalihkan pandanganku ke wajah Jeno yang sekarang sedang menampilkan ekspresi sendu.

"Ada apa denganmu Renjun? Kenapa.. suaramu..?" ucapnya tersendat.

Terjebak dalam Tubuh Huang Renjun ft. NCT DREAM✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang