33 |Jalan-jalan

295 32 1
                                    


.

.

"Bosan.."

"Nonton TV ah."

"Ini kenapa tidak ada acara yang menarik sih?"

"Tidak ada kartun gitu?"

"Mau main ponsel, eh? oh iya kan lagi di charge."

"Tidur aja deh."

"Tapi belum ngantuk."

"Aduh.."

"Kenapa belum mengantuk juga?"

"Bingung mau ngapain."

"Karena bingung tidak ngapa-ngapain, jadi diam saja biar tidak bingung lagi."

"Apa sih aku, hahaha."

Aku ketawa-ketawa tidak jelas sendiri sambil mengganti-ganti channel TV secara random. Untung saja ayah dan bibi tidak lewat di sana, bisa-bisa aku disangka sudah gila karena berbicara sendirian.

Tapi sungguh, aku benar-benar bosan sekarang. Setelah makan siang dan tak lupa minum vitamin, tidak ada rencana apa-apa yang kususun di kepalaku. Mau tidur tapi belum mengantuk, aku kudu eottokhae?

Akhirnya aku hanya berbaring di sofa dan menatap tanpa minat ke arah televisi yang sedang menayangkan acara berita siang.

Beberapa menit tetap di posisi itu, bel rumah berbunyi. Siapa yang bertamu siang-siang begini?

Lima detik masih belum bergerak hingga bunyi kedua terdengar, namun tidak ada tanda-tanda pergerakan dari orang rumah untuk membukakan pintu. Akhirnya dengan sedikit malas aku bangkit berjalan untuk membukakan si tamu.

"Siapa-"

Aku terdiam di ambang pintu ketika melihat siapa yang tengah berdiri di depanku saat ini.

"Haechan?"

Orang itu mengangguk.

"Ho'oh, ini aku putra mahkota tampan dari kerajaan Inggris. Kita tidak bertemu selama tiga hari, masa kamu sudah melupakan aku? Teganya kau Injun.." Haechan mengusap air mata ghoibnya sebagai pendukung kalimat dramatisnya. Aku hanya memasang raut datar sambil membatin dalam hati.

'Ini anak salah makan apa ya? Tumben memencet bel dulu, biasanya juga langsung menerobos masuk.'

"Tidak disuruh masuk dulu nih? Kakiku pegal berdiri lama disini tahu."

Aku tersadar dan langsung membuka lebar daun pintu. Haechan langsung masuk dengan langkah riang. Bahagia sekali anak itu, padahal ia masih menjalani masa skorsingnya. Raut mukanya sama sekali tidak menunjukkan beban apapun. Hebat!

"Bibi!"

Suara Haechan membawa langkahku menuju dapur. Disana anak itu menyodorkan kantung plastik berisi entah apa itu ke arah bibi yang diterima wanita itu dengan senang hati.

"Ini apa nak?"

"Buah! Itu buat bibi, Injun sama paman Doy. Echan tadi sempat beli sebelum ke sini, masih segar loh!"

Bibi mengangguk tak lupa mengucapkan terima kasih. Haechan tersenyum kemudian ia berbalik menuju ke arahku yang berdiri di pembatas dapur.

"Injun~ Kangen~"

Tanpa sempat kuhindari lagi, kedua tangannya memeluk tubuhku hingga wajahku terbenam di dada bidangnya yang terbalut hoodie coklat.

"Hmpp! Sesak Chan!" Tanganku mencoba mendorong-dorong tubuh tripleknya karena sungguh aku tidak bisa bernafas akibat pelukan erat dari beruang ini.

Terjebak dalam Tubuh Huang Renjun ft. NCT DREAM✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang