Tentang Cia 21

101 3 0
                                    

Ravi sedang dilanda kegelisahan karena Ana belum kembali. Ana yang tadi sempat izin ke toilet sampai saat ini belum juga kembali.

"sabar Vi ntar juga dateng tu anak" ucap Agam.

Mereka pun kembali menunggu Ana 10 menit, namun Ana belum kembali juga membuat Ravi geram dan langsung menghampirinya.

"lah tuh anak malah pergi" ucap Agam.

Sedangkan yang lainnya pun sama merasakan perasaan yang tidak enak mengenai Ana.

**

Ravi berjalan kearah toilet wanita. Disana terlihat sangat ramai oleh orang-orang.

Ravi betanya kepada seorang perempuan yang sepertinya sudah melihat kerumunan itu.

"mbak maaf itu ada apa ya?" tanya Ravi.

Namun perempuan tersebut malah menatap Ravi dengan tatapan kagumnya.

"mbak" panggil Ravi membuat perempuan itu tersadar.

"eh kenapa kak?" tanya perempuan itu.

Ravi langsung mengubah raut wajahnya menjadi sangat datar.

"emm itu kak, disana ada perempuan yang pingsan tapi kepalanya berdarah" ucap perempuan itu.

"ciri-cirinya kayak gimana mbak?" tanya Ravi.

"dia rambutnya lumayan pendek, pake sweeter dan rok SMA kak" jelas perempuan itu.

Sedangkan Ravi yang mendengar itu langsung bergumam.

"Cia" Ravi langsung berlari kearah kerumunan itu.

Ravi menerobos masuk dan langsung mendekati Ana yang sudah pingsan dengan darah yang mengalir dikepalanya.

Tetapi sebelum itu, Ravi dihadang oleh beberapa security.

"mas tidak boleh mendekati korban" ucap security itu.

"minggir" Ravi menatap tajam security itu.

"gue bilang minggir ya minggir!" Ravi berteriak membuat semua orang memandangnya.

"gak bisa mas, kami sudah menghubungi pihak yang berwajib untuk menangani ini" ucap security tersebut.

"DIA PACAR GUE, PACAR GUE PINGSAN DAN KEPALANYA BERDARAH, LO MAU TANGGUNG JAWAB HAH!" Ravi berteriak kepada security tersebut sampai akhirnya security tersebut mengalah.

Ravi buru-buru ngenghampiri Ana yang sudah terkapar dengan darah yang terus mengalir.

"Cia" panggil Ravi lirih dan saat itu pula Ana membuka matanya.

"Ken kepala aku sakit banget" ucap Ana.

"iya sayang, kita ke rumah sakit yaa" ucap Ravi.

Ravi mengambil ponselnya guna untuk menghubungi sahabatnya.

"Daf ke toilet cewek sekarang juga!" ucap Ravi ketika telfon tersebut tersambung.

"Ken sakit" lirih Ana.

Ravi langsung menggenggam jemari Ana guna menguatkan perempuan itu.

"kita kerumah sakit sekarang" ucap Ravi.

Ravi langsung menggendong Ana keluar dan mereka bertemu sahabatnya.

"Daf bawain mobil gue" ucap Ravi kepada Dafa.

Dafa pun langsung berlari untuk menyiapkan mobil untuk Ana.

"Ravi, Ana kenapa?" tanya Dira sedangkan Saffa langsung menangis dipelukan Dira.

"gue juga gak tau Ra" ucap Ravi.

Setelah sampai di pintu depan mall tersebut, Ravi langsung masuk kedalam mobil dan yang lainnya menyusul menggunakan motornya.

"sayang bertahan ya, jangan tinggalin aku. Aku tau kamu pasti kuat. Bertahan sayang" Ravi mengecup punggung tangan Ana sedangkan Ana masih dalam keadaan tak sadarkan diri.

20 menit kemudian, mereka sampai dirumah sakit. Ravi langsung memanggil dokter untuk menangani Ana.

Kini Ravi sedang menunggu Ana didepan ruangan IGD. Dengan tangan dan baju yang banyak noda darah, Ravi duduk sembari merapalkan do'a untuk Ana.

"tuhan jangan ambil Cia, aku mohon beri Cia kesempatan hidup lagi tuhan" batin Ravi.

Tak lama dari itu sahabat Ravi dan Ana pun datang dengan raut wajah yang sangat khawatir.

"Ravi gimana keadaan Ana?" tanya Saffa dengan wajah yang berlinang air mata.

"gue gak tau, dokter belum keluar" jawab Ravi.

Mereka semua pun duduk dan menunggu Ana.

"gimana ceritanya Vi?" tanya Dafa.

"gue gak tau Daf, waktu gue susul Ana ke toilet, Ana udah tergeletak dengan darah yang keluar dari kepalanya" jawab Ravi.

Mereka semua terdiam sampai Ravi berbicara.

"gue minta tolong sama lo, tolong cek cctv toilet cewek" pinta Ravi.

"gue cek sekarang" ucap Dafa.

"gue ikut Daf" Agam bangkit dan hendak mengikuti Dafa.

"lo diem aja disini, temenin Dira sama Saffa" ucap Dafa dan Agam pun kembali duduk.

15 menit kemudian, dokter keluar dan bertanya.

"dengan keluarga pasien?" tanya dokter tersebut.

"saya dok" ucap Ravi.

"jadi gini, nona Ana sekarang mengalami pendarahan diotaknya. Karena waktu itu Ana sempat mengalami gegar otak dan sekarang kepalanya terbentur kembali membuat kondisinya semakin memburuk" ucap Diana. Dokter yang menangani Ana waktu itu.

"untuk saat ini, saya ingin nona Ana lebih dijaga ya, jangan sampai kejadian ini terulang kembali. Jika sampai kejadian ini terulang kembali taruhannya adalah nyawa nona Ana sendiri. Dan untuk pendarahan otaknya itu mungkin akan memerlukan waktu yang lama, jika tidak mungkin Ana diharuskan operasi untuk mengurangi pembekuan darah di otaknya" lanjut Diana.

"apakah pendarahan diotaknya akan membahayakan Ana dok?" tanya Ravi.

"kondisi itu sangat serius dan memerlukan penanganan serius juga" jawab Diana.

"jika nanti nona Ana bangun dan merasakan pusing dikepalanya, itu hanya reaksi dikepalanya saja. Dan kemungkinan juga nona Ana akan merasakan pusing bahkan sampai pingsan. Jadi saya mohon jaga dia ya" ucap Diana.

"iya dok itu pasti" ucap Ravi.

"kalo gitu apa boleh saya masuk?" tanya Ravi.

"boleh, tapi nona Ana akan saya pindahkan dulu keruang rawatnya" jawab Diana.

Mereka pun menunggu kembali karena akan dipindahkan keruang rawatnya.

"Vi, lo ganti dulu baju gih. Liat baju lo darah semua" ucap Agam.

"nanti diruang rawat Ana. Gue minta tolong ambilin baju gue dimobil" ucap Ravi sembari memberikan kunci mobilnya.

Agam pun pergi utuk mengambilkan baju untuk Ravi, sedangkan Saffa dan Dira juga ikut karena mereka ingin membeli sesuatu terlebih dahulu.






●●●●●●●●●●

jangan lupa vote, share, dan kasih tanda kalo ada typo ya gess

papaiiiii

Tentang Cia | endTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang