13 |Egois

432 44 1
                                    


.

.

Kakiku membawaku berhenti di depan pintu ruang OSIS yang tertutup rapat. Entahlah mengapa sepanjang perjalanan tadi terasa baik-baik saja, namun saat kepalan tanganku terulur ingin mengetuk pintu keramat itu perasaan gugup tiba-tiba saja menyerang.

Ada apa ini? Kok perasaanku tidak enak?

Aku menggigit jemariku guna menetralisir rasa gugup yang seenaknya saja datang disaat yang tidak tepat seperti ini.

Oke Renjun, tenangkan dirimu. Tarik nafas dalam-dalam, lalu hembuskan dengan perlahan.

Mau masuk ruang OSIS serasa masuk ke ruang kepala sekolah.

Tok tok tok

Beberapa detik hening hingga suara di dalam mempersilahkan masuk. Aku langsung membukanya dan menutup kembali saat tubuhku sudah berada di dalam.

"Pe-permisi.. aku ingin-"

Seketika aku menyesal telah memasuki ruangan ini. Bagaimana tidak, di depan sana di kursi kebesarannya Mark duduk sambil jari tangannya mengetuk-ngetuk permukaan meja dengan ekspresi yang... menurutku menakutkan. Sedangkan di depannya duduk seorang siswa berambut ungu yang terkejut melihat kedatanganku.

Ya itu Haechan.

"Diam di sana rubah kecil!"

Ia segera bangkit dan berjalan menuju tempatku berdiri. Tanganku dengan segera meraih gagang pintu, namun tangan Haechan sudah menahan kedua bahuku.

Ia menatapku dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kemana saja kemarin? Kenapa panggilanku tidak satupun kau angkat!?"

Oke aku mulai merinding. Tatapannya berubah menusuk. Jarak wajahnya yang lumayan dekat dengan wajahku hingga hembusan nafasnya sedikit memburu bisa kurasakan, terlihat ia sedang menahan emosinya.

"Kau tahu penyebab aku terlambat hari ini? Itu karena aku menunggumu! Aku tidak bisa memastikan apakah kau berada di rumah atau tidak karena panggilanku sama sekali tidak kau jawab Huang Renjun!!"

Hatiku sedikit sakit saat mendengar penuturannya. Jadi ia terlambat hari ini karena menungguku? Aku sungguh merasa bersalah! Namun aku malah mementingkan egoku.

Ku tepis kasar kedua tangan yang mencengkeram bahuku. Sedikit meringis karena cengkeramannya agak kuat. Aku memundurkan langkahku memberi jarak dengannya.

"Dengar Haechan! Aku masih marah denganmu perihal kemarin! Tidakkah perlakuanmu itu sungguh keterlaluan!? Aku benci hal itu Chan!" jawabku dengan menggebu. Emosi memenuhi dadaku.

"Soal rokok kemarin? Ck! Kau amnesia atau bagaimana!? Kita sudah sering melakukannya kenapa tiba-tiba kau sangat marah!? Kau seperti bukan Huang Renjun yang kukenal!" serunya tak kalah emosi.

Perasaanku campur aduk sekarang. Pikiranku kalut. Bagaimana aku bisa menjadi Huang Renjunmu kalau aku saja tidak pernah tahu karakternya seperti apa di dunia ini?

Buku itu...

Ini semua gara-gara buku sialan itu!

"ARGH!!" teriakku frustasi. Aku meluapkan emosiku dengan menjambak rambutku dengan tangan kanan hingga kain kasa yang melilit punggung tanganku terlepas.

Tidak, aku tidak boleh mengamuk di sini.

Pandanganku memburam akibat air mata yang tumpah membasahi pipiku. Aku jatuh berlutut karena kurasa kedua kakiku tidak sanggup untuk menopang berat badanku.

Dapat terdengar decitan pintu terbuka disusul oleh suara panik seseorang yang sangat kukenal.

"Ada apa ini?"

Terjebak dalam Tubuh Huang Renjun ft. NCT DREAM✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang